Metode Pengumpulan Data Pengumpulan Data .1 Jenis Data

3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi data curah hujan harian, sifat fisik tanah, panjang dan kemiringan lereng, jenis penutup tanah, kerapatan tajuk, dan tindakan konservasi tanah.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

1. Data curah hujan Data curah hujan yang digunakan diperoleh dari stasiun penakar curah hujan 12A Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi yang berjarak dua kilometer dari base camp HPGW. Data curah hujan yang digunakan adalah data selama lima tahun yaitu tahun 2006-2010. 2. Data jenis dan sifat fisik tanah Data jenis tanah diperoleh dari analisis peta digital jenis tanah HPGW skala 1: 25000 1983. Sifat fisik tanah diperoleh dengan menganalisis sifat fisik contoh tanah. Contoh tanah diambil dari setiap jenis tanah di lima kelas kemiringan lereng menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837KptsUm111980 , yaitu 0-8 , 8-15 , 15-25 , 25-40 , dan lebih dari 40 . Penentuan titik pengambilan contoh tanah dilakukan dengan tahapan berikut: a. Menggabungkan peta kelas kemiringan lereng dengan peta jenis tanah melalui operasi spasial intersect. b. Menentukan titik contoh tanah yang mewakili setiap kelas lereng di masing- masing jenis tanah. c. Menentukan koordinat titik contoh tanah di peta dan menemukan koordinatnya di lapangan menggunakan GPS. Tahapan pengambilan contoh tanah di lapangan, sebagai berikut: a. Membersihkan permukaan tanah. b. Meletakkan ring yang akan digunakan tegak lurus permukaan tanah, kemudian meletakkan balok kayu di atas ring, lalu dipukul menggunakan palu secara hati-hati, hingga seluruh bagian ring masuk ke dalam tanah. c. Menggali tanah di sekitar ring tanpa merusak tanah yang berada di atas dan bagian bawah ring. d. Meratakan tanah di bagian atas dan bawah ring dengan mengiris tanah yang berlebih, lalu metutup ring tersebut. Setiap contoh tanah dianalisis untuk memperoleh sifat fisik yang mencakup struktur, tekstur tanah, permeabilitas dan bahan organik tanah. Jumlah contoh tanah yang diambil sebanyak 20 contoh. Sejumlah 16 contoh tanah diambil di lapangan, sedangkan 4 sampel tanah menggunakan data dari hasil penelitian Hutapea 2011. Contoh tanah diambil di permukaan tanah di kedalaman 0-10 cm. Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. 3. Data panjang dan kemiringan lereng Data panjang dan kemiringan lereng HPGW diperoleh dari hasil analisis peta topografi digital HPGW skala 1:25000 1983 dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Tahapan analisis data panjang dan kemiringan lereng adalah sebagai berikut: a. Mengaktifkan program ArcGIS 9.3. b. Mengaktifkan extension Spatial Analyst dan 3D Analyst. c. Menampilkan data kontur yang akan dianalisis. d. Membuat Digital Elevation Model DEM dengan menggunakan Sub Menu Create TIN From Features dalam Menu 3D Analyst. e. Mengolah data DEM menjadi bentuk gridraster dengan menggunakan Sub Menu Convert|TIN to Raster dalam Menu 3D Analyst. f. Menentukan spesifikasi output dalam bentuk grid, yaitu dengan memilih Attribute Elevation dan ukuran grid 50 meter. g. Mengaktifkan output DEM grid. h. Membuat kelas lereng dengan menggunakan Sub Menu Slope dalam Menu Spatial Analyst. i. Menentukan spesifikasi output grid kelas lereng, yaitu dengan memilih Input Surface: output DEM grid, satuan output: Percent, dan ukuran grid: 50 meter. 4. Data penutupan lahan Data penutupan lahan diperoleh dari data kerapatan tajuk, persentase tajuk, serta persentase serasah dan tumbuhan bawah. Kerapatan tajuk dianalisis secara visual dari Citra GeoEye Google Earth skala 1:20000. Nilai tutupan tajuk merupakan nilai penutupan tajuk yang diperoleh dari hasil analisis hemispherical image, yaitu image hasil pemotretan tajuk menggunakan kamera digital dengan lensa Fisheye 4.5 mm. Pemotretan dilakukan di lima kelas kerapatan tajuk yang dibedakan berdasarkan hasil analisis visual terhadap citra HPGW. Analisis hemispherical image dilakukan menggunakan software HemiView. Persentase serasah dan tumbuhan bawah diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan. Penentuan titik pengambilan hemispherical image dilakukan dengan tahapan berikut: a. Membagi penutupan lahan berdasarkan citra HPGW ke dalam lima kelas kerapatan, yaitu kelas kerapatan agak jarang tutupan tajuk 20 , jarang tutupan tajuk 40 , sedang tutupan tajuk 60 , rapat tutupan tajuk 80 , dan sangat rapat tutupan tajuk 100 . b. Menentukan titik yang mewakili setiap kelas kerapatan. c. Menentukan koordinat titik pemotretan di peta dan menemukan koordinatnya di lapangan menggunakan GPS. Tahapan pengambilan hemispherical image di lapangan, sebagai berikut: a. Memasang kamera diatas tripod dengan ketinggian tripod ± 0,5 meter di atas tanah yang datar. b. Memposisikan kamera dengan bagian depan lensa mengarah ke selatan. c. Memutar posisi lensa kamera ke arah atas, sehingga body kamera tegak lurus tripod. d. Memotret tajuk dengan posisi pemotret tepat di bawah kamera. e. Melakukan pemotretan tajuk sebanyak 3 kali ulangan pada kelas kerapatan yang sama, dengan jarak setiap pemotretan 3-5 meter. Tahapan analisis hemispherical image menggunakan program Hemiview. a. Menampilkan hemispherical image yang diperoleh dari hasil pemotretan di lapangan. b. Melakukan fitting area kerja dengan hemispherical image. c. Mengganti properties image menggunakan Sub Menu Site dalam Menu Setting. d. Menentukan nama Site, ketinggian, serta koodinat image yang dianalisis. e. Memilih Menu Calculate untuk menjalankan program analisis image. f. Membuka Sheet Values pada Workbook Microsoft Excel hasil analisis image. g. Menggunakan nilai Ground Cover sebagai persentase penutupan tajuk. 5. Data tindakan konservasi tanah Data tindakan konservasi tanah diperoleh dari hasil pengamatan terhadap usaha-usaha pencegahan erosi yang dilakukan di HPGW. 3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Penentuan Erosi Aktual dan Potensial