BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Erosi
Erosi adalah peristiwa terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pengikisan dan pengangkutan tanah
tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin Arsyad 2006. Menurut Hakim et al. 1986, erosi yang terjadi pada kondisi alami, yaitu
lahan yang tertutup oleh vegetasi asli tanpa campur tangan manusia, disebut erosi alami erosi geologi atau erosi normal. Prosesnya berlangsung lambat dan tidak
henti-hentinya karena laju pembentukan tanah masih mampu mengimbangi besarnya kehilangan lapisan atas tanah, tetapi ketika vegetasi dibabat dan padang
rumput dibakar, erosi menjadi dipercepat. Erosi yang melampaui kecepatan normal, akibat ulah manusia sehingga merusak karena menghilangkan lapisan
tanah, prosesnya disebut erosi tanah. Hal ini juga dijelaskan oleh Jacks 1939, proses penggundulan tanah yang dipercepat dikenal sebagai erosi tanah. Erosi
tanah hampir tak terelakkan mengurangi batas bawah tertentu kesuburan alami tanah.
Erosi tanah yang terjadi merupakan erosi aktual karena sudah ada campur tangan menusia di dalamnya, sedangkan erosi yang terjadi tanpa faktor manusia
penanaman vegetasi dan pengolahan lahan disebut erosi potensial. Macam-macam erosi berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi 1 erosi
percikan, yaitu erosi hasil dari percikan atau benturan air hujan secara langsung pada partikel tanah dalam keadaan basah, 2 erosi lembaran, yaitu erosi akibat
terlepasnya tanah dari lereng dengan tebal lapisan yang tipis, 3 erosi alur, yaitu erosi akibat pengikisan tanah oleh aliran air yang membentuk parit atau saluran
kecil, 4 erosi parit, proses yang terjadi sama seperti erosi alur, terjadi bila alur- alur menjadi semakin lebar dan dalam yang membentuk parit dengan kedalaman
yang mencapai 1 sampai 2,5 meter atau lebih, 5 erosi sungai atau saluran, terjadi akibat terkikisnya permukaan tanggul sungai dan gerusan sedimen di sepanjang
dasar saluran Hardiyatmo 2006.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi
Erosi sebagai suatu proses alami terjadi akibat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, yaitu iklim, kondisi
tanah, topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia. Menurut Bennett 1955, iklim memiliki pengaruh yang besar pada pengembangan dan distribusi tanah. Hal ini
paling mudah dipahami dengan mempertimbangkan cara bagaimana tanah terbentuk. Melalui proses kimia dan pelapukan fisik, pembekuan, pencairan,
batuan yang retak teroksidasi, terpecah, terpisah, dan larut oleh air hujan, sehingga membentuk suatu massa dari bahan yang terutama terdiri dari fragmen
batuan. Kondisi klimatis sebagian besar menentukan seberapa cepat dan dengan cara apa proses pelapukan primer berlangsung. Oleh karena itu, kondisi iklim
dapat mempengaruhi perubahan baik kualitas maupun kuantitas tanah. Salah satu unsur klimatis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
tanah adalah hujan. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu relatif lama. Ukuran butir hujan juga sangat berperan
dalam menentukan erosi. Hal tersebut disebabkan karena dalam proses erosi, energi kinetik merupakan penyebab utama dalam penghancuran agregat-agregat
tanah. Besarnya energi kinetik hujan bergantung pada jumlah hujan, intensitas, dan kecepatan jatuhnya hujan. Kecepatan jatuhnya butir-butir hujan itu sendiri
ditentukan ukuran butir-butir hujan dan angin Rahim 2006. Menurut Lakitan 1994, butiran yang berukuran besar akan jatuh dengan kecepatan yang lebih
tinggi dibanding butiran yang lebih kecil, sehingga dalam proses jatuhnya butiran yang lebih besar ini akan menabrak dan bergabung dengan butiran yang lebih
kecil. Oleh karena itu energi kinetik hujan pun akan semakin besar. Selain tergantung pada efek pemecahan air hujan, jumlah total tanah yang
terkikis juga tergantung pada tindakan hujan yang menyebabkan erosi dan kapasitas angkut aliran permukaan. Tanpa limpasan permukaan, jumlah erosi
tanah yang disebabkan oleh curah hujan relatif kecil. Aktifitas yg menyebabkan erosi akibat air hujan ditentukan oleh energi kinetik air hujan, sedangkan aktifitas
yang menyebabkan erosi akibat pengangkutan kapasitas aliran permukaan tergantung pada kuantitas, kecepatan, dan tingkat penyatuan atau titik temu aliran
permukaan Zachar 1982.
Kondisi tanah berpengaruh terhadap erosi dengan ketahanannya. Tanah memiliki kemampuan untuk menahan tumbukan butiran hujan. Ketahanan tanah
tersebut disebut erodibilitas tanah. Penyebab mendasar dari erosi tanah dan kerusakan berikutnya menurut Eden 1964 adalah rusaknya struktur tanah.
Beberapa tanah yang lebih mudah tererosi daripada yang lain adalah karena lebih rentan kehilangan struktur remahnya. Satu struktur remah hancur, perkolasi air
terhambat, lapisan permukaan menjadi jenuh, dan partikel menjadi berongga, basah, licin, sehingga mudah terangkut oleh air yang telah mengalir di atas
permukaan, yang seharusnya masuk sampai kedalaman lebih rendah dan outlet yang normal.
Menurut Wischmeier dan Smith 1978, perbedaan dalam kerentanan alami terhadap erosi tanah sulit untuk diukur dari pengamatan lapangan. Bahkan tanah
dengan faktor erodibilitas relatif rendah mungkin menunjukkan tanda-tanda erosi yang serius bila terjadi pada lereng curam, panjang atau di lokasi dengan hujan
intensitas tinggi. Tanah dengan faktor erodibilitas tinggi alami, di sisi lain, bisa menunjukkan bukti kecil mengenai erosi aktual dengan curah hujan yang rendah
yang terjadi di lereng pendek dan halus, atau ketika manajemen yang terbaik dipraktekkan.
Wischmeier dan Smith 1965 menjelaskan bahwa tingkat erosi tanah oleh air sangat dipengaruhi oleh panjang lereng dan gradien persentase kemiringan.
Panjang lereng didefinisikan sebagai jarak dari titik asal aliran ke salah satu dari titik berikut; 1 titik di mana lereng menurun sejauh pengendapan dimulai atau
2 titik di mana limpasan memasuki saluran yang jelas yang mungkin menjadi bagian dari jaringan drainase atau saluran yang dibentuk seperti teras atau
pengalihan aliran air. Hubungan kehilangan tanah untuk gradien dipengaruhi oleh kepadatan tutupan tumbuhan dan ukuran partikel tanah.
Tanaman penutup tanah mengendalikan erosi percikan dengan mencegat tetesan air hujan dan menyerap energi kinetiknya. Tanaman penutup ini juga
melindungi kapasitas infiltrasi tanah. Pada lahan kosong, proses pemukulan air hujan selama terjadinya hujan, dapat mengakibatkan rusak ringan dan agregat
gumpalan tanah, dan membentuk lapisan padat di permukaan. Hal ini jelas mengurangi kapasitas infiltrasi tanah dan limpasan akan meningkat. Tanaman
penutup mencegah pembentukan lapisan permukaan ini padat Stallings 1957. Tanaman penutup tanah juga dapat memecah aliran air, selain oleh batu dan
jalanan batu, serta rumput dan semak kecil Morgan 2005. Dalam hutan yang tidak terganggu, tingkat infiltrasi dan kandungan bahan organik tanah tinggi, dan
sebagian besar atau seluruh permukaan biasanya ditutupi oleh lapisan padat sampah hutan atau serasah yang membusuk beberapa inci tebalnya. Semacam
lapisan pelindung, sampah tanah mengurangi dampak dari kekuatan erosi dan limpasan dan sangat efektif terhadap erosi tanah Wischmeier dan Smith 1978.
Sedangkan menurut Ristic dan Macan 1997, pembentukan tegakan hutan yang stabil pada lahan gundul dan bukan hutan rusak atau padang rumput harus
dilihat sebagai kunci bagi tindakan yg tidak erosif untuk melindungi reservoir dari sedimentasi. Umumnya, vegetasi hutan meningkatkan transpirasi dan intersepsi
tetapi mengurangi kehilangan air oleh penguapan. Hal ini juga mempengaruhi perkembangan tanah, dan terutama kapasitas infiltrasi. Kehilangan air secara
khusus lebih rendah namun menyebabkan durasi limpasan yang lebih lama. Pengaruh aktivitas manusia terhadap kehilangan tanah dijelaskan oleh
Kartasapoetra et al. 2005. Faktor kegiatan manusia selain dapat mempercepat terjadinya erosi karena perlakuan-perlakuannya yang negatif, dapat pula
memegang peranan yang penting dalam usaha pencegahan erosi yaitu dengan perlakuan-perlakuan yang positif. Perlakuan negatif dan positif tersebut
bergantung terhadap penerapan kaidah konservasi dalam pengolahan tanahnya.. Menurut Wild 1993, beberapa metode telah dirancang untuk melindungi
tanah terhadap erosi, 1 metode biologi dengan melakukan berbagai cara mempertahankan penutup vegetasi selama periode resiko erosi tinggi pengelolaan
tanaman yang baik, penggunaan rotasi, penutup tanaman untuk menstabilkan lereng, penanaman strip, mulsa dengan tunggul jerami dan gulma, tingkat stok
yang tepat pada padang rumput, 2 budidaya melalui penggunaan pertanian yang biasa diimplementasikan dalam menyiapkan lahan untuk tanaman pertanian
membajak dalam kontur, pengunaan terhadap alur yang menanjak, persiapan lahan minimum, 3 perlindungan mekanis dengan berbagai bentuk teras yang
semi permanen saluran yang menanjak, teras penyerapan, teras bangku, teras irigasi.
2.3 Metode Pengukuran Erosi