Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan ekonomi Islam, turut serta pula berkembangnya institusi – institusi syariah, termasuk di dalamnya asuransi syariah. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI memperkirakan pertumbuhan industri asuransi syariah pada 2013 mencapai 30-40 persen. Tahun depan juga diperkirakan akan menjadi puncak pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia. 6 Berkembangnya asuransi syariah diikuti pula oleh berkembangnya akuntansi asuransi syariah. Ini dapat dimaklumi karena semakin berkembangnya asuransi syariah maka semakin kompleks pula pencatatan transaksi asuransi syariah. Ada tujuh prinsip yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional 7 , yaitu keberadaan Dewan Pengawas Syariah DPS yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan yang terkait dengan pengelolaan investasi dana. Selanjutnya akad yang akan dilaksanakan, maksudnya adalah prinsip yang digunakan yaitu tolong menolong. Yang ketiga ada prinsip penghitungan investasi dana berdasarkan mudharabah, sementara konvensional berdasarkan riba. Kemudian kepemilikan dana pun pada dasarnya merupakan milik peserta, dan perusahaan hanya sebagai pemegang amanah. Pembayaran klaim juga 6 Takaful U u , Berita Terki i , artikel diakses pada Ja uari 2014 dari http:www.takafulumum.co.idindex.phpinberita-terkini228-asuransi-syariah-tumbuh-40- persen-2013 7 Agustianto dan Lutfi T Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, Jakarta: Muda Mapan Publishing.2010 menjadi pembeda karena diambil dari rekening tabarru seluruh peserta. Selanjutnya yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan sesuai dengan prinsip bagi hasil. Terakhir, asuransi syariah tidak mengenal adanya dana yang hangus. Karena dana yang disetorkan tetap dapat diambil kecuali dana yang sejak awal telah diikhlaskan masuk ke dalam rekening tabarru’. Beberapa pendapat ahli akuntansi Internasional tentang keberadaan akuntansi Islam diantaranya adalah Robert Arnold Russel 1986 8 mengemukakan bahwa sebelum dikenal doeble entry Pacioli sudah ada sistem doeble entry Arab yang lebih canggih yang merupakan dasar kemajuan bisnis di Eropa pada Abad pertengahan. Ini sekali lagi menjadi bukti nyata dari kontribusi Islam di bidang keuangan, khususnya akuntansi. Konsep adanya sistem syariah dapat dijadikan sebagai nilai dasar dalam pembangunan kerangka konseptual sistem akuntansi syariah, rancangannya sebagai berikut 9 . Pertama, menunjukan perlunya sistem akuntansi alternatif bagi orang islam dengan menguji secara kritis sistem akuntansi konvensional yang dikembangkan berdasarkan pada nilai barat. Kedua, memberikan suatu pemahaman konsep dasar akuntansi syariah yang didasarkan pada syariat Islam. Ketiga, mengusulkan kerangka konseptual akuntansi syariah dan implikasinya 8 Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: BUMI AKSARA .1997, h.6-8, 9 Muhammad, Penghantar Akuntansi Syariah, Jakarta: Salemba Empat.2002, h.105 terhadap peran akuntan muslim. Konsep kesatuan usaha memandang perusahaan sebagai suatu entitas yang terpisah dari pemiliknya 10 . Dalam membentuk fondasi yang kokoh agar tidak menyebabkan struktur industri asuransi syariah menjadi rapuh, perlu adanya sebuah standar akuntansi asuransi syariah. Bagi asuransi syariah, standar akuntansi merupakan sarana bagi perusahaan untuk membuat pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi yang cukup, akurat, relevan, tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat transparasi dan akuntabilitas baik bagi nasabah, regulator dan juga manajemen. 11 Melihat hal tersebut, para pakar syariah dan akuntansi mewujudkannya dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no.101 mengenai Penyajian Laporan Keuangan Syariah pada 27 Juni 2007. Penyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK merupakan standar akuntansi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK. 12 Pada awalnya acuan mengenai laporan keuangan asuransi syariah berupa PSAK 101 mengenai Penyajian Laporan Keuangan Syariah muncul pada 27 Juni 2007. Kemudian muncul PSAK 108 mengenai Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah pada 26 Februari 2008. Pada tahun yang sama, tepatnya 6 Mei 2008 10 Sony Warsono,dkk, Akuntansi Itu Ternyata Logis dan Mudah, Yogyakarta:Asgard Chapter.2009, h.12 11 Sofyan Safri Harahap, Kata Sambutan, dalam Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, Jakarta: Insco Consulting.2007, h.v 12 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.2010, h.672 muncul PSAK 111 mengenai Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. Tetapi, PSAK tersebut dihilangkan ketika PSAK 108 mengalami revisi pada tahun 2009 dan PSAK 101 mengalami revisi pada tahun 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statements untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut “laporan keuangan”, agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya, maupun dengan laporan keuangan entitas syariah lain. Adapun ruang lingkup dalam PSAK Syariah 101 adalah mengenai pernyataan yang diterapkan untuk penyajian laporan keuangan syariah yang dilakukan oleh entitas asuransi syariah. 13 Laporan keuangan syariah yang dimaksud dalam PSAK ini adalah laporan posisi keuangan, laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’, laporan laba rugi, laporan perubahan dana tabarru ’, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan serta catatan atas laporan keuangan. Karakteristik asuransi syariah adalah sistem menyeluruh yang pesertanya mendonasikan sebagian atau seluruh kontribusinya yang digunakan untuk membayar klaim atas kerugian akibat musibah pada jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh sebagian peserta yang lain. Donasi tersebut merupakan donasi 13 Ikatan Akuntansi Ind o esia, Pri sip Aku ta si , artikel diakses pada Ja uari 4 dari http:www.iaiglobal.or.idprinsip_akuntansiexposure.php?id=10 bersyarat yang harus dipertanggungjawabkan oleh entitas asuransi syariah. Peranan entitas asuransi syariah dibatasi hanya mengelola operasi asuransi dan menginvestasikan dana peserta. Prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong ta’awuni dan saling menanggung takafuli antara sesama peserta asuransi. Akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru’ dan akad tijari . Akad tabarru’ digunakan di antara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas asuransi syariah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis sangat tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.101 REVISI TAHUN 2011 MENGENAI PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Studi pada PT. Asuransi Takaful Keluarga.

B. Identifikasi Masalah

Kemungkinan ada beberapa permasalahan yang dapat muncul dari penelitian ini, dengan meninjau dari berbagai perspektif. Pertama adalah masalah yang akan muncul berkaitan mengenai standar akuntansi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK. Standar ini dibuat tidak dalam kurun waktu yang tiba-tiba atau tanpa alasan yang jelas. Pastilah ada maksud Dewan Standar Akuntansi Keuangan dalam merancang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, khususnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no.101. Selanjutnya permasalahan yang akan muncul adalah sudah sampai sejauh mana Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no.101 mengenai Penyajian Laporan Keuangan Syariah dijalankan dengan baik. Lahirnya PSAK ini memang tidak dapat dikatakan lama, karena PSAK ini lahir pada 27 Juni 2007 ,kemudian direvisi pada 12 januari 2011. Untuk kurun waktu 3 tahun ini apakah sudah dilaksanakan oleh perusahaan asuransi yang berlabel syariah dengan maksimal. Itulah yang akan menjadi permasalahan kedua yang dapat muncul dari penelitian ini. Kemudian ketika perusahaan asuransi syariah tidak dapat atau tidak melaksanakan standar yang telah disusun dan ditetapkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan adakah sanksi bagi perusahaan asuransi syariah tersebut, atau apakah memang tidak ada sanksi yang akan didapat oleh perusahaan asuransi syariah tersebut. Sehingga pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah buat apa standar akuntansi ini disusun dan ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Adapula permasalahan yang dapat muncul dari penelitian ini adalah mengenai masalah spin off yang bukan hanya dialami oleh bank syariah, melainkan dialami pula oleh asuransi syariah. Karena divisi syariah perusahaan asuransi diimbau tidak terburu-buru melakukan spin off 14 . Berbagai persiapan perlu diperhatikan oleh perusahaan asuransi syariah. Mulai dari aset, Sumber Daya Insani SDI, sistem manajemen serta Teknologi dan Informasi TI . Pemisahan unit syariah ini dari unit induknya apakah dapat mengganggu dalam terlaksananya dan terciptanya laporan keuangan yang baik sesuai dengan PSAK no.101 yang disusun dan ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan DSAK. Karena di dalam spin off itu sendiri juga memiliki berbagai permasalahan dan peraturan yang harus ditaati oleh perusahaan atau unit syariah yang ada di Indonesia. Laporan keuangan asuransi syariah, selain harus memenuhi ketentuan PSAK 101 juga harus memenuhi ketentuan dari Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Bappepam dan Lembaga Keuangan mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Kemudian terakhir masalah yang dapat muncul adalah dengan terlalu cepatnya perubahan yang terjadi pada PSAK yang mengatur laporan keuangan asuransi syariah. PSAK 101 awalnya muncul pada 2007, kemudian PSAK 108 pada 2008. Terakhir PSAK 108 mengalami revisi di tahun 2009 dan PSAK 101 mengalami revisi pada tahun 2011. Ini membuat perusahaan asuransi syariah harus lebih cepat beradaptasi dengan tiap perubahan PSAK yang terjadi. Ditambah lagi dengan revisi PSAK 101 pada 2011 menambahkan standar 14 Republika, Berita Eko o i “yariah , artikel diakses pada Ja uari 4 dari http:www.republika.co.idberitaekonomisyariah-ekonomi130731mqsch9-ojk- berkomitmen-kembangkan-keuangan-syariah