Berdasarkan analisis marjin tataniaga diketahui bahwa saluran tataniaga tiga petani yang paling efisien, karena hasil produksi sayuran bayam langsung dibawa ke pasar dan
dijual langsung ke konsumen dalam bentuk ikat dan petani bertindak sebagai pedagang pengecer. Petani memperoleh keuntungan terbesar yaitu sebesar Rp 368 per ikat, rasio
keuntungan dan biaya yaitu sebesar 9,43 dan bagian harga terbesar farmer’s share diterima
oleh petani sebesar 100 persen. Pada saluran tataniaga tiga petani berprofesi sebagai pedagang pengecer dan produk yang dijual sedikit sehingga keuntungan secara total yang
diperoleh tidak begitu besar dan hanya sebagian kecil dari jumlah petani yang di wawancara yang melakukan kegiatan tataniaga ini.
Penelitian mengenai tataniaga bayam menambah informasi mengenai metode penarikan sampel tataniaga, yaitu dengan menggunakan snowball sampling. Analisis
mengenai struktur pasar caisin akan dilakukan pada setiap tingkatan seperti pada penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara terperinci mengenai sturuktur pasar yang
terjadi. Seperti pada penelitian tataniaga yang lainnya, alat analisis yang digunakan adalah analisis margin tataniaga, analisis
farmer share’s dan analisis rasio keuntungan dan biaya.
2.5. Analisis Efisiensi Tataniaga Cabai Merah
Rachma 2008 menganalisis efisiensi tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
lima jenis saluran tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum. Saluran Tataniaga I terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer II. Saluran tataniaga II terdiri dari
pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer I dan pedagang pengecer II. Saluran tataniaga III terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang grosir, dan pedagang
pengecer II. Sedangkan saluran tataniaga IV terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer I dan pedagang pengecer II. Saluran V terdiri dari pedagang pengumpul dan
pedagang pengecer I. Berdasarkan kelima saluran tataniaga tersebut, terlihat bahwa 100 persen cabai merah dijual petani kepada pedagang pengumpul.
Setiap lembaga tataniaga terlibat memiliki fungsi tataniaga masing-masing. Fungsi tataniaga bertujuan untuk memperlancar penyaluran hasil panen dari petani ke konsumen
akhir. Struktur pasar yang terjadi dalam tataniaga cabai merah ini dalah monopsoni karena hanya ada satu pedagang pengumpul yang menampung langsung keseluruhan hasil pertanian
cabai merah dari petani di Desa Cibeureum dan beberapa penjual di setiap tingkat lembaga tataniaga lainnya. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa terjadi transaksi dengan nota
penjualan antara petani, pedagang grosir, pedagang pengecer I, dan pedagang pengecer II adalah secara tunai. Lembaga penentu harga cabai merah adalah pedagang grosir.
Hasil analisis marjin tataniaga menunjukkan marjin terbesar terdapat pada saluran II, III, dan IV, sedangkan marjin terkecil terdapat pada saluran I dan V. Secara operasional dari
kelima saluran tataniaga cabai merah yang ada, saluran V merupakan saluran tataniaga yang rendah,
farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya yang paling tinggi. Pada intinya analisis efisensi tataniaga cabai merah ini adalah ingin memberikan
alternatif bagi petani dalam memilih saluran tataniaga yang memberikan keuntungan paling besar, sehingga dapat meningkatkan bagian harga yang diterima oleh petani. Berdasarkan
penelitian efisiensi tataniaga cabai merah, bermanfaat bagi penulis dalam menentukan tingkat efisiensi tataniaga caisin. Pada umumnya tataniaga yang memiliki saluran tataniaga terpendek
dan memiliki marjin terkecil merupakan tataniaga yang efisien.
2.6. Analisis Efisiensi Pemasaran Talas