Arahan Strategi Pengelolaan Kawasan Ekowisata Bahari
pengembangan kegiatan wisata bahari 3
Masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
0.1 1
0.1
Jumlah 1.0
17 2.9
Tabel 13 Bobot, rangking, dan skoring unsur eksternal kawasan wisata selam di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya
Kode Unsur Eksternal
Bobot Rangking Skor
O Peluang
Opportunity
1 Pengalokasian Pulau Biawak dan sekitarnya
sebagai kawasan konservasi 0.1
4 0.4
2 Letak geografis Pulau Biawak dan sekitarnya
dekat dengan Cirebon dan Jakarta 0.2
3 0.6
3 Peluang alternatif peningkatan ekonomi
masyarakat di bidang pariwisata 0.2
4 0.8
T Ancaman
Threats
1 Masih beroperasinya alat tangkap dan perilaku
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan destructive fishing
0.2 4
0.8 2
Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang
0.2 3
0.6 3
Sampah dan sanitasi lingkungan 0.1
3 0.3
Jumlah 1
21 3.5
Tabel 14 Formulasi arahan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya
Faktor Internal
Faktor Eksternal Kekeuatan
Strength Kelemahan
Weakness
1. Kondisi perairan
ekosistem terumbu karang yang cukup
baik 2.
Kondisi karang, ikan karang dan biota laut
lainnya 3.
Keinginan dan partisipasi yang tinggi
1. Lemahnya pengawasan
dan sulitnya penegakan hukum
2. Belum memadainya
sarana dan prasarana untuk pengembangan
kegiatan wisata bahari kategori selam
3. Masih rendahnya
masyarakat tingkat pndapatan
masyarakat
Peluang Opportunities
1. Pengalokasian Pulau Biawak
dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi
2. Letak geografis Pulau Biawak
dan sekitarnya dekat dengan Cirebon dan Jakarta
3. Peluang alternatif peningkatan
ekonomi masyarakat di bidang pariwisata
Strategi SO
Pemanfaatan dan pengelolaan terumbu
karang sebagai kawasan wisata bahari secara
optimal S1, S2, S3, O1, TO, O3
Strategi WO
Mengembangkan Ssistem informasi dan kelembagaan
serta sarana dan prasarana pengelolaan wisata bahari
W2, W3, O1, O2, O3
Ancaman Threats
1. Masih beroperasinya alat
tangkap dan perilaku penangkapan ikan yang tidak
ramah lingkungan destructive fishing
2. Penggunaan jangkar yang
merusak terumbu karang
3.
Sampah dan sanitasi lingkungan Strategi ST
Pengelolaan kawasan wisata dengan berbagai
upaya pencegahan kerusakan ekosistem
terumbu karang S1, S2, S3, T1, T2, T3
Strategi WT
Menjalankan dan menegakkan hukum serta
perundang-undangan yang berlaku W2, W3, T1, T2,
T3
Setelah masing-masing unsur SWOT diberi bobot atau nilai, unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya untuk memperoleh strategi pengelolaan.
Strategi pengelolaan tersebut kemudian dijumlahkan bobotnya untuk mendapatkan rangking dari tiap-tiap strategi pengelolaan. Strategi pengelolaan
yang mendapat nilai tertinggi merupakan strategi prioritas. Berdasarkan matrik formulasi arahan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari di perairan Pulau
Biawak dan sekitarnya dapat dirumuskan matrik hasil analisis SWOT Tabel 14 dan 15.
Tabel 15 Matrik hasil analisis SWOT
Unsur Kekuatan
Strength Kelemahan
Weakness
Peluang Opportunity SO S1, S2, S3, O1, O2, O3
WO W2, W3, O1, O2, O3 Ancaman Threats
ST S1, S2, S3, T1, T2, T3 WT W1, W2, T1, T2, T3
Untuk menentukan prioritas strategi pengelolaan yang harus dilaksanakan, dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan antar unsur-unsur
SWOT yang terdapat dalam satu alternatif pengelolaan. Secara rinci penentuan rangking prioritas pengelolaan disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Rangking prioritas strategi pengelolaan
No Unsur
Keterkaitan Skor
Rangking
1 Strategi SO
S1, S2, S3, O1, O2, O3 3.8
1 2
Strategi WO W1, W2, O1, O2, O3
2.3 3
3 Strategi ST
S1, S2, S3, T1, T2, T3 3.7
2 4
Strategi WT W1, W2, T1, T2, T3
2.2 4
Hasil identifikasi beberapa unsur kekuatan strength:
a. Kondisi perairan ekosistem terumbu karang yang cukup baik
Berdasarkan hasil pengukuran langsung di lapangan, menunjukkan bahwa kualitas perairan Pulau Biawak dan sekitarnya masih tergolong baik dan masih
sesuai dengan standar baku mutu air laut untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut umumnya.
b. Kondisi terumbu karang, ikan karang dan biota laut lainnya
Kondisi dan struktur karang komunitas karang dan ikan karang secara umum masuk kategori sedang 24 penutupan karang hidup dan kelimpahan ikan
karang yang cukup tinggi. Di beberapa lokasi juga ditemukan biota langka seperti kima Tridagna sp.. dan penyu hijau Chelonia mydas. Hal ini
membuktikan bahwa kondisi perairan Pulau Biawak dan sekitarnya masih dalam kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya kehidupan terumbu
karang dan biota yang hidup di dalamnya. c.
Keinginan dan partisipasi Dari hasil pertemuan kuesioner kepada instansi terkait dan masyarakat desa
Karang song dan desa sekitarnya, mereka menghendaki dikembangkannya
kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan wisata bahari yang melibatkan masyarakat, seperti pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
KKLD Perda Indramayu No. 14 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Penataan Fungsi Pulau Biawak, Gosong dan
Pulau Candikian. Dengan adanya kegiatan wisata bahari akan menumbuhkan mata pencarian alternatif Alternative livelihoods
masyarakat dan dengan sendirinya akan turut menjaga ekosistem yang ada khususnya ekosistem
terumbu karang di kawasan pulau itu.
Identifikasi unsur kelemahan weakness:
a. Lemahnya Pengawasan dan sulitnya penegakan hukum
Belum adanya pengawasan yang melibatkan masyarakat secara langsung karena keterbatasan dana selain itu karena jauhnya lokasi Pulau Biawak dan
sekitarnya dari pemukiman penduduk sehingga pengawasan hanya dilakukan oleh pemerintah atau instansi terkait yang kurang didukung sarana dan
prasarana yang memadai dan biaya operasional yang sangat sedikit. b.
Belum memadainya sarana dan prasarana untuk pengembangan kegiatan wisata bahari.
Belum adanya pusat informasi bagi pengunjung, serta belum adanya penghuni sehingga sarana dan prasarana di kawasan Pulau Biawak seperti infrastruktur
dan sarana transp..ortasi belum ada, selama ini transp..ortasi hanya menggunakan kapal nelayan dengan waktu tempuh 4 jam dari Indramayu,
sarana akomodasi hanya bisa menggunakan mess jaga petugas mercusuar serta pengunjung yang akan datang berwisata ke Pulau Biawak juga harus
membekali diri dengan keperluan konsumsi. c.
Kurangnya mata pencarian alternatif masyarakat Tingginya ketergantungan nelayan mencari ikan di sekitar kawasan Pulau
Biawak dan sekitarnya menyebabkan nelayan hanya menangkap ikan yang hidup di sekitar terumbu karang.
Identifikasi unsur peluang Opportunity;
a. Pengalokasian Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi
Rencana dan Tata Ruang RTRW Kabupaten Indramyu 2008 – 2025, Pulau Biawak merupakan area pengelolaan kawasan khusus. Pulau Biawak dibagi
menjadi 2 dua zona, yakni Zona Inti dan Zona Pengembangan. Zona Inti merupakan perlindungan biota maupun fauna laut dan darat, serta dilarang
menjadi fungsi lain. Sedangkan Zona Pengembangan, kawasan Pulau Biawak difungsikan untuk pengembangan obyek wisata ekonomi, seperti budidaya laut
terbatas, penangkapan ikan terbatas, dan Wisata Bahari. b.
Letak geografis Pulau Biawak dan sekitarnya dekat dengan Cirebon dan Jakarta, dari dermaga Marina Ancol, Jakarta, atau kawasan Kepulauan Seribu,
Pulau Biawak dapat ditempuh dalam waktu tujuh hingga delapan jam menggunakan sp..pedboat atau kapal pribadi jenis catamaran. Kondisi ini
perairan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari.
c. Peluang alternatif peningkatan ekonomi masyarakat di bidang pariwisata
Pariwisata merupakan peluang alternatif bagi masyarakat untuk memanfaatkan ekosistem terumbu karang, disamping letak dari Jakarta yang dekat sehingga
mudah dijangkau dan dengan adanya kawasan wisata bahari dapat memberikan keuntungan secara ekonomi masyarakat sekitar. Jika masyarakat sekitar
memperoleh keuntungan finasial dari kegiatan wisata bahari, maka dengan sendirinya masyarakat akan menjaga keberadaan dan kelestarian ekosistem
terumbu karang dan sebagai mata pencarian alternatif masyarakat.
Unsur ancaman threats yang teridentifikasi:
a. Masih beroperasinya alat tangkap dan perilaku penangkapan ikan yang tidak
ramah lingkungan destructive fishing Penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan penggunaan jaring “arad”
semacam pukat merupakan masalah utama dalam pengelolaan terumbu karang di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya. Menurut masyarakat lokal,
pelaku utama dari kegiatan destructif fishing dilakukan oleh nelayan dari luar daerah. Akibat penggunaan bahan peledak telah menyebabkan kerusakan pada
ekosistem terumbu karang, hal ini dibuktikan banyaknya hancuran dan patahan karang di seluruh pulau yang ada di kawasan perairan Pulau Biawak.
Penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad dilakukan oleh masyarakat lokal, dimana operasional jaring ini mirip dengan operasional pukat trawl
sehingga sering menimbulkan kerusakan terumbu karang jika dioperasikan di perairan sekitar terumbu karang.
b. Penggunaan jangkar yang merusak terumbu karang
Penggunaan jangkar perahu oleh nelayan ketika menambatkan perahu di daera terumbu karang dapat mengakibatkan dampak negatif dengan rusaknya
terumbu karang apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Aktifitas ini banyak dilakukan oleh nelayan yang singgah di sikitar Pulau Biawak setelah
melakukan penangkapan ikan atau nelayan yang secara langsung melakukan penangkapan ikan karang.
c. Sampah dan sanitasi lingkungan
Masalah sampah merupakan masalah umum di daerah pantai, begitu juga masyarakat yang tinggal berdekatan dengan Pulau Biawak dan sekitarnya
karena belum adanya tempat pembuangan sampah akhir TPA. Selain sampah, masalah pembuangan air dan kotoran manusia juga banyak dilakukan di sungai
dan pantai, sehingga mempengaruhi estetika desa dan dari segi sanitasi akan timbulnya berbagai penyakit, seperti diare, kolera, muntaber, malaria dan
berbagai penyakit lainnya.
Rencana Strategi Pengelolaan Kawasan Ekowisata di Perairan Pulau Biawak dan sekitarnya
Berdasarkan rangking prioritas strategi pengelolaan dirumuskan kebijakan strategi pengelolaan kawasan wisata bahari kategori selam di perairan Pulau
Biawak dan sekitarnya.