Kelimpahan ikan karang Analisis matriks kesesuaian lokasi dan indeks kesesuaian wisata selam

berbasis konservasi mencakup penyusunan matriks kesesuaian setiap kategori ekowisata bahari yang ada pada setiap stasiun pengamatan, pembobotan dan pengharkatan serta analisis indeks kesesuaian setiap kategori. Kriteria, bobot dan skor ditentukan berdasarkan hasil kajian empiris dan justifikasi para ahli expert dibidang ekowisata bahari. Langkah awal yang dilakukan adalah membangun sebuah matrik kriteria kesesuaian pemnfaatan untuk mempermudah pembobotan weighting dan pengharkatan scoring. Analisis kesesuaian lokasi wisata bahari kategori wisata selam menggunakan pendekatan kualitas kondisi biofisik lokasi, antara lain : luas tutupan komunitas karang, jenis life-form, jumlah jenis ikan, kedalaman terumbu karang, kecerahan perairan dan kecepatan arus. Parameter-parameter tersebut diberi nilai berdasarkan matrik kesesuaian wisata selam seperti yang tertera pada Tabel 5. Tabel 5 Matriks kesesuaian wisata bahari kategori wisata selam No. Parameter Bobot Standar Parameter Skor N Bobot x Skor 1 Kecerahan Perairan 5 80 50 – 80 20 – 80 20 3 2 1 2 Tutupan komunitas karang 5 75 50 – 75 25 – 50 25 3 2 1 3 Jumlah jenis life-form karang 3 12 7 – 12 4 – 7 4 3 2 1 4 Jumlah jenis ikan karang 3 100 50 – 100 20 – 50 20 3 2 1 5 Kecepatan arus cmdet 1 0 – 15 15 – 30 30 – 50 50 3 2 1 6 Kedalaman terumbu karang m 1 6 – 15 15 – 30; 3 – 6 20 – 30 30; 3 3 2 1  N =  Nmaks = 54 IKW = Sumber: Yulianda 2007. Untuk menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan wisata selam Yulianda 2007, diformulasikan sebagai berikut : IKW = ∑ Dimana : IKW = Indeks kesesuaian wisata Ni = Nilai parameter ke-i bobot x skor Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Ketentuan untuk kelas kesesuaian aktivitas wisata selam modifikasi dari Yulianda 2007 adalah sebagai berikut: S1 = Sangat sesuai, dengan IKW 83 – 100 S2 = Sesuai, dengan IKW 50 – 83 N = Tidak sesuai, dengan IKW 50 Berdasarkan parameter tersebut disusun matrik kesesuaian. Kelas-kelas kesesuaian pada matriks tersebut menggambarkan tingkat kecocokan dari suatu bidang untuk pemanfaatan tertentu. Dalam penelitian ini, kelas kesesuaian dibagi dalam 3 kelas yaitu: 1 Kelas S1: Sangat sesuai highly suitable, yaitu kawasan ekosistem terumbu karang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari diving secara lestari, atau hanya mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti dan tidak terpengaruh secara nyata terhadap kondisi kawasan tersebut, serta tidak menambah masukan input untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari. 2 Kelas S2: Sesuai suitable, yaitu kawasan ekosistem terumbu karang yang mempunyai pembatas agak berat untuk pemanfaatan sebagai kawasan wisata bahari secara lestari. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi pemanfaatan kawasan tersebut, sehingga diperlukan upaya tindakan tertentu dalam membatasi pemanfaatan dan mengupayakan konservasi dan rehabilitasi. 3 Kelas N: Tidak sesuai not suitable, yaitu kawasan ekosistem terumbu karang yang mengalami tingkat kerusakan yang tinggi, sehingga tidak memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Untuk itu sangat disarankan untuk dilakukan perbaikan dengan teknologi tinggi dengan tambahan biaya dan perlu waktu yang lama untuk memulihkannya melalui konservasi dan rehabilitasi kawasan tersebut.

3.5.4. Analisis daya dukung kawasan

Analisis daya dukung biofisik mengacu pada Bouillon 1985; Huttche et al. 2002 yaitu Daya Dukung Kawasan DDK yang merupakan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut: DDK = K x x Dimana : DDK = Daya dukung kawasan K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk suatu kegiatan tertentu Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan Yulianda 2007. Potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan seperti pada Tabel 6. Tabel 6 Potensi ekologis pengunjung K dan luas area kegiatan Lt Jenis kegiatan  Pengunjung org Unit area Lt Keterangan Selam Diving 2 2000 m Setiap 2 orang dalam 200 m x 10 m 2 Sumber : Yulianda 2007. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan alam mentolerir pengunjung sehingga keaslian tetap terjaga. Setiap melakukan kegiatan ekowisata, setiap pengunjung akan memerlukan ruang gerak yang cukup luas untuk melakukan aktivitas seperti selam diving untuk menikmati keindahan pesona alam bawah laut, sehingga perlu adanya prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata seperti tersaji pada Tabel 7 berikut: Tabel 7 Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Jenis kegiatan Waktu yang dibutuhkan WP-jam Total waktu 1 hari WT-jam Selam Diving 2 8 Sumber : Yulianda 2007.

3.5.5. Analisis nilai visual objek wisata bahari SBE

Nilai visual pengembangan wisata bahari menggunakan metode SBE. Tahapan yang dilakukan dalam menentukan nilai SBE diawali dengan penentuan titik pengamatan, pengambilan foto, seleksi foto, dan penilaian oleh resp.onden Tabel 8. Perhitungan nilai visual dengan tabulasi data : frekuensi tiap skor f, frekuensi komulatif cf, dan cumulative probabilities cp. Dengan menggunakan table z ditentukan nilai z untuk setiap nilai cp. Untuk nilai cp = 1.00 atau cp = z=± ∝ digunakan rumus perhitungan cp = 12n. Rata-rata nilai z yang diperoleh untuk setiap foto kemudian dimasukkan dalam rumus SBE sebagai berikut : SBEx = Zx – Zo x 100 Dimana : SBEx = nilai penduga nilai keindahan objek ke-i Zx = nilai rata-rata z untuk objek ke-i Zo = nilai rata-rata suatu objek tertentu sebgai standar Klasifikasi sebaran menjadi 3 yaitu nilai SBE tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Hadi 2001; diacu dalam Khakim 2009 dengan rumus: Nilai Tertinggi – Nilai Terendah I = Jumlah Kelas