Konsep Daya Dukung Kawasan Pariwisata

a Daya dukung: Tingkat pemanfaatan sumberdaya alam atau ekosistem secara berkesinambungan tanpa menimbulkan kerusakan sumberdaya dan lingkungan. b Daya dukung ekologis: Tingkat maksimum baik jumlah maupun volume pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diakomodasikan oleh suatu kawasan atau zona sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis. c Daya dukung fisik: Jumlah maksimum pemanfaatan suatu sumberdaya atau ekosistem yang dapat diadopsi oleh suatu kawasan atau zona tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas fisik. d Daya dukung sosial: Tingkat kenyamanan dan apresiasi pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan atau zona akibat adanya penggunaan lain dalam waktu bersamaan. e Daya dukung ekonomi: Tingkat skala usaha dalam pemanfaatan suatu sumberdaya yang memberikan keuntungan ekonomi maksimum secara berkesinambungan. Daya dukung untuk wisata alam merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari berdasarkan kemampuan sumberdaya alam itu sendiri. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk mengurangi atau meminimalisir kerusakan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga dapat dicapai pengelolaan sumberdaya alam yang optimal secara kuantitatif maupun kualitatif dan berkelanjutan Davis dan Tisdell 1995a; Hawkins et al. 2005. Lim 1998, ada beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam penentuan daya dukung biofisik terumbu karang untuk aktivitas wisata selam, antara lain : a Ukuran dan bentuk terumbu karang Bentuk dan ukuran terumbu karang sangat mempengaruhi daya minat penyelam. Lokasi penyelaman yang cenderung heterogen bentuk dan ukuran terumbu karangnya akan menarik bagi wisatawan dan tingkat kerentanannya lebih tinggi di banding lokasi yang homogen Salim 1986 in Lim 1998. b Komposisi komunitas karang Karang branching dan foliose akan lebih disukai oleh penyelam dan akan lebih rapuh dan mudah patah dibanding bentuk massive akibat penyelam, perenang ataupun kapal. Dampak aktivitas juga tergantung pada luasan penutupan karang terutama karang hidup, semakin luas tutupan karang hidup maka semakin besar dampak kerusakan yang akan ditimbulkan, sehingga nilai daya dukung semakin besar. Komunitas karang lunak lebih tahan terhadap kontak fisik dengan penyelam atau perenang karena bentuknya lebih fleksibel. c Kedalaman, arus dan kecerahan Terumbu karang yang lokasinya cukup dalam dan atau arus air laut cukup kuat, maka diperlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi. Kecerahan perairan pandangan sangat mempengaruhi kepuasan penyelam dalam menikmati terumbu karang dan juga peluang resiko kerusakan yang akan ditimbulkan akan lebih besar. d Tingkat keahlian atau pengalaman penyelam Tingkat keahlian atau pengalaman penyelam sangat mempengaruhi daya dukung terumbu karang. Karena peluang kerusakan yang akan ditimbulkan oleh seorang pemula akan lebih besar dibandingkan penyelam yang sudah ahli. Sehingga perlu adanya pembagian lokasi penyelam yang sudah ahli berdasar tingkat kesulitan terkait dengan kualitas terumbu karang yang ada. e Aksesibilitas Aksesibilitas sangat ditentukan oleh jarak ke lokasi penyelaman, jika lokasi penyelaman tidak ditandai tambatan mourring bouys, maka pengetahuan lokal atau penggunaan GPS sangat dibutuhkan. f Atraksi dan frekuensi penyelaman Bentuk atraksi obyek penyelaman obyek hiu, penyu, ubur-ubur, karang atau ikan dan lain-lain sangat menentukan nilai resiko dan nilai ekonomi penyelaman. Semakin besar frekuensi kunjungan penyelaman maka semakin besar peluang kerusakan yang akan ditimbulkan. Nilai daya dukung wisata selam juga ditentukan oleh kebutuhan ruang setiap wisatawan untuk dapat menikmati jasa terumbu karang tanpa menyebabkan kerusakan terhadap ekosistem tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa kebutuhan standar ruang yang dibutuhkan oleh penyelam adalah 1000 m 2 10 m x 100 m untuk 2 dua orang penyelam Lim 1998.

3. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan laut pulau Biawak dan sekitarnya kabupaten Indramayu propinsi Jawa Barat Gambar 2. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pada lokasi ini terdapat gugusan pulau yang memiliki ekosistem terumbu karang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Lokasi penelitian terdiri dari 3 pulau karang dengan lima stasiun penelitian dimana pada masing-masing stasiun dilakukan pengambilan data pada dua kedalaman yaitu 3 dan 10 meter. Penelitian dilaksanakan selama 2 dua bulan mulai akhir Juni sampai Juli 2010 dalam tiga tahapan : 1 survey awal, bertujuan untuk memperoleh data skunder dan pengambilan beberapa gambar karang dan spesies ikan untuk bahan kuesioner, 2 pengumpulan data primer, meliputi pengumpulan data kondisi terumbu karang, ikan karang, parameter lingkungan, 3 analisis data dan penulisan laporan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data skunder Tabel 2. Secara garis besar data yang diperlukan adalah : - Data biofisik terumbu karang, antara lain luas tutupan, kondisi karang rusak, patah, hancur atau tergores dan jenis ikan karang, biota lain yang dapat menjadi daya tarik wisatawan, serta data parameter lingkungan yang meliput i kedalaman, salinitas, arus, dan kecerahan. - Data wisata bahari perairan Pulau Biawak dan sekitarnya wisata selam, antara lain lokasi penyelaman, persepsi dan resp.on wisatawan, kesesuaian kawasan serta daya dukung kawasan untuk kegiatan wisata bahari. - Gambar 2 Peta lokasi penelitian. Sta. 5 Sta. 4 Sta. 3 Sta. 2 Sta. 1