process AHP untuk menentukan alternatif kebijakan pemberdayaan masyarakat
nelayan.
3.5.1. Analisis Kondisi Eksisting Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Analisis sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat didasarkan atas kuisioner, data dikumpulkan dan disederhanakan pencatatannya dengan tabulasi selanjutnya
data tersebut dianalisis. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis parsial analisis tabel dan analisis RC Soekartawi, 2002. Pada dasarnya analisis kuantitatif
lebih banyak bersifat menjelaskan fenomena yang muncul pada analisa kualitatif atau mungkin sebaliknya.
Analisi RC RC adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan
nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :
a = RC R = Py.Y
C = FC+VC a
= { Py.YFC+VC }
ket: R = penerimaan
C = biaya Py = harga output
Y = output FC = biaya tetap fixed cost
VC = biaya variabel variable costs 3.5.2.
Analisis Kualitas Air
Analisis kondisi
kualitas air dilakukan secara deskriptif, dari data sekunder dan dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam
pengelolaan lingkungan hidup Muara Angke.
3.5.3. Analisis Kerusakan Mangrove
Analisis kerusakan mangrove dilakukan secara deskriptif, menggunakan data- data sekunder yang diperoleh dari dinasinstansi terkait.
3.5.4. Analisis Alternatif Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Berwawasan
Lingkungan
Dilakukan perumusan alternatif kebijakan pemberdayaan masyarakat berwawasan lingkungan Muara Angke Jakarta Utara dengan menggunakan metode
AHP. Dalam AHP pengukuran dapat dilakukan dengan membangun skala pengukuran dalam bentuk indeks, skoring atau nilai numerik tertentu.
Ha-hal yang harus diperhatikan dalam menyelesaikan suatu masalah dalam AHP adalah dekomposisi, komparatif judgement, sintesis prioritas dan konsistensi
logika. Adapun tahapan pada pendekatan AHP meliputi : a Identifikasi sistem, bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menentukan solusi yang diinginkan. b Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan sub-sub tujuan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah.
c Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat
diatasnya. Perbandingan berdasarkan judgment dari pengambilan keputusan, dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen di bandingkan dengan elemen
lainnya. d Menghitung matriks pendapat individu
e Menghitung pendapat gabungan f Pengolahan
vertikal g Revisi pendapat
Struktur hirarki ini diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada level paling bawah. Untuk lebih
jelasnya struktur hirarki dalam perumusan alternatif kebijakan pemberdayaan masyarakat berwawasan lingkungan di Muara Angke Jakarta Utara dapat dilihat
pada Gambar 4 berikut ini.
Pemberdayaan nelayan berwawasan lingkungan di Muara Angke
Tingkat 1:
Fokus
Tingkat 2:
Perguruan Tinggi DKP
LSM Swasta
Nelayan
Stakeholders
E k
o E
k m
E k
o
S o
s E
k m
E k
m E
k o
E k
m E
k m
S o
s S
o s
E k
o E
k o
S o
s S
o s
Tingkat 3: Aspek
- Prm - Pam
- Pel - P
- Pb - M
- Ka - Prm
- Pam - Pel
- M - Ka
- P - Pb
- Prm - Pam
- Pel - P
- Pb - M
- Ka - Prm
- Pam - Pel
- P - Pb
- M - Ka
- Prm - Pam
- Pel - P
- Pb - M
- Ka
Tingkat 4:
Ekowisat a
Nelayan tangkap
dimoderenisa sikan
Alternatif
Budidaya ikan hias
Peningkatan nilai tambah
Pemandu wisata
Gambar 4.
.
Struktur hirarki perumusan strategi kebijakan
Ket : - Eko = Ekologi, - Sos = Sosial, - Ekm = Ekonomi
- M = Musim, - Ka = Kualitas air, - P = Pendapatan, - Pb = Peluang bekerja, - Prm = Presepsi masyarakat, - Pam = Partisipasi masyarakat, - Pel = Pendidikan ingkungan
IV. KEADAAN UMUM MUARA ANGKE
4.1. Sejarah perkembangan perikanan