Menurut Satria 2001, mengemukakan pandangan bahwa dalam mengkaji nelayan dan permasalahannya, penting sekali untuk membedakan sejelas mungkin
antara 1 nelayan sebagai status pekerjaan occupational status dan 2 nelayan sebagai komunitas. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka diambil suatu
kesimpulan, bahwa yang dimaksudkan dengan komunitas nelayan adalah sebagai berikut :
a. Tinggal secara mengelompok di pinggiran pantaiwilayah pesisir. b. Memiliki sistem kekerabatan, sistem pengelolaan ekonomi lokal dan tipe
pelapisan sosial yang berbeda dari kebanyakan komunitas yang ada. c. Pada umumnya bersifat lebih terbuka disbanding dengan komunitas lainnya.
d. Beban resiko atas pekerjaannya relatif lebih besar dibandingkan dengan jenis pekerjaan
lainnya. e. Memiliki aturan bersama mengenai pengelolaan dan pemanfaatan wilayah
penangkapan yang biasanya tidak tertulis tetapi disepakati bersama.
2.5. Pemberdayaan Komunitas Nelayan
Sesuai dengan pandangan Giddens 2002, yang berpendapat bahwa program- program pengentasan kemiskinan konvensional perlu diganti dengan pendekatan
yang berfokus pada komunitas, yang memberi lebih banyak kesempatan partisipasi, demokratis sekaligus lebih efektif. Pembangunan komunitas menerangkan jaringan-
jaringan pendukung, upaya menolong diri sendiri dan pengolahan modal sosial sebagai sarana untuk membangkitkan pembaharuan ekonomi dalam lingkungan yang
berpenghasilan rendah. Program melawan kemiskinan membutuhkan suntikan sumber-sumber daya ekonomis, yang diterapkan dalam rangka mendukung prakarsa
lokal. Kusnadi 2002 merefleksikan pandangannya atas masalah-masalah nelayan
dalam strategi pengolahan sumberdaya perikanan berbasis komunitas dalam kaitannya dengan kebutuhan pembangunan untuk mempertimbangkan hal-hal sebagi
berikut :
a Mencegah munculnya kebijakan-kebijakan pembangunan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan dan pesisir yang tidak bersandar pada kepentingan
publik dan kelestarian lingkungan; b Membentuk forum kerjasama atau forum komunikasi antar pemerintah daerah
untuk menyepakati penetapan norma-norma kolektif tentang pemanfaat sumberdaya perikanan lokal sesuai dengan semangat otonomi daerah dan
disosialisasikan secara luas dan benar kepada masyarakat nelayan agar mereka memiliki cara pandang yang sama ;
c Melakukan identifikasi seluruh pranata yang dimiliki oleh masyarakat
nelayanpesisir untuk selanjutnya memilih pranata-pranata yang bisa didayagunakan untuk pemberdayaan masyarakat nelayan ;
d Mengembangkan penguatan kedudukan dan fungsi pranata lokal serta mengembangkan pranata-pranata baru sesuai dengan kebutuhan aktual sebagai
sarana dalam pengelolaan sumberdaya lokal ; dan e Penguatan organisasi masyarakat nelayan dan jaringan kerjasamanya, yang
diperlukan terutama untuk menghubungkan masyarakat lokal dengan masyarakat luar.
Selanjutnya Fattah 2002 mengemukakan dua hal dalam kaitan meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga masyrakat pesisir nelayan yaitu :
1 Pemenuhan kebutuhan informasi, yaitu pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan usahanya. Kebutuhan ini sebenarnya berhubungan erat dengan
peningkatan mutu sumberdaya manusia masyarakat pesisir nelayan, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan mereka terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan usahanya, misalnya kondisi laut dan pesisir pantai, kondisi iklim, jenis alat tangkap yang cocok, cara penggunaan alat tangkap secara benar, jenis hasil
laut yang diminati konsumen, cara penanganan pasca panen, kondisi harga, cara memperoleh kredit usaha atau bantuan yang disediakan pemerintah atau lembaga
kredit lainnya ; dan 2 Pemenuhan kesempatan berusaha, yaitu tersedianya fasilitas yang dapat
mendukung perkembangan usahanya. Kebutuhan ini berhubungan erat dengan ketersediaan fasilitas
produksi yang dibutuhkan oleh masyarakat pesisir nelayan untuk mulai atau mengembangkan usahanya, seperti : fasilitas
penghubung, fasilitas pemasaran produksi dan faktor-faktor produksi, fasilitas kredit yang mudah dan murah, fasilitas peralatan penanganan pasca produksi, dan
penyediaan sarana dan prasarana usaha.
2.6. Perairan