sangat signifikan menjadi US 100,798,624,280 dari total ekspor tahun sebelumnya yang hanya US 85,659,952,615. Hal ini bisa diartikan bahwa di
tahun 2006, produk-produk Indonesia lainnya lebih mendominasi pangsa ekspor Indonesia di pasar dunia.
5.1.1.3. Analisis Produk Coniferous of Wood Kayu Serabut
Hasil estimasi RCA untuk produk Coniferous of wood kayu serabut selama periode 2000-2006 memperlihatkan bahwa produk ini tidak mempunyai
keunggulan komparatif terlihat dari nilai RCA yang selalu kurang dari satu dengan rentang nilai 0.0003-0.11. Hal ini disinyalir diakibatkan oleh volume
ekspor produk Coniferous of wood kayu serabut Indonesia yang relatif masih sangat kecil dibandingkan negara pesaing lainnya Tabel 7.
Pada tahun 2000 hasil estimasi RCA menyatakan bahwa nilai RCA adalah sebesar 0.04 dengan volume ekspor produk Coniferous of wood kayu
serabut Indonesia di pasar dunia mencapai US 7,382.051. Angka 0.04 disini menunjukan bahwa produk tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif
karena nilainya yang kurang dari satu.
Tabel 7. Hasil Estimasi RCA Produk Coniferous of Wood Kayu Serabut
Year Trade Value
in World Trade Value
Growth RCA
Value RCA
Growth
2000 7,382,051
- 0.04
- 2001
10,333,129 39.98 0.07 59.66 2002
6,260,231 -39.42 0.04 -40.00
2003 13,126,892 109.69 0.11 157.69
2004 2,204,895 -83.20 0.01 -88.55
2005 61,235 -97.22 0.00 -97.41
2006 466,209 661.34 0.00 593.33
Pada tahun 2000 hasil estimasi RCA menyatakan bahwa nilai RCA adalah sebesar 0.04 dengan volume ekspor produk Coniferous of wood kayu
serabut Indonesia di pasar dunia mencapai US 7,382.051. Di tahun berikutnya
yaitu tahun 2001 total ekspor produk ini ke pasar dunia mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 39.98 persen menjadi US 10,333,129 yang diikuti pula
oleh peningkatan nilai RCA sebesar 59.66 persen menjadi 0.07. Walaupun terjadi peningkatan nilai RCA namun nilai tersebut masih kurang dari satu yang berarti
produk Coniferous of wood kayu serabut Indonesia masih belum mempunyai keunggulan komparatif.
Penurunan volume ekspor produk Coniferous of wood kayu serabut Indonesia yang cukup besar
terjadi pada tahun 2002, dimana volume ekspor
mengalami penurunan sebesar 39.42 persen yang diikuti oleh penurunan nilai RCA sebesar 40.00 persen menjadi 0.04. Setelah mengalami penurunan ekspor
yang cukup besar pada tahun 2002, ekspor produk Coniferous of wood Indonesia ke pasar dunia kembali mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun
2003 yaitu menjadi US 13,126,892 atau meningkat sebesar 109.69 persen dengan nilai RCA yang kembali menguat namun tetap saja masih kurang dari satu
yaitu 0.11. Pada tahun 2004 ekspor produk ini kembali mengalami penurunan yang
sangat signifikan, ekspor produk Coniferous of wood kayu serabut Indonesia ke pasar dunia menurun sebesar 83.20 persen dari tahun sebelumnya menjadi US
2,204,895 yang juga diikuti oleh penurunan nilai RCA sebesar 88.55 persen menjadi hanya 0.01.
Penurunan ekspor produk ini terus dialami di tahun 2005, dengan penurunan yang terbesar selama periode 2000-2006 yaitu sebesar 97.22
persen dari tahun sebelumnya menjadi hanya US 61,235 pada tahun 2005. Hal ini mengakibatkan nilai RCA yang semakin jauh dari angka satu yaitu di nilai
0.0003. Tahun 2006 terjadi peningkatan ekspor Coniferous of wood kayu
serabut Indonesia yang cukup signifikan setelah mengalami penurunan yang cukup besar di tahun-tahun sebelumnya. Ekspor produk Coniferous of wood kayu
serabut Indonesia di pasar dunia pada tahun tersebut meningkat menjadi US 466,209 atau naik sebesar 661.34 persen. Peningkatan nilai ekspor tersebut juga
disertai peningkatan pada nilai RCA sebesar 593.33 persen, sehingga nilai RCA di tahun 2006 menjadi 0.002. Namun hal tersebut belum mampu merubah keadaan
produk Coniferous of wood kayu serabut Indonesia, karena nilainya masih dibawah satu yang berarti produk ini masih belum mempunyai keunggulan
komparatif. Dari hasil estimasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa selama
kurun waktu 2000-2006, produk Coniferous of wood Kayu serabut Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif di pasar dunia, sehingga seharusnya
produk tersebut lebih ditinjau kembali jika masih tetap diekspor ke pasar dunia.
5.1.1.4. Analisis Produk Palm Kernel or Babassu Oil and Frac Minyak Sawit