tersebut tentu saja menguntungkan Indonesia mengingat sebagian besar ekspor Indonesia merupakan komoditi primer.
Nilai Ekspor dalam US
2E+10 4E+10
6E+10 8E+10
1E+11 1,2E+11
2000 2001 2002
2003 2004
2005 2006
Tahun
Sumber: Comtrade, 2007
Gambar 3. Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2006
4.2. Pertumbuhan Ekspor Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan
4.2.1. Pertumbuhan Ekspor Wood and articles of wood Kayu dan Artikel Kayu
Komoditi hasil hutan terutama jenis kayu, merupakan salah satu ekspor penting bagi Indonesia karena nilainya yang besar. Namun perlu diperhatikan juga
eksplorasinya, karena komoditi ini mempunyai kecenderungan tinggi dalam
kerusakan lingkungan jika tidak ada pengawasan dan tindakan tegas dari pemerintah. Berdasarkan Gambar 4, tampak bahwa terjadi kecenderungan
penurunan nilai ekspor Wood and articles of wood selama periode 2000-2006, hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh semakin merebaknya isu lingkungan dan
diterapkannya ecolabeling semenjak tahun 2000, sehingga berdampak pada fluktuasi nilai ekspornya di pasar dunia. Kenyataannya menunjukan bahwa
industri kayu sedang menghadapi berbagai permasalahan, yakni disamping langkanya bahan baku berkualitas tinggi, juga hambatan perdagangan, terutama
dengan hadirnya negara-negara produsen kayu lapis baru seperti Malaysia. Pada kondisi tersebut dikhawatirkan komoditi Ekspor Wood and articles of wood yang
akan datang akan menghadapi persaingan pasar yang lebih berat lagi, baik harga, kualitas maupun jumlah yang dapat diekspor.
Nilai Ekspor dalam US
500.000.000 1.000.000.000
1.500.000.000 2.000.000.000
2.500.000.000 3.000.000.000
3.500.000.000 4.000.000.000
2000 2001
2002 2003
2004 2005 2006
Tahun
Sumber: Comtrade, 2007
Gambar 4. Perkembangan Nilai Ekspor Wood and articles of wood Kayu danArtikel Kayu Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006
Dalam rentang waktu 2000-2006, pertumbuhan ekspor kayu Indonesia cenderung mengalami pertumbuhan yang negatif dari tahun ke tahun. Penurunan
volume ekspor kayu Indonesia yang terbesar terjadi pada tahun 2001, dengan penurunan sebesar 7.80 persen, jumlah ekspor menjadi hanya US 3,353,568,000.
Di tahun 2004, ekspor kayu Indonesia sempat mengalami pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan sebesar 2.86 persen memang bisa dibilang pertumbuhan
yang tidak terlalu besar, namun angka positif pada pertumbuhannya mampu membuat ekspor kayu Indonesia kembali melaju dengan total ekspor pada tahun
tersebut sebesar US 3,271,420,594. Pertumbuhan yang positif tersebut tidak bertahan lama karena di tahun berikutnya yaitu pada tahun 2005, ekspor kayu
Indonesia ke pasar dunia kembali mengalami penurunan sebesar 4.89 persen.
Sumber : Comtrade, 2007
Gambar 5. Perkembangan Ekspor Plywood consisting solely of sheets Kayu Lapis Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006
Salah satu ekspor kayu terbesar Indonesia ke pasar dunia adalah jenis kayu lapis atau Plywood consisting solely of sheets. Namun dalam kurun waktu 2000-
2006, ekspor produk kayu jenis kayu lapis cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Penurunan volume ekspor kayu lapis Indonesia
yang sangat signifikan dialami pada tahun 2001 dan 2005. Pada tahun 2001 terjadi penurunan volume ekspor ke pasar dunia sebesar 11.37 persen dengan jumlah
total ekspor pada tahun tersebut adalah US 1,330,285.568 dari sebelumnya US 1,501,021.458 pada tahun 2000. Penurunan tersebut karena Indonesia baru
menerapkan dan mengikuti persyaratan standarisasi perlindungan lingkungan hidup internasional yaitu ecolabelling yang mana baru diterapkan pada tahun
2000. Penurunan tersebut terus terjadi, penurunan terbesar terjadi pada tahun 2005, dimana ekspor Plywood consisting solely of sheets kayu lapis Indonesia
mengalami penurunan sebesar 17.31 persen menjadi hanya US 974,424.627 pada tahun tersebut. Walaupun pada tahun berikutnya yaitu tahun 2006, ekspor
Plywood consisting solely of sheets kayu lapis Indonesia ke pasar dunia
mengalami peningkatan sebesar 3.80 persen. Jenis kayu serabut atau Coniferous of Wood juga merupakan salah satu
jenis kayu Indonesia dengan nilai ekspor terbesar. Perkembangan ekspor produk kayu jenis ini sangat fluktuatif dari tahun-tahun. Seperti terlihat pada Gambar 6.
dimana pada tahun 2000-2001 terjadi peningkatan ekspor sebesar 39.98 persen yang diikuti penurunan ekspor sebesar 39.42 persen pada tahun berikutnya.
Peningkatan ekspor terbesar terjadi pada tahun 2003, dimana peningkatan volume ekspor Coniferous of Wood kayu serabut adalah sebesar 109.69 persen menjadi
US 13,126.892 dibandingkan tahun sebelumnya US 6,260.231. Penurunan
terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 97.22 persen yang pada tahun sebelumnya juga mengalami penurunan cukup besar yaitu 83.20 persen.
Penurunan tersebut mengakibatkan volume ekspor Coniferous of Wood kayu serabut Indonesia ke pasar dunia pada tahun 2005 menjadi US 61.235.
Penurunan yang signifikan tersebut diperkirakan terjadi karena Indonesia masih belum bisa menerapkan standarisasi lingkungan hidup secara penuh. Pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2006, volume ekspor produk ini mengalami peningkatan sebesar 661.34 persen.
Sumber : Comtrade, 2007
Gambar 6. Perkembangan Ekspor Coniferous of Wood Kayu Serabut Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006
4.2.2. Pertumbuhan Ekspor Pulp Bubur Kertas