II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Ekonomi Versus lingkungan
Pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan sering bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan, sehingga sering dikatakan
bahwa antara pembangunan ekonomi dan lingkungan terkesan kontradiktif. Tapi hal ini tidaklah selalu benar karena antara dua kepentingan ini bisa saling
berinteraksi atau diintegrasikan sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan bisa sama-sama tercapai. Kuatnya saling interaksi dan ketergantungan antara dua
faktor tersebut memerlukan pendekatan yang tepat bagi kepentingan pembangunan berkelanjutaan atau pembangunan berwawasan lingkungan, yang
kita kenal dengan sebutan Sustainable Development. Secara teoritis dan praktis, penilaian ekonomi sumber daya alam dengan
berdasarkan biaya moneter dari kegiatan ekstraksi dan distribusi sumber daya saja seringkali mengakibatkan kurangnya insentif bagi penggunaan sumberdaya yang
sustainable . Selanjutnya kegiatan konsumsi yang berlebihan terhadap sumber
daya untuk kegiatan produksi dapat mengakibatkan terjadinya degradasi lingkungan yang menjadi beban dan biaya lingkungan serta masyarakat. Untuk
mendukung pengembangan sumber daya yang sustainable maka biaya lingkungan akibat degradasi itu harus diintegrasikan dalam seluruh aspek kegiatan ekonomi,
tidak hanya pada pola konsumsi perdagangan, tetapi juga terhadap sumber daya lainnya. Menurut Lonergan dalam Yakin 1997, untuk menjamin terlaksananya
pembangunan yang berwawasan lingkungan, ada tiga dimensi penting yang harus dipertimbangkan. Pertama adalah dimensi ekonomi yang menghubungkan antara
pengaruh unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana sumber daya alam diberlakukan dalam analisis ekonomi. Kedua adalah
dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan degradasi lingkungan pada
semua negara. Dimensi ini juga termasuk peranan agen masyarakat, struktur sosial dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Ketiga adalah dimensi sosial dan budaya
yang mengkaitkan antara tradisi atau sejarah, dominasi ilmu pengetahuan barat serta pola pemikiran dan tradisi agama. Ketiga dimensi ini berinteraksi satu sama
lain untuk mendorong terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan, suatu pembangunan di
wilayah tertentu dapat berlangsung secara berkelanjutan jika permintaan total manusia terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui
kemampuan suatu ekosistem untuk menyediakannya dalam kurun waktu tertentu. Permasalahan lingkungan akan muncul jika permintaan manusia terhadap sumber
daya alam dan jasa-jasa lingkungan, melebihi kemampuan ekosistem wilayah untuk menyediakan sumber daya alam dan jasa lingkungan tersebut Yakin,
1997. Perlindungan lingkungan hidup yang bertujuan untuk memperoleh
kualitas lingkungan yang baik, sekarang maupun masa yang akan datang, memerlukan usaha yang sungguh-sungguh terutama dalam hal : 1 Inventarisasi
situasi lingkungan saat ini, 2 Lembaga serta organisasi yang khusus menangani masalah lingkungan baik di pusat maupun daerah, terutama menentukan
penyimpangan, 3 Penyelesaian permasalahan secara ilmiah, terencana dan politis, serta 4 Evaluasi terus menerus terhadap program-program lingkungan
serta persyaratan pembangunan proyek yang harus dipenuhi. Selain dampak ekonomi, dampak lingkungan pada proyek juga harus diperhatikan Suparmoko,
1998.
2.1.2. Internalisasi Aspek Lingkungan Hidup dalam Perdagangan