cukup lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda negatif - 0.211
2.2.2. Penelitian Mengenai Ekonomi dan Lingkungan
Penelitian tentang ekonomi dan dampak lingkungan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya adalah Ansahar 2005. Dalam penelitiannya
tentang valuasi ekonomi dan dampak lingkungan pada penambangan pasir darat kota Tarakan propinsi Kalimantan Timur, terdapat beberapa dampak yang terjadi
akibat penambangan pasir darat di kota Tarakan, yaitu: 1 Penurunan dan kehilangan jumlah pasir darat, 2 Penurunan jumlah dan kualitas air, 3 Erosi
pasir, 4 Sedimentasi dan 5 Kerusakan lahan. Menggunakan teknik korelasi Spearmen
, didapatkan sejumlah fakta bahwa sebagian besar dari responden memiliki keinginan untuk membayar Rp 2,000bulan untuk komponen-komponen
lingkungan yang terkena dampak penambangan pasir. Keuntungan secara langsung dari penambangan pasir ini adalah sebesar Rp 691,375,000tahun.
Sementara biaya kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir adalah sebesar Rp 80,945,000 tahun. Rasio antara keuntungan secara langsung dan tak langsung
dari penambangan pasir darat di kota Tarakan dengan biaya pengganti BC ratio akibat penambangannya adalah 8.5 1. Nilai tersebut berarti penambangan pasir
darat di kota Tarakan, masih layak untuk dilakukan secara ekonomi, namun secara dampak lingkungan beresiko negatif untuk dilanjutkan. Hal ini terlihat dari level
bahaya erosi yang saat ini masuk kategori sedang, akan berubah menjadi tinggi atau sangat tinggi di tahun-tahun mendatang.
Ridwan 2008 dalam penelitiannya tentang analisis usaha tani padi ramah lingkungan dan padi anorganik Kasus kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor
Barat, Kota Bogor, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan peneriman total usahatani padi ramah
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani pemilik padi
anorganik lebih besar dibandingkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total usaha tani organik. Sedangkan untuk petani penggarap,
pendapatan usaha tani padi ramah lingkungan lebih besar daripada pendapatan usahatani anorganik. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh petani penggarap. Berdasarkan analisis RC rasio, usahatani padi ramah lingkungan dan padi
anorganik di Kelurahan Situgede sama-sama menguntungkan untuk dilaksanakan karena nilai RC rasio lebih besar dari satu. Nilai RC rasio atas biaya tunai untuk
petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2.392 sedangkan nilai RC rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani anorganik hanya
sebesar 2.275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan penerimaan yang
lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani anorganik. Untuk Petani penggarap nilai RC rasio atas biaya tunai dan nilai dan nilai RC rasio atas
biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai RC rasio atas biaya tunai dan nilai RC rasio atas biaya tota usahatani anorganik. Artinya
usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani anorganik. Perbedaan mendasar penelitian mengenai analisis daya saing produk
Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan penelitian-penelitian lainnya adalah pada jenis
produkkomoditi yang diteliti. Dimana dalam penelitian ini, produkkomoditi yang diteliti merupakan produk berbasis kehutanan yang berkaitan langsung dengan
permasalahan lingkungan deforestasi, namun tidak membahas dampak langsungnya terhadap lingkungan. Juga pada penggunaan metode analisis
penelitian yang menggunakan RCA dan EPD sebagai alat analisis daya saing komparatif dan kompetitif, serta pendekatan pangsa pasar konstan CMS untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.2. Kerangka Pemikiran