3. Penerapan standar lingkungan tidak boleh dijadikan hambatan dalam
perdagangan bebas, tidak diskriminatif, transparan dan tidak mempunyai konflik dengan alat perdagangan yang diperlukan untuk
perlindungan lingkungan. 4.
Peningkatan akses pasar bagi produk-produk Indonesia harus lebih mengarah kepada pengalokasian sumber daya alam yang lebih baik
guna membantu perlindungan lingkungan hidup. 5.
Penerapan label lingkungan dalam perdagangan bebas dilaksanakan dengan tujuan efisiensi di dalam pemanfaatan maupun penggunaan
sumber daya alam. Penerapan tersebut bersifat secara sukarela dan bertahap dengan mengutamakan kepentingan pengelolaan lingkungan
hidup. 6.
Pendekatan pemanfaatan teknologi didasarkan pada pemilihan teknologi yang tepat guna, yaitu teknologi yang menggunakan metode
best applicable technology serta didasarkan pada pertimbangan upaya
pencegahan dini eco-technology.
2.1.3. Teori Perdagangan Internasional
Pasal 1 Undang-undang NO. 32 Tahun 1964 tentang peraturan lalu lintas devisa menyebutkan bahwa ekspor adalah pengiriman barang ke luar Indonesia.
Dari segi perspektif permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi dari permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh
suatu negara, sedangkan kegiatan impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan suatu negara terhadap suatu komoditi pasar internasional.
Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke
negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang dihasilkan oleh negara pengekspor. Dalam perdagangan internasional khususnya, ekspor
mempunyai peranan penting yaitu sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Sebab ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor di dalam negeri. Sedangkan impor merupakan pembelian barang yang dilakukan
oleh suatu negara ke negara lain yang menghasilkan barang tersebut. Impor terjadi karena suatu negara tidak bisa menghasilkan barang-barang modal dan berbagai
jenis barang untuk keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor, maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit
Amir, 1995. Ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional ekspor impor suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi
kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara dan tidak semua negara mampu menyediakan kebutuhan masyarakatnya akibat
adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Teori mengenai perdagangan diantara dua negara yang dikenal luas
dengan teori keunggulan absolut dikemukakan oleh Adam Smith. Asumsi yang menjadi dasar dalam teori ini adalah perdagangan internasional hanya dapat
terjadi pada negara yang memiliki keuntungan absolut. Jika suatu negara lebih efisien atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lainnya dalam
memproduksi suatu komoditas, namun kurang efisien dibandingkan negara lain dalam memproduksi komoditi lain, maka kedua negara tersebut dapat
memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam komoditi unggulan dan menukarkannya dengan komiditi lain yang tidak
memiliki keunggulan absolut dalam suatu mekanisme perdagangan internasional Salvatore, 1997.
Kenyataannya dalam forum perdagangan global, fakta menunjukan bahwa tidak semua negara di dunia mempunyai keunggulan absolut dalam perdagangan.
Kelemahan teori keunggulan absolut ini dikoreksi oleh David Ricardo melalui buku yang berjudul Principal of Political Economy and Taxation. Teori tersebut
dalam perkembangannya disebut sebagai teori keunggulan komparatif. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun suatu negara kurang efisien memiliki
kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas, namun masih terdapat asumsi keunggulan komparatif yang dapat mendasari
dalam perdagangan internasional. Asumsi ini diaplikasikan melalui spesialisasi dalam kegiatan produksi produk ekspor dengan kerugian absolut lebih kecil
keunggulan komparatif dan sebaliknya melakukan impor terhadap komoditas yang memiliki kerugian absolut kerugian komparatif yang lebih besar.
Beberapa asumsi lain yang dikemukakan oleh Ricardo adalah 1 hanya terdapat dua negara dengan dua komoditas, 2 perdagangan bersifat bebas, 3
Terdapat mobilitas antar dua negara tersebut, 4 biaya produksi konstan, 5 tidak terdapat biaya transportasi, 6 teknologi konstan, 7 menggunakan teori nilai
tenaga kerja.
Perkembangan dalam teori perdagangan internasional selanjutnya dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin H-O. Menurut Hecksher-Ohlin, terdapat
perbedaan opportunity cost suatu produk antar suatu negara dengan negara lain yang disebabkan karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi yang dimiliki
masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak dan murah dalam produksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu apabila negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka dan mahal dalam produksinya Salvatore, 1997. Analisis penawaran ekspor dan permintaan impor pada pasar
internasional dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik untuk kasus dua negara dengan
suatu komoditi perdagangan tertentu. Misalnya adalah penawaran dan permintaan komoditi i di pasar domestik Gambar 1, masing-masing adalah S
A
dan D
A
di Negara A serta S
B
dan D
B
di negara B. Tanpa perdagangan terbuka, keseimbangan I negara A di capai pada
kondisi E
A
dengan volume transaksi Q
A
dan harga P
A
. Di Negara B keseimbangan dicapai pada kondisi E
B
dengan volume transaksi Q
B
dan harga P
B
, dengan asumsi bahwa harga domestik di negara A lebih murah dibandingkan dengan harga
domestik yang terjadi di Negara B. Harga diatas P
A
, produsen di negara A akan menghasilkan lebih banyak daripada yang bersedia di beli konsumen di negara tersebut, jadi penawaran S
A
di titik E
A
dapat excess supply function OEA, di negara A. Sementara untuk harga dibawah harga P
B
, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak daripada
yang ingin dihasilkan produsen di negara tersebut. Jadi fungsi permintaan D
B
dibawah titik E
B
dapat mencerminkan excess demand function OEB. Perdagangan internasional dalam hal ini menyeimbangkan antara excess demand
dan excess supply, karena besarnya segitiga OAE = segitiga OEB.
Selanjutnya, dimisalkan ada perdagangan antara negara A dan negara B, dengan asumsi biaya transportasi adalah nol. Penawaran ekspor pada pasar
internasional digambarkan oleh S
W
yang merupakan excess supply function dari negara A, dan permintaan impor digambarkan oleh D
W
yang merupakan excess demand function
dari negara B, keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik E
W
yang menghasilkan harga dunia sebesar P
W
, dimana negara A mengekspor QA1- QA2 yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B QB1-QB2. Jumlah
ekspor dan impor tersebut ditunjukan oleh volume perdagangan sebesar Q
W
pada pasar internasional.
P P
P
S
A
S
w
S
B
’
P
B
o EA
EW EB
PW o P
A
o Dw
D
B
D
A
Q
A
1 Q
A
Q
A
2 Q Q
W
Q Q
B
1 Q Q
B
2 Q
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 1. Analisis Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor