2.2.1. Penelitian Mengenai Daya Saing
Telah banyak dilakukan penelitian-penelitan tentang daya saing, beberapa diantaranya adalah penelitian Meryana 2007 tentang daya saing kopi robusta
Indonesia di pasar internasional. Jenis data yang digunakan adalah berupa data sekunder. Dari hasil analisis struktur pasar dengan menggunakan nilai Herfindhal
Index dan Concentration Ratio diperoleh hasil bahwa struktur pasar kopi robusta
di pasar kopi internasional menunjukan kecenderungan ke arah pasar persaingan dengan dengan bentuk pasar oligopoly. Hasil ini ditunjukan dengan skor
Herfindhal Index sebesar 0.2 dan nilai Concentration Ratio dari empat produsen
terbesar sejumlah 70 persen. Industri kopi nasional memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukan dengan nilai RCA yang lebih besar dari 1 yaitu
sebesar 9.70. Akan tetapi, daya saingnya masih rendah dibandingkan dengan negara Pantai Gading dan Uganda yang merupakan negara produsen dan eksportir
utama kopi robusta di dunia. Hasil analisis keunggulan kompetitif industri kopi robusta Indonesia adalah bahwa secara keseluruhan atribut seperti faktor sumber
daya, kondisi permintaan domestik dan struktur industri kopi dalam negeri mendukung industri ini untuk berkembang..
Penelitian tentang daya saing juga telah dilakukan oleh Koerdianto 2008. Penelitiannya tentang analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah
terhadap komoditas sayuran unggulan, kasus Kecamatan Ciwidey, kabupaten Bandung dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Menggunakan
data primer dan sekunder dengan alat analisis Policy Analysis Matrix PAM. Hasil analisisnya menunjukan bahwa Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan
Lembang memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif untuk
menghasilkan komoditas sayuran unggulan tomat dan cabai merah. Berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, Kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki
keunggulan komparatif untuk tomat dan cabai merah dibandingkan Kecamatan Lembang. Sementara berdasarkan kriteria keunggulan kompetitif, kecamatan
Lembang relatif memiliki keunggulan kompetitif untuk komoditas tomat dibanding Kecamatan Lembang. Sedangkan untuk cabai merah, walaupun
perbedaannyya tidak signifikan, Kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki keunggulan kompetitif dibanding Kecamatan Lembang.
Penelitian Kartikasari 2008 dalam analisis daya saing komoditi tanaman hias dan aliran perdagangan anggrek Indonesia di pasar internasional
mengungkapkan bahwa dengan metode RCA, perkembangan industri tanaman hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan Thailand sebagai kompetitor
utama di pasar tanaman hias dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut dilihat dari perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia selama periode 1996-
2006 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand. Selain itu pangsa ekspor tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara umum lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Korea, sementara di pasar jepang, Amerika
Serikat dan Belanda, Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal ini berarti tanaman hias Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar Korea.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar Singapura pada tahun 1996 dan 1999 selanjutnya sampai dengan akhir periode
daya saing tanaman hias Indonesia di keunggulan komparatif untuk komoditi
tanaman hias pada periode 2004-2006. Sedangkan di pasar Amerika Serikat pada periode 2005-2006.
Firdaus 2007 melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di
Pasar Amerika Serikat. Untuk menentukan aspek-aspek yang paling signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor digunakan analisa Constant Market
Share . Berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain
lembaran dan benang Indonesia ke Amerika Serikat periode 1999-2005 lebih dipengaruhi oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan impor atau efek pangsa
makro dari Amerika Serikat. Sedangkan efek komposisi komoditi atau efek pangsa mikro kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia. Adapun penelitian tentang daya saing lainnya dilakukan oleh Suprihatini
2000. Dalam penelitiannya tentang analisis daya saing ekspor teh Indonesia di pasar teh dunia melalui pendekatan Constant Market Share CMS. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh dunia bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi
tersebut disebabkan karena 1 Komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar yang tercermin dari angka komposisi
komoditas teh Indonesia yang bertanda negatif -0.032; 2 negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang
memiliki pertumbuhan import teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi yang bertanda negatif -0.045; dan 3 daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang
cukup lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda negatif - 0.211
2.2.2. Penelitian Mengenai Ekonomi dan Lingkungan