100
7.3. Analisis Kelayakan Finansial Pola III Budidaya Puyuh Petelur dan
Pembibit dengan Populasi 24.000 Ekor
Pola III ini merupakan rencana pengembangan usaha PPBT untuk menambah jumlah puyuh petelurnya dua kali lipat dari populasi semula yang
semua kebutuhan bibit puyuh petelur dipenuhi dengan penetasan bibit sendiri. PPBT mengusahakan 24.000 ekor puyuh untuk dijadikan puyuh petelur dan
puyuh pembibit dengan proporsi 22.000 ekor untuk puyuh petelur dan 2.000 ekor 1.600 ekor betina dan 400 ekor jantan untuk puyuh pembibit. Untuk memenuhi
kebutuhan puyuh sebanyak 24.000 ekor, PPBT menambah investasi baru berupa kandang grower dan layer, kurung puyuh, mesin tetas, dan keperluan mesin tetas
seperti baki air.
7.3.1. Arus Penerimaan Inflow
Pada pola usaha III yaitu usaha puyuh petelur dan pembibit dengan populasi 24.000 ini, arus penerimaan diperoleh dari hasil penjualan telur puyuh,
puyuh pembibit, puyuh jantan, puyuh afkir, kotoran puyuh, serta pakan puyuh. Sama seperti kedua pola yang lain, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya
investasi proyek berupa generator, timbangan besar, mesin giling jagung, serta
kendaraan mobil. Pola usaha III merupakan pola pengembangan dari pola usaha II sehingga
cara pemenuhan jumlah puyuh petelur pola III sama dengan sistem pemenuhan puyuh pada pola II. Pada tahun pertama pemenuhan jumlah puyuh petelur yaitu
disesuaikan dengan hasil penetasan DOQ dari mesin tetas yang ada. Setiap bulan mesin mampu menetaskan 5.320 ekor DOQ dimana 60 persen yaitu sekitar 3.192
ekor puyuh betina dan 40 persen yaitu sekitar 2.128 ekor adalah puyuh jantan. Pada bulan ke-6 dan ke-12 puyuh betina hasil penetasan diseleksi sebanyak 1.600
ekor untuk puyuh pembibit, dan sisanya dimanfaatkan untuk puyuh petelur. Hal ini dilakukan karena pada bulan ke-6 dan ke-12 puyuh pembibit mengalami
pengafkiran sehingga harus diganti dengan puyuh yang baru. Pada tahun pertama jumlah puyuh telur sebanyak 22.000 ekor baru dapat terpenuhi pada bulan ke-10
sedangkan produksi puyuh petelur dimulai pada bulan ke-3 dari populasi awal 3.192 ekor. Jumlah produksi telur puyuh pada pola usaha III di tahun pertama
yaitu sebanyak 4.502.316 butir telur, sedangkan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-
101 7 diasumsikan tetap sebesar 7.869.400 butir telur. Nilai-nilai tersebut diperoleh
dari jumlah puyuh yang ada dikalikan jumlah hari produksi, kemudian dikalikan dengan persentase perolehan telur layak jual sebesar 98 persen. Harga jual telur
puyuh selama umur proyek 7 tahun diasumsikan tetap yaitu Rp 175,- per butir. Jumlah produksi per tahun dan nilai penjualan telur puyuh disajikan Tabel 37.
Tabel 37. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Telur Puyuh PPBT pada Pola III
Tahun Ke Jumlah Produksi Telur
Harga Satuan Nilai
Butir Rpbutir
Rp
1 4.502.316
175 787.905.300
2 7.869.400
175 1.377.145.000
3 7.869.400
175 1.377.145.000
4 7.869.400
175 1.377.145.000
5 7.869.400
175 1.377.145.000
6 7.869.400
175 1.377.145.000
7 7.869.400
175 1.377.145.000
Total 51.718.716
9.050.775.300
Penerimaan lain yang didapat PPBT adalah hasil penjualan puyuh pembibit. Harga jual puyuh pembibit PPBT selama umur proyek diasumsikan
tetap yaitu Rp 7.000,- per ekor dan merupakan puyuh betina. Pada tahun pertama penjualan puyuh pembibit baru dapat dimulai pada bulan ke-10 sebanyak 1.936
ekor. Hal ini terjadi karena pada bulan sebelumnya puyuh-puyuh betina yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan puyuh petelur PPBT sendiri
sebanyak 22.000 ekor, sehingga saat tahun pertama PPBT baru mampu menjual puyuh pembibit sebanyak 6.720 ekor. Pada tahun ke-2 hingga ke-7, PPBT
mampu menjual puyuh pembibit sebanyak 13.104 ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pembibit di PPBT dapat dilihat pada Tabel 38.
Tabel 38. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Puyuh Pembibit PPBT Pola III
Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh
Harga Satuan Nilai
ekor Rpekor
Rp
1 6.720
7.000 47.040.000
2 13.104
7.000 91.728.000
3 13.104
7.000 91.728.000
4 13.104
7.000 91.728.000
5 13.104
7.000 91.728.000
6 13.104
7.000 91.728.000
7 13.104
7.000 91.728.000
Total 85.344
597.408.000
Hasil penjualan dari puyuh jantan juga merupakan salah satu pemasukan kas bagi PPBT. Puyuh jantan hasil penetasan setiap bulan yaitu sekitar 2.128 ekor.
102 Pada bulan ke-6 dan ke-12 PPBT mengambil puyuh jantan sebanyak 400 ekor dari
hasil penetasan untuk mengganti puyuh pembibit yang telah diafkir serta sisanya dijual. Harga jual puyuh jantan selama umur proyek tujuh tahun diasumsikan tetap
yaitu Rp 2.000,- per ekor. Pada tahun pertama penjualan puyuh yaitu 20.480 ekor, sedangkan pada tahun ke-2 sampai ke-7 jumlah puyuh yang dijual PPBT
sebanyak 24.736 ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh pejantan di PPBT dapat dilihat pada Tabel 39.
Tabel 39. Jumlah Produksi daan Nilai Penjualan Puyuh Pejantan PPBT Pola III
Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh
Harga Satuan Nilai
ekor Rpekor
Rp
1 20.480
2.000 40.960.000
2 24.736
2.000 49.472.000
3 24.736
2.000 49.472.000
4 24.736
2.000 49.472.000
5 24.736
2.000 49.472.000
6 24.736
2.000 49.472.000
7 24.736
2.000 49.472.000
Total 168.896
337.792.000
Sumber penerimaan lain PPBT yaitu penjualan pakan. Sama seperti pada pola usaha I dan II, setiap tahun PPBT menerima hasil penjualan pakan sebesar
Rp 349.200.000,-. Akan tetapi pada pola usaha III terdapat perbedaan penentuan proporsi untuk konsumsi sendiri serta untuk pakan yang dijual. Dalam satu tahun,
PPBT mampu memproduksi pakan sebanyak 210 ton. Dari jumlah tersebut, PPBT menggunakan sekitar 60 persen untuk memenuhi kebutuhan pakan 24.000 ekor
puyuhnya, sedangkan 40 persen dari produksi pakan dijual ke peternak puyuh lainnya. Perbedaan proporsi penggunaan pakan ini dilakukan karena kebutuhan
pakan PPBT bertambah, sedangkan permintaan pakan diasumsikan tetap atau sama dengan pola usaha I dan II. Jumlah pakan yang dijual PPBT setiap tahun
dibagi menjadi dua macam, yaitu 48.000 kilogram dengan harga jual Rp 4.350,- per kilogram yang dijual ke daerah peternak-peternak di Sukabumi serta 36.000
kilogram dengan harga jual Rp 3.900,- yang dijual ke peternakan milik Pak Jajuli. Penerimaan dari penjualan puyuh afkir pada pola usaha III pada tahun
pertama yaitu sebanyak Rp 8.000.000,-. Diperoleh dari 4.000 ekor sebagai hasil dari afkir puyuh pembibit pada bulan ke-6 dan bulan ke-12. Untuk tahun ke-2
hingga tahun ke-7, penjualan puyuh afkir yaitu Rp 48.000.000,- didapat dari
103 24.000 ekor puyuh yang diafkir dikalikan harga jual. Harga jual puyuh afkir
selama umur proyek diasumsikan tetap yaitu sebesar Rp 2.000,- per ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh afkir dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Puyuh Afkir PPBT pada Pola III
Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh
Harga Satuan Nilai
ekor Rpekor
Rp
1 4.000
2.000 8.000.000
2 24.000
2.000 48.000.000
3 24.000
2.000 48.000.000
4 24.000
2.000 48.000.000
5 24.000
2.000 48.000.000
6 24.000
2.000 48.000.000
7 24.000
2.000 48.000.000
Total 148.000
296.000.000
Untuk hasil penjualan kotoran pada pola usaha III, penerimaan PPBT yaitu Rp 9.680.000,- pada tahun pertama dan Rp 10.560.000,- pada tahun kedua. Setiap
bulan, PPBT menghasilkan kotoran puyuh sebanyak 220 karung, dimana setiap karung berkapasitas 50 kilogram. Harga jual kotoran puyuh per karung selama
tujuh tahun atau selama umur proyek diasumsikan tetap yaitu Rp 4.000,-. Jumlah produksi dan nilai penjualan kotoran puyuh dapat dilihat pada Tabel 41.
Tabel 41. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Kotoran Puyuh PPBT Pola III
Tahun Ke Jumlah Produksi Kotoran
Puyuh Harga Satuan
Nilai ekor
Rpekor Rp
1 2.420
4.000 9.680.000
2 2.640
4.000 10.560.000
3 2.640
4.000 10.560.000
4 2.640
4.000 10.560.000
5 2.640
4.000 10.560.000
6 2.640
4.000 10.560.000
7 2.640
4.000 10.560.000
Total 18.260
73.040.000
Seperti pada pola-pola usaha sebelumnya, penerimaan PPBT juga diperoleh dari nilai sisa salvage value biaya investasi yang dikeluarkan pada
tahun pertama yang tidak habis terpakai selama umur proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek.
Biaya-biaya investasi pada usaha puyuh PPBT yang masih memiliki nilai hingga akhir umur proyek antara lain, generator, timbangan besar, mesin giling jagung,
dan kendaraan mobil. Penambahan investasi baru pada pola III berupa kandang
104 grower dan layer, kurung puyuh, mesin tetas maupun baki air tidak mempunyai
nilai sisa, sehingga nilai sisa pola III sama dengan nilai sisa pada pola I dan pola II. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 42.
Tabel 42. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pada Pola Usaha III