Analisis Kelayakan Finansial Pola I Budidaya Puyuh Petelur

76 VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan puyuh pada peternakan puyuh Bintang Tiga PPBT. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada ketiga pola usaha menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang di masa yang akan datang serta bertujuan untuk melihat jenis pola pengusahaan puyuh manakah yang lebih menguntungkan untuk dijalankan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan puyuh PPBT akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net BC, IRR, dan Payback Periode.

7.1. Analisis Kelayakan Finansial Pola I Budidaya Puyuh Petelur

Pada pola jenis ini, PPBT mengusahakan 12.000 ekor puyuhnya untuk dijadikan puyuh petelur. Pemenuhan jumlah puyuh yang diusahakan 100 persen diperoleh dengan membeli dari peternak lain seharga Rp 2.750,- per ekor dengan umur puyuh satu minggu starter. Puyuh starter dibesarkan di kandang starter sampai berumur satu bulan, kemudian dipindahkan ke kandang grower dan mulai dapat berproduksi telur. Pembelian puyuh starter dilakukan setiap tahun untuk mengganti puyuh-puyuh yang diafkir.

7.1.1. Arus Penerimaan Inflow

Pada usaha puyuh petelur ini, arus penerimaan yang diperoleh PPBT berasal dari hasil penjualan telur puyuh, penjualan pakan, penjualan puyuh afkir, serta penjualan kotoran. Selain dari hasil penjualan, penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa generator, timbangan besar, mesin giling jagung, serta kendaraan mobil. Jumlah puyuh yang diusahakan sebanyak 12.000 ekor dimana setiap puyuh mampu menghasilkan satu butir telur per hari. Telur puyuh dijual Rp 175,- per butir. Puyuh mampu berproduksi dengan baik mulai dari umur 1 bulan hingga 1,5 tahun. Setelah melewati umur tersebut, puyuh harus diafkir dan diganti dengan puyuh-puyuh baru yang lain. Pembelian puyuh starter dilakukan sebanyak 4 kali dengan jumlah 3.000 ekor per setiap pembelian. Pada tahun pertama, pembelian puyuh starter dilakukan pada 4 bulan pertama sehingga pemerolehan puyuh starter sebanyak 77 12.000 ekor baru dapat terpenuhi pada bulan ke- 4. Produksi telur tahun pertama mulai dihasilkan pada bulan ke- 2 dari 3.000 ekor puyuh, kemudian dari 6.000 ekor puyuh pada bulan ke-3, 9.000 ekor puyuh pada bulan ke-4, dan dari 12.000 ekor pada bulan ke-5. Jumlah telur yang didapatkan pada tahun pertama yaitu 3.410.400 butir telur yang diperoleh dari penjumlahan akhir dari banyaknya puyuh yang ada setiap bulan dikalikan banyaknya hari kemudian dikalikan persentase perolehan telur yang layak jual yaitu 98 persen. Pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7 jumlah produksi telur diasumsikan tetap yaitu 4.292.400 butir telur yang diperoleh dari jumlah puyuh sebanyak 12.000 ekor dikalikan 365 hari selanjutnya dikalikan dengan persentase perolehan telur layak jual sebesar 98 persen. Jumlah produksi telur per tahun dan nilai penjualan telur puyuh disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Telur Puyuh PPBT Pola I Tahun Ke Jumlah Produksi Telur Harga Satuan Nilai Butir Rpbutir Rp 1 3.410.400 175 596.820.000 2 4.292.400 175 751.170.000 3 4.292.400 175 751.170.000 4 4.292.400 175 751.170.000 5 4.292.400 175 751.170.000 6 4.292.400 175 751.170.000 7 4.292.400 175 751.170.000 Total 29.164.800 5.103.840.000 Sumber penerimaan lain PPBT yaitu penjualan pakan. Setiap tahun PPBT menerima hasil penjualan pakan sebesar Rp 349.200.000,-. Dalam satu tahun, PPBT mampu memproduksi pakan sebanyak ± 140 ton. Dari jumlah tersebut, PPBT menggunakan sekitar 40 persen untuk memenuhi kebutuhan pakan 12.000 ekor puyuhnya, sedangkan 60 persen dari produksi pakan dijual ke peternak puyuh lainnya. Jumlah pakan yang dijual PPBT setiap tahun dibagi menjadi dua macam, yaitu 48.000 kilogram dengan harga jual Rp 4.350,- per kilogram yang dijual ke daerah peternak-peternak di Sukabumi serta 36.000 kilogram dengan harga jual Rp 3.900,- yang dijual ke peternakan milik Pak Jajuli. Penerimaan dari penjualan puyuh afkir mulai diperoleh pada tahun ke-2. Hasil penjualan setiap tahun dari puyuh afkir yaitu Rp 24.000.000,- didapat dari 78 12.000 ekor puyuh yang diafkir dengan harga jual Rp 2.000,- per ekor. Jumlah produksi dan nilai penjualan puyuh afkir dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Puyuh Afkir PPBT Pola I Tahun Ke Jumlah Produksi Puyuh Harga Satuan Nilai ekor Rpekor Rp 1 - 2000 - 2 12.000 2000 24.000.000 3 12.000 2000 24.000.000 4 12.000 2000 24.000.000 5 12.000 2000 24.000.000 6 12.000 2000 24.000.000 7 12.000 2000 24.000.000 Total 72.000 144.000.000 Untuk penerimaan dari hasil penjualan kotoran, PPBT mendapatkan Rp 4.840.000,- pada tahun pertama dan Rp 5.280.000,- pada tahun kedua. Setiap bulan, PPBT menghasilkan kotoran puyuh sebanyak 110 karung, dimana setiap karung berkapasitas sekitar 50 kilogram. Harga jual kotoran puyuh per karung yaitu Rp 4.000,-. Jumlah produksi dan nilai penjualan kotoran puyuh dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Kotoran Puyuh PPBT Pola I Tahun Ke Jumlah Produksi Kotoran Puyuh Harga Satuan Nilai karung Rpkarung Rp 1 1.210 4.000 4.840.000 2 1.320 4.000 5.280.000 3 1.320 4.000 5.280.000 4 1.320 4.000 5.280.000 5 1.320 4.000 5.280.000 6 1.320 4.000 5.280.000 7 1.320 4.000 5.280.000 Total 9.130 36.520.000 Penerimaan perusahaan juga diperoleh dari nilai sisa salvage value. Salvage value atau nilai sisa adalah sisa dari biaya investasi yang tidak habis terpakai selama umur ekonomis proyek. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur proyek dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya investasi pada usaha puyuh PPBT yang masih memiliki nilai hingga akhir umur proyek antara lain, generator, timbangan besar, mesin giling jagung, dan kendaraan mobil. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 16. 79 Tabel 16. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek Pola I