4.2.3. Gejala Klinis
Gejala klinis muncul setelah diinfeksi bakteri A. hydrophila umumnya ikan lele mengalami radang, hemoragi, nekrosis dan tukak. Pada perlakuan
kontrol positif infeksi berlangsung cepat seperti nekrosis yaitu pada hari ke- 1 pasca uji tantang dan waktu penyembuhan luka yang lebih lambat. Hal ini dapat
disebabkan karena rusaknya jaringan limfeloid sehingga ikan lele uji tidak mampu meningkatkan respon imunitasnya. Jaringan limfeloid ginjal dan limfa
merupakan penghasil respon imun ikan. Infeksi bakteri A. hydrophila berkembang cepat dalam waktu 24 jam setelah infeksi, sehingga pertahanan awal yang baik
dalam tubuh sangat penting untuk mencegah serangan infeksi penyakit MAS. Pada perlakuan pencegahan, pemberian imunostimulan ekstrak paci-paci yang
dicampur ke dalam pakan ikan komersil selain dapat mengurangi tingkat gejala klinis setelah penyuntikan A. hydrophila, infeksi seperti radang, hemoragi,
nekrosis dan tukak berlangsung lebih lambat serta waktu penyembuhan yang lebih cepat. Pada perlakuan pengobatan yang diberikan ekstrak paci-paci yang
dicampurkan ke dalam pakan sehari setelah penyuntikan kurang mampu mengurangi tingkat gejala klinis dan proses penyembuhan luka lebih lambat
dibandingkan dengan perlakuan pencegahan Menurut Roberts 1993 dalam Angka 2004 A. hydrophila yang bersifat
virulen menghasilkan β-hemolisin, elastase dan mempunyai lapisan S
dipermukaan sel. Hemolisin yang terlarut menyebabkan hemoragi dan merangsang terjadinya tukak kulit di ikan. Hemoragi adalah pendarahan atau
keluarnya darah dari batas system kardiovaskular dan keluarnya darah yang sebenarnya dari tubuh Fauzan Fabian, 1997. Runnels et al., 1965 menyatakan
bahwa hemoragi terjadi karena bakteri dapat masuk dan menempel pada dinding pembuluh darah serta merusaknya sehingga pembuluh darah pecah dan darah
keluar.. A. hydrophila merupakan patogen opportunis karena hanya dapat menimbulkan penyakit pada populasi ikan yang lemah atau sebagai infeksi
sekunder saat ikan terinfeksi penyakit lain. Ikan lele pada perlakuan pencegahan menunjukkan tingkat kesembuhan
yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pengobatan. Proses penyembuhan pada perlakuan pencegahan mulai terjadi pada hari ke- 6 dan
terus berlangsung lebih cepat dibandingkan perlakuan pengobatan dan kontrol negatif. Ini dapat dilihat dari skor rata-rata gejala klinis pada tiap perlakuan
Grafik 3. Gejala klinis kontrol positif dan perlakuan pengobatan memuncak pada hari ke- 6, namun pada perlakuan pencegahan gejala klinis memuncak sampai hari
ke- 4. Tingkat kesembuhan ikan yang lebih cepat disebabkan adanya kandungan bahan aktif dari ekstrak paci-paci yang mampu meningkatkan aktivitas sel
pertahanan tubuh ikan. Senyawa aktif yang terkandung dalam daun dan akar paci- paci yaitu minyak atsiri, flavonoid, tannin, saponin, alkaloid dan methanol.
Minyak atsiri memiliki daya antibakteri disebabkan adanya senyawa fenol dan turunannya yang mampu mendenaturasi protein sel bakteri Hasim, 2003. Fenol
dapat merusak membran sel bakteri dan menyebabkan lisis terlarutnya sel bakteri Nogrady, 1992. Substansi fenolik dari minyak atsiri telah diketahui dapat
menstimulasi makrofag yang memilliki efek negatif tidak langsung terhadap infeksi bakteri dan mencegah infeksi virus. Senyawa fenol memiliki efek inhibitor
terhadap bakteri gram positif dan ditemukan memiliki aktivitas antifungi Pelczar, 1986. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom C
sebagai inti dan membentuk dua cincin aromatik C
6
yang terikat pada rantai propana C
3
sehingga membentuk susunan C
6
-C
3
-C
6
. Flavon, flavonoid dan falavonol disintesis tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga
secara in vitro efektif terhadap mikroorganisme Naim, 2004 dalam Abdullah 2008. Flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan
serta membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka Anonimus, 2007, bersifat antibakteri dan antioksidan Angka, 2004b,
mampu meningkatkan kerja system imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat dihasilkan dan system limfa lebih cepat diaktifkan angka,
2004b. Tannin adalah senyawa fenol yang larut dalam air dan mampu mengendapkan protein Utami, 2007, memiliki bobot molekul besar dan
memiliki gugus hidroksil maupun karboksil Robinson, 1991 dalam Rahman, 2003. Senyawa tannin memiliki kadar tinggi pada suatu tanaman lebih bersifat
sebagai zat pertahanan dari serangan hama. Menurut Pelczar 1986 seluruh tannin nabati adalah jenis senyawa fenolik yang memiliki daya antiseptik. Saponin
merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan tumbuhan berfungsi sebagai
antibakteri dan antivirus, mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mampu mengurangi kadar gula darah dan mengurangi
penggumpalan darah Anonimus, 2007 dalam Abdullah, 2008. Selain itu saponin sering dimanfaatkan untuk desinfeksi media budidaya sehingga peranannya
sebagai antimikroba sudah teruji
4.2.4. Hematologi Ikan 4.2.4.1. Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel Darah Merah