dan efektif terhadap infeksi. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas tiga tahapan penting, yaitu :
1. Pengenalan musuh yang dihadapi. Dalam hal ini musuh yang dihadapi
adalah antigen mikroorganisme, bisa berupa bakteri ataupun virus. 2.
Penghancuran antigen oleh sistem pertahanan. 3.
Kembali ke keadaan normal.
2.5. Kualitas Air
Air adalah salah satu elemen yang sangat erat hubungannya dalam kegiatan akuakultur. Kualitas air yang baik dapat mempengaruhi komoditas
perikanan yang sedang dibudidayakan. Berikut ini adalah parameter fisika dan kimia air yang berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan
diantaranya suhu, oksigen terlarut DO, pH dan TAN total amonia nitrogen.
Suhu memiliki peran dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Perubahan suhu dapat berpengaruh terhadap seluruh komponen yang berada
didalamnya. Ikan Channel catfish akan tumbuh lebih cepat pada kisaran suhu air antara 26-30ºC Andrews et al., dalam Stickney, 1993. Catfish mampu
mentoleransi suhu air yang rendah, tapi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR menjadi kurang baik apalagi dengan kombinasi suhu air tinggi, kelarutan
oksigen rendah, padat tebar tinggi, penyakit dan interaksi senyawa kimia dan biologi lainnya Walsh, 1986 dalam Rachmiwati, 2008. Peningkatan suhu
sebesar 10ºC menyebabkan terjadinya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Peningkatan suhu menurut Effendi 2003 dapat
menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Oksigen terlarut adalah jumlah mgl gas oksigen yang terlarut dalam air.
Kadar oksigen terlarut sangat berhubungan dengan peningkatan suhu. Menurut Effendi 2003 peningkatan suhu sebesar 1ºC akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10. Secara umum konsentrasi oksigen terlarut sebesar 5 mgl atau lebih dapat menunjang pertumbuhan ikan secara optimum Stickney, 1993.
Menurut Allen 1976 dalam Stickney 1993, ikan Channel catfish yang dipelihara dalam tangki, kadar oksigen terlarut yang direkomendasikan minimal 3
mgl. Walaupun ikan lele dapat bertahan pada DO rendah selama beberapa jam,
namun kualitas air ikan lele dalam akuarium sebaiknya diatur agar memiliki DO diatas 2 mgl. Hal itu dikarenakan apabila DO rendah akan memberikan pengaruh
negatif pada metabolisme, pertumbuhan dan ketahanan terhadap penyakit Thefishsite, 2005.
pH merupakan parameter aktivitas ion hidrogen H
+
dalam suatu larutan yang dinyatakan dengan asam atau basa. Mackereth et al., 1989 menyatakan
bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Biota akuatik sangat sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH berkisar
antara 7-8,5. Nilai pH amat mempengaruhi proses bio-kimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. pH yang paling baik berkisar
antara 6,5-8,5 Walsh, 1986. Amonia NH
3
dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Amonia bebas tidak dapat terionisasi sedangkan amonium dapat terionisasi.
Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Pada pH = 7 atau kurang dari 7, sebagian besar amonia akan mengalami
ionisasi. Sebaliknya pada pH lebih besar dari 7, amonia tak terionisasinya yang bersifat toksik Novotny dan Olem, 2004. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap
kadar amonia bebas terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah. Menurut Effendi 2003 kadar amonia pada perairan alami
biasanya kurang dari 0,1 mgl.
III. METODOLOGI