Gejala Klinis Hasil 1. Respon Nafsu Makan

4.1.4. Gejala Klinis

Pada perlakuan kontrol negatif setelah dilakukan penyuntikan dengan PBS sebanyak 0.1 mlekor pada hari ke- 0, ikan uji tidak mengalami adanya kelainan klinis maupun kematian hingga pengamatan berakhir pada hari ke- 8 dapat dilihat pada Gambar 8 berikut: Gambar 12. Ikan lele perlakuan kontrol negatif tidak mengalami kelainan klinis Berdasarkan pengamatan terhadap gejala klinis dari hari ke- 0 pasca infeksi bakteri Aeromonas hydrophila 10 5 cfuml sebanyak 0.1 mlekor pada perlakuan kontrol positif, pengobatan dan pencegahan hingga hari ke- 8 maka dapat dilihat data skoring kelainan klinis pada Lampiran 5.2 kontrol positif, Lampiran 5.2 Pengobatan dan Lampiran 5.2 pencegahan. Pada hari ke- 1 pasca penyuntikan dengan bakteri A.hydrophila semua ikan uji perlakuan kontrol positif mulai tampak terlihat mengalami peradangan yang kemudian berkembang menjadi hemoragi hingga nekrosis dan 3 ekor ikan mengalami kematian. Pada hari ke- 2 kematian ikan terjadi sebanyak 2 ekor dengan kelainan klinis berupa radang dan hemoragi. Pada hari ke- 3, dua ekor ikan yang terlihat mengalami nekrosis mulai berkembang menjadi tukak, 7 ekor ikan masih mengalami hemoragi, 3 ekor ikan mengalami nekrosis dan 1 ekor ikan mati akibat kelainan klinis berupa nekrosis. Pada hari ke- 4 terlihat dua ekor ikan mati akibat mengalami kelainan klinis berupa tukak, 1 ekor ikan mati akibat nekrosis dan 1 ekor ikan mati akibat hemoragi. Beberapa ikan lainnya mengalami hemoragi dan nekrosis. Pada hari ke- 5 terdapat 4 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 3 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak dan 1 ekor ikan mati akibat mengalami nekrosis. Pada hari ke- 6 terdapat 1 ekor ikan yang mengalami kematian akibat nekrosis dan 1 ekor ikan mati akibat mengalami tukak. Sedangkan 4 ekor ikan mengalami kelainan klinis akibat tukak dan 1 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan mulai membaik. Pada hari ke- 7 terdapat 1 ekor ikan yang masih mengalami kelainan klinis berupa tukak dan 4 ekor ikan mengalami nekrosis. Pada hari ke- 8 terdapat 1 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 4 ekor mengalami penyembuhan hemoragi. Gambar 13. Ikan lele kontrol positif hari ke- 0 sesaat sebelum penyuntikan A. hydrophila Gambar 14. Ikan lele kontrol positif saat mengalami nekrosis Gambar 15. Ikan lele kontrol positif saat mengalami tukak Gambar 16. Ikan lele kontrol positif saat mengalami penyembuhan Pada hari ke- 1 pasca penyuntikan dengan bakteri A.hydrophila 11 ekor ikan pada perlakuan pengobatan mulai tampak terlihat mengalami radang, 4 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa hemoragi dan 3 ekor ikan mengalami kematian. Pada hari ke- 2 terdapat 4 ekor ikan mengalami kematian akibat peradangan dan hemoragi yang mulai berkembang menjadi nekrosis, 3 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa hemoragi dan 8 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa radang. Pada hari ke- 3 terdapat 2 ekor ikan mengalami kematian akibat hemoragi, 1 ekor ikan mengalami nekrosis, 2 ekor ikan masih mengalami hemoragi, 6 ekor ikan mengalami radang dan 2 ekor ikan mati akibat kelainan klinis berupa nekrosis. Pada hari ke- 4 terlihat 1 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak, 2 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa nekrosis, 4 ekor ikan mengalami hemoragi dan 1 ekor ikan masih mengalami peradangan. Pada hari ke- 5 terdapat 6 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 2 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak. Pada hari ke- 6 terdapat 3 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa tukak dan 5 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa nekrosis. Pada hari ke- 7 terdapat 5 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 3 ekor ikan mengalami penyembuhan. Pada hari ke- 8 terdapat 8 ekor ikan mengalami penyembuhan. Gambar 17. Ikan lele perlakuan pengobatan hari ke- 0 sesaat sebelum penyuntikan A. hydrophila Gambar 18. Ikan lele perlakuan pengobatan saat mengalami nekrosis Gambar 19. Ikan lele perlakuan pengobatan saat mengalami tukak Gambar 17. Ikan lele perlakuan pengobatan saat mengalami penyembuhan Pada hari ke- 1 pasca penyuntikan dengan bakteri A.hydrophila 12 ekor ikan pada perlakuan pencegahan mulai tampak terlihat mengalami radang, 2 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa hemoragi dan 3 ekor ikan mengalami kematian. Pada hari ke- 2 terdapat 2 ekor ikan mengalami kematian akibat peradangan dan hemoragi yang mulai berkembang menjadi nekrosis, 3 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa hemoragi dan 9 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa radang. Pada hari ke- 3, terdapat 2 ekor ikan mengalami nekrosis, 7 ekor ikan masih mengalami hemoragi dan 8 ekor ikan mengalami radang. Pada hari ke- 4 terlihat 1 ekor ikan mati akibat kelainan klinis berupa nekrosis, 2 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak, 4 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 5 ekor ikan mengalami hemoragi. Pada hari ke- 5 terdapat 2 ekor ikan yang mengalami hemoragi, 6 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 3 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak. Pada hari ke- 6 terdapat 7 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 4 ekor ikan mengalami fase penyembuhan. Pada hari ke- 7 terdapat 2 ekor ikan yang mengalami kelainan klinis berupa nekrosis dan 9 ekor ikan mulai mengalami penyembuhan. Pada hari ke- 8 terdapat 11 ekor ikan mengalami penyembuhan. Gambar 21. Ikan lele perlakuan pencegahan hari ke-0 sesaat sebelum penyuntikan A. hydrophila Gambar 22. Ikan lele perlakuan pencegahan saat mengalami nekrosis Gambar 23. Ikan lele perlakuan pencegahan saat mengalami tukak Gambar 24. Ikan lele perlakuan pencegahan saat mengalami penyembuhan Berdasarkan kelainan klinis di atas, maka dapat diketahui bahwa ikan lele pada perlakuan pencegahan menunjukkan tingkat kesembuhan yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pengobatan. Proses penyembuhan pada perlakuan pencegahan mulai terjadi pada hari ke- 6 dan terus berlangsung lebih cepat dibandingkan perlakuan pengobatan dan kontrol negatif. Ini dapat dilihat dari skor rata-rata gejala klinis pada tiap perlakuan. Grafik 3. Skor rata-rata gejala klinis pada tiap perlakuan Grafik 3 di atas dapat menunjukkan puncak terjadinya gejala klinis dari masing-masing perlakuan. Gejala klinis kontrol positif dan perlakuan pengobatan memuncak pada hari ke- 6, namun pada perlakuan pencegahan gejala klinis memuncak sampai hari ke- 4.

4.1.5. Parameter Hematologi Ikan

Dokumen yang terkait

TOKSISITAS DAUN PACI - PACI {Leucas lavandulaefolia) TERHADAP IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy L.)

0 4 77

Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp.

0 11 11

Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan

1 8 67

Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

1 9 58

Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan

0 7 34

Pemberian Probiotik Bacillus pada Media Pemeliharaan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) untuk Pencegahan Penyakit Motile Aeromonads Septicemia.

1 13 58

PENAMBAHAN TEPUNG PACI-PACI (LEUCAS LAVANDULAEFOLIA) PADA PAKAN TERHADAP MORTALITAS DAN GAMBARAN DARAH BENIH IKAN NILEM (OSTEOCHILUS HASSELTI) YANG DIUJI TANTANG MENGGUNAKAN BAKTERI AEROMONAS HYDROPHILA SUPPLEMENTATION OF PACI-PACI (LEUCAS LAVANDULAEFOLIA

0 0 10

EFEKTIFITAS PEMANFATAAN LARUTAN PACI-PACI (Leucas lavandulaefolia) TERHADAP PERKEMBANGAN POPULASI PARASIT (Trichodina sp) PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias sp)

0 0 5

EKSTRAK DAUN ALPUKAT (Persea americana) DALAM CAMPURAN PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI PENYAKIT MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) SKRIPSI

0 0 14

Ekstrak daun alpukat (persea americana) dalam campuran pakan ikan lele dumbo (clarias sp.) untuk pencegahan infeksi penyakit mas (motile aeromonad septicaemia) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 8