Life Skill Generik Pembahasan
a. Kecakapan Personal
Kecakapan personal terbagi atas indikator kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir.
Kecakapan mengenal diri menurut Anwar 2012, hlm.29, yakni penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari serta mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikan kesemua itu sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang memiliki manfaat
bagi dirinya sendiri serta lingkungannya. Susiwi 2007, hlm.2 menambahkan, dengan mengenal diri akan mendorong seseorang
bersikap jujur, memiliki kerja keras, disiplin, dapat dipercaya, memiliki toleransi untuk sesama, suka menolong serta dapat
memelihara lingkungannya. Kecakapan mengenal diri ini terlihat oleh observer pada saat pelaksanaan pembuatan produk koloid.
Perolehan persentase indikator kecakapan mengenal diri lebih tinggi dibandingkan dengan indikator kecakapan berpikir. Kecakapan
mengenal diri termasuk kategori sangat baik dengan persentase sebesar 83,33 . Hal ini dikarenakan pada indikator mengenal diri, siswa
dapat memelihara lingkungan ditunjukkan dengan menjaga kebersihan selama praktikum berlangsung, terlihat dalam video proses pembuatan
produk koloid dimana hampir semua kelompok membuat produk koloid dengan bersih, meja tertata rapih dan tidak meninggalkan
sampah seperti yang terlihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Pembuatan Produk Koloid
Hampir semua kelompok mampu menjaga kebersihan selama proses pembuatan produk koloid. Mereka membuat produk koloid
dengan menata meja dengan rapih serta tidak membuang sampah secara sembarangan.
Memelihara lingkungan dapat dilakukan dari hal yang sangat sederhana, bekerja rapih, bersih, dan tidak meninggalkan sampah
merupakan 3 dari sekian banyaknya ciri memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan merupakan bagian dari life skill, artinya
hal itu dapat diajarkan dan dijadikan kebiasaan. Dengan memelihara lingkungan siswa telah berkontribusi untuk melestarikan alam ini.
Kecakapan berpikir meliputi berpikir kreatif untuk berinovasi membuat produk koloid yang baru dan berpikir kreatif untuk membuat
sketsa pembuatan produk koloid. Susiwi 2007, hlm.2 menjelaskan, kecakapan berpikir merupakan
kemampuan untuk menggunakan pikiran atau akalnya secara optimal. Untuk mengasah kecakapan berpikir siswa, mereka dilatih mengenai
mengenali, menggali, dan mengolah informasi, mengambil keputusan secara cerdas, dapat memecahkan masalah dengan tegas, dan kreatif.
Projek pembuatan produk koloid dilaksanakan untuk melatih keterampilan berpikir siswa. Siswa tidak hanya diminta untuk
membuat suatu produk, namun siswa dituntut untuk merencanakan, memilih, merancang, dan berinovasi terhadap produk koloid yang akan
dibuat yang kesemua itu merupakan proses berpikir kreatif siswa untuk membuat suatu produk koloid.
Kecakapan berpikir termasuk kategori baik dengan persentase sebesar 73,53. Bila dibandingkan dengan kecakapan mengenal diri,
kecakapan berpikir memiliki persentase yang lebih rendah hal ini disebabkan karena hanya beberapa orang saja yang menyampaikan
idenya pada saat membuat sketsa pembuatan produk koloid pada setiap kelompoknya, terlihat pada gambar 4.4 membuat sketsa pembuatan
produk koloid.
Gambar 4.2 Penentuan Sketsa Langkah Percobaan
Kecakapan personal terdiri dari dua indikator, yakni kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir. Berdasarkan data yag diperoleh
dari lembar obervasi yang berdasarkan pada LKS dan video dokumentasi, diperoleh rata-rata persentase kecakapan personal yang
dikembangkan siswa selama eksperimen berlangsung. Kecakapan
personal yang paling banyak dikembangkan oleh siswa adalah kecakapan
mengenal diri,
sedangkan yang
paling sedikit
dikembangkan adalah kecakapan berpikir. Secara umum siswa telah mampu mengenali dirinya sendiri, memiliki rasa tanggung jawab untuk
menjaga lingkungan dan mampu berkomitmen untuk disiplin.
b. Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial merupakan kemampuan yang berkaitan dengan orang lain, kecakapan sosial mencakup kecakapan
berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan berkomunikasi termasuk kategoi baik dengan
persentase sebasar 79,28 namun jumlah persentase tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kecakapan bekerjasama. Hal ini
dikarenakan pada saat mempresentasikan hasil kegiatan praktikum berdasarkan video dokumentasi ada beberapa siswa yang kurang
percaya diri dan terbata-bata saat mempresesntasikan seperti yang terlihat pada menit 03.34 salah satu siswa mengatakan “Pada
mayones zat terdes-sipir- si” lalu teman kelompok lainnya mengoreksi
kalimat yang diucapkan secara terbata-bata tersebut. Selain itu, hampir seluruh siswa mempresentasikan dengan cara membaca
tulisan yang ada di slide, tidak dengan penjelasan sendiri seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Siswa Membaca Slide saat Presentasi
Perilaku membaca slide pada saat presentasi ini menunjukkan ketidakpercayaan diri siswa pada saat mempresentasikan hasil
kegiatan praktikum. Banyak siswa yang kurang percaya diri dan terpaku pada tulisan yang ada pada slide pada saat penyampaian
materi, tidak mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya sehingga penyampaian pendapat akan lebih bermakna. Padahal, dengan dapat
menjelaskan tanpa harus membaca slide merupakan ajang untuk melatih kemampuan berkomunikasinya.
Perolehan persentase indikator kecakapan berkomunikasi ini sebanding dengan perolehan persentase yang diteliti oleh
Paristiowati, Slamet, dan Bastian 2015, hlm.1729 yakni sebesar 71 dalam kategori baik dan menjadi kategori sangat baik pada
pengumpulan data ketiga. Menurutnya, hal ini terjadi karena siswa tertarik saat mendapatkan pengalaman yang baru. Kecakapan
komunikasi siswa dapat terlihat saat melakukan presentasi projek akhir dan menjawab semua pertanyaan ang diajukan.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang yang ditujukan kepada orang lain dengan
menggunakan lambang simbol Roudhonah 2007, hlm.45. Pikiran
tersebut bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide, peristiwa dan lainnya.
Kecakapan bekerjasama dinilai oleh peneliti selama proses eksperimen berlangsung, dimulai pada saat proses diskusi sampai
dengan proses presentasi akhir. Kecakapan bekerjasama termasuk kategori sangat baik dengan
persentase sebesar 88,24. Siswa mau ikut serta membantu teman kelompoknya, mau memberi saran pada kelompok dan menghargai
keputusan yang diambil oleh kelompok tidak mementingkan egonya masing-masing. Hal ini patut diapresiasi, mengingat usia siswa yang
masih sangat muda tentu ego yang timbul sangatlah tinggi, tapi mereka mampu meredam itu semua dan mau saling bekerjasama
dengan kelompok. Mereka sadar bahwa segala sesuatunya tidak dapat dikerjakan oleh seorang diri.
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Artinya, manusia memerlukan orang lain untuk
keberlangsungan hidupnya. Relasi antar individu sangat dibutuhkan demi terjalinnya hubungan yang baik antar sesama individu. Hal ini
dapat terwujud apabila kita dapat bekerjasama dengan individu lain. Siswa telah melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik,
saling membantu dan bekerjasama dengan teman kelompoknya, baik turut serta membantu pengerjaan saat bereksperimen maupun memberi
saran pada kelompok selama proses pembuatan produk koloid. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarti, Supartono, dan
Diniy 2014, hlm.45 pada saat melaksanakan projek pembuatan produk koloid, yakni jenang dan dodol, terlihat persentase indikator
bekerjasama siswa sebesar 83,33.
Kecakapan sosial yang paling banyak dikembangkan oleh siswa adalah kecakapan bekerjasama, sedangkan yang paling sedikit
dikembangkan oleh siswa adalah kecakapan berkomunikasi.