Life Skill Kajian Teori

berbagai persoalan hidup yang akan dihadapinya. Pendidikan life skill sangat luas cakupannya. Tidak hanya dari segi kesehatan, pendidikan life skill juga dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Mutu pendidikan harus terus ditingkatkan guna untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan harus dapat mengembangkan potensi peserta didik untuk dapat mnghadapi berbagai masalah yang akan dihadapinya. Pendidikan life skill sangat penting diberikan kepada para siswa untuk memberikan bekal agar mereka dapat menyelesaikan berbagai macam tantangan hidup yang akan mereka hadapi nantinya. Pendidikan life skill melatih para siswa agar mereka terampil dalam memecahkan masalah-masalah yang ada karena pendidikan life skill tidak hanya bergelut pada aspek kognitif saja, namun afektif dan psikomorik pun merupakan bagian dari pendidikan life skill. Sehingga siswa akan dibekali dengan kemampuan dan life skill yang cukup. Tim Broad Based Education Depdiknas 2003, hlm.2 menyatakan bahwa pendidikan life skill ini bukanlah suatu mata pelajaran baru, sehingga tidak perlu merubah kurikulum. Yang harus dilakukan adalah reorientasi pendidikan yang semula subject mater oriented menjadi life skill oriented. Adanya reorientasi pendidikan tersebut, diharapkan siswa dapat memiliki life skill pada dirinya. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan 2007, hlm. 356 merumuskan life skill sebagai keterampilan para siswa untuk memahami dirinya sendiri serta potensi yang mereka miliki. Sehingga siswa tahu apa tujuan hidupnya serta mereka mampu untuk memecahkan masalah serta dapat hidup bersama orang lain. Sehingga dengan adanya pendidikan life skill ini siswa diharapkan mampu memasuki kehidupan sebagai orang dewasa yang sukses. Pendidikan life skill merupakan pendidikan yang bersifat aplikatif dan konseptual. Peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu, namun dengan adanya pendidikan life skill, siswa didorong untuk memiliki kemampuan lain dari ilmu yang telah mereka dapatkan. Sehingga dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan terasa langsung manfaatnya bahwa apa yang mereka pelajari memang benar nyata ada di sekeliling mereka dan mereka dapat mengaplikasikannya langsung. Dengan pendidikan life skill, peserta didik dilatih untuk mengenali siapa diri mereka, mengenali lingkungan sekitar mereka. Sehingga akan terbentuk motivasi di dalam diri mereka bahwa mereka memiliki kemampuan, mereka memiliki potensi dari apa yang telah mereka pelajari, dan mereka mampu menyelesaikan masalah dan tantangan hidup mereka. Life skill sangat penting dimiliki oleh setiap individu untuk dapat melangsungkan hidupnya. Bahkan orang pengangguran pun tetap memerlukan life skill karena akan tetap menghadapi berbagai masalah. Apalagi bagi mereka yang sedang menempuh pendidikan, sudah pasti diharuskan memiliki life skill yang mumpuni karena mereka juga memiliki permasalahan yang harus dipecahkan. Setiap manusia tentu tidak akan terlepas dari masalah. Selama ia hidup, pasti akan dihadapkan dengan masalah. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah inilah yang akan dilatih melalui pendidikan life skill. Menurut Satori dalam Susiwi 2007, hlm.1, life skill bukan hanya memiliki kemampuan tertentu saja vocational job, namun ia juga harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahlan masalah, mengelola sumber-sumber daya yang ada, bekerja dalam tim atau kelompok, dapat menggunakan teknologi, dan masih banyak lagi lainnya. Departemen pendidikan nasional pun turut andil dalam pengembangan pendidikan life skill. Mengutip pernyataan Barrie Hopson dan Scally dalam dokumen depdiknas 2007, hlm.5, mereka mengemukakan bahwa life skill merupakan pengembangan diri yang dilakukan oleh siswa untuk dapat bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan baik secara individu, kelompok ataupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut konsepnya, yang dirumuskan oleh depdiknas 2007, hlm.6, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: life skill generik, dan life skill spesifik. Kedua jenis kecakapan itu dapat dibagi lagi menjadi sub-sub life skill. Life skill generik terdiri atas kecakapan personal yang terdiri dari kecakapan mengenal diri dan kecakapan berpikir, dan kecakapan sosial yang terdiri atas kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerjasama. Sedangkan life skill spesifik terdiri atas kecakapan akademik dan kecakapan vokasional. Secara skematik, kecakapan hidup dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema life skill a. Kecakapan Mengenal Diri Kecakapan mengenal diri menurut Anwar 2012, hlm.29, yakni penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari serta mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikan kesemua itu sebagai modal Life skill Life skill generik Kecakapan Personal Kecakapan Mengenal Diri Kecakapan Berpikir Kecakapan Sosial Kecakapan Berkomunikasi Kecakapan Bekerjasama Life skill spesifik Kecakapan Akademik Kecakapan Vokasional dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang memiliki manfaat bagi dirinya sendiri serta lingkungannya. Susiwi 2007, hlm.2 menambahkan, dengan mengenal diri akan mendorong seseorang bersikap jujur, memiliki kerja keras, disiplin, dapat dipercaya, memiliki toleransi untuk sesama, suka menolong serta dapat memelihara lingkungannya. Sikap tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran kimia. Sikap jujur yang sesuai dengan pembelajaran kimia misalnya ketika saat melaksanakan praktikum menuliskan hasil pengamatan sesuai dengan apa yang didapat, tidak mengada-ada. b. Kecakapan Berpikir Manusia sebagai makhluk yang dibekali akal pasti akan selalu berpikir akan sesuatu hal. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat. Dengan akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya. Manusia mempunyai ciri khas, ia selalu ingin tahu, dan setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka ia memiliki kecenderungan untuk ingin lebih tahu lagi. Susiwi 2007, hlm.2 menjelaskan, kecakapan berpikir merupakan kemampuan untuk menggunakan pikiran atau akalnya secara optimal, untuk mengasah kecakapan berpikir siswa, mereka dilatih mengenai mengenali, menggali, dan mengolah informasi, mengambil keputusan secara cerdas, dapat memecahkan masalah dengan tegas, dan kreatif. c. Kecakapan Berkomunikasi Tidak ada satu manusia pun yang tidak berkomunikasi. Selama manusia itu hidup, pasti akan berkomunikasi. Salah satu keunikan manusia adalah kemampuannya menggunakan bahasa. Dengan kemampuannya itu, manusia mengembangkan diri dan dunia sosialnya. Kemampuan berkomunikasi inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Roudhonah 2007, hlm.45 pada dasarnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang yang ditujukan kepada orang lain dengan menggunakan lambang simbol. Pikiran tersebut bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide, peristiwa dan lainnya. Dari definisi tersebut, diperlukan teknik-teknik agar kita dapat berkomunikasi dengan baik, sehingga apa yang kita komunikasikan dapat dipahami oleh penerima pesan. Mengingat berkomunikasi itu sesuatu hal yang penting, maka kecakapan berkomunikasi harus dilatih. Berkomunikasi dilakukan oleh semua makhluk hidup. Dalam dunia pendidikan, salah satu pelaku komunikasi ialah guru dan siswa. Dikutip dari Iriantara dan Syaripudin 2013, hlm.72 yang menyatakan bahwa komunikasi pembelajaran adalah interaksi yang dilakukan antara guru dengan siswanya di kelas. Tanya jawab adalah bagian dari proses berinteraksi. Untuk dapat berinteraksi dengan individu lain, bertanya memegang peranan yang penting agar proses interaksi dapat berjalan dengan baik. Di dalam dunia pendidikan, bertanya merupakan proses pembelajaran. Adanya tanya jawab, menunjukkan adanya suatu interaksi timbal balik antara guru dengan siswa. Ketika siswa mengajukan pertanyaan, berarti siswa tersebut memiliki keingin tahuan yang lebih yang mengindikasikan bahwa siswa tersebut merespon dengan baik selama proses pembelajaran. Namun, tidak semua siswa berani untuk mengajukan pertanyaan. Ada siswa yang cenderung aktif, ketika mereka penasaran akan sesuatu atau ada hal yang tidak sepemikiran dengan mereka, mereka akan langsung mengajukan pertanyaan. Namun tidak sedikit siswa yang tidak berani bahkan enggan untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan atau kecakapan berkomunikasi mereka masih rendah. Keterampilan bertanya haruslah dilatih. Harsanto 2007, hlm.72 mengatakan, latihan bertanya dapat dimulai dengan mengajukan pertanyaan tentang apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana. d. Kecakapan Bekerjasama Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Artinya, manusia memerlukan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya. Relasi antar individu sangat dibutuhkan demi terjalinnya hubungan yang baik antar sesama individu. Hal ini dapat terwujud apabila kita dapat bekerjasama dengan individu lain. Menurut Susiwi, 2007, hlm.3 saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu merupakan aspek dari kecakapan bekerjasama. Kecakapan ini dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas atau laboratorium ketika melakukan suatu praktikum. e. Kecakapan Akademik Kecakapan akademik yang seringkali juga disebut kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional yang masih bersifat umum. Kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademikkeilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu, merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan sesuatu gagasan atau keingintahuan. Anwar 2012, hlm. 30 f. Kecakapan Vokasional Kecakapan vokasional dijelaskan oleh Aqib 2011, hlm.3. Menurutnya, kecakapan vokasional merupakan kecakapan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang berkembang di masyarakat. Sehingga kecakapan vokasional ini seringkali disebut kecakapan kejuruan. Sementara menurut Hakim 2009, hlm.221 setiap siswa harus memiliki kecakapan vokasional. Kecakapan vokasional ini meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk bekerja sebagai wirausahawan. Kecakapan vokasional ini dikembangkan agar siswa memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi, kreatif serta mampu bersaing secara sehat dan produktif. Sehingga siswa dapat membantu memperbaiki kualitas hidupnya sendiri seta meningkatkan taraf ekonominya, dengan harapan dapat menciptakan pekerjaan baru dalam masyarakat, serta memberantas kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial. Anwar 2012, hlm. 20 menyatakan, program pendidikan life skills merupakan suatu program yang dapat memberikan bekal keterampilan yang berguna terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada berkembang di masyarakat pada era ini. Untuk mewujudkan siswa yang memiliki sikap dan keterampilan untuk bekerja sebagai wirausahawan, dilakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan chemo- entrepreneurship. Arifin, 2011, hlm.241 menjelaskan tujuan diadakannya pendidikan life skill ini. Tujuannya adalah menggali potensi peserta didik, memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karier peserta didik, memberikan bekal dengan diselenggarakannya latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan kontekstual, mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah dengan prinsip manajemen berbasis sekolah school-based management, dan mengembangkan kualitas hidup para siswa untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

2. Kewirausahaan berbasis Kimia Chemo-entrepreneurship

Kewirausahaan telah menjadi penggerak utama dalam perekonomian global. Para pembuat kebijakan di seluruh dunia menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan terletak di tangan para wirausahawan, yakni orang-orang yang dinamis dan yang berkomitmen untuk meraih kesuksesan dengan menciptakan serta memasarkan berbagai produk dan jasa baru yang inovatif. Ali dan Faizin 2010, hlm.11 menjelaskan, pada awal abad ke-17 dan 18 muncul istilah-istilah ekonomi dalam bahasa Perancis. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan individu-individu yang gemar berpetualang untuk meningkatkan ekonomi dengan menemukan cara yang lebih baik dan cara yang baru, istilah tersebut dikenal sebagai entrepreneur. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Suryana dan Bayu 2011, hlm. 24 yang menyatakan bahwa, entrepreneurship berawal dari bahasa Perancis yaitu ‘entreprende’ yang memiliki arti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Selanjutnya Suryana 2009, hlm. 2 juga menjelaskan, entrepreneurship adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dimiliki oleh seseorang yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Seperti catatan dalam mempelajari entrepreneurship menurut Astamoen 2008, hlm. 67, entrepreneur itu dibuat, bukan masalah bakat atau turunan. Dulu, kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga kewirausahaan dianggap tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Namun sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Pendidikan kewirausahaan sangat penting untuk diberikan pada peserta didik untuk mengasah keterampilan, kreativitas, dan kecakapan mereka. Pendidikan kewirausahaan ini dapat diberikan melalui pembelajaran di sekolah. Pengetahuan mengenai kewirausahaan harus masuk dalam kurikulum pendidikan bahkan sejak sekolah dasar. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2016. Seiring berkembangnya zaman, kurikulum pun ikut berkembang. Dimulai dari Kurikulum tahun 1976, Kurikulum 1994 KBK, Kurikulum 2006 KTSP, dan sekarang yang sedang berjalan Kurikulum 2013. Perubahan ini meemiliki maksud dan tujuan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan masyarakat seperti ilmu pengetahuan, sains, teknologi, sosial, seni, keterampilanprakarya dan bidang lainnya. Pada kurikulum 2013 ini pemerintah berupaya untuk memberikan pendidikan