suatu usaha berbasis kimia. Materi koloid dapat menjadi wadah bagi siswa untuk membuat suatu usaha. Mampu bersaing memiliki
persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan etos kerja dan keterampilan karena terlihat siswa sangat bersemangat saat
melaksanakan projek pembuatan produk koloid sehingga timbul daya saing antar kelompok dan hal itu menjadi sumber motivasi
untuk mampu membuat produk koloid yang menarik sehingga dapat bersaing dengan kelompok lainnya.
Terlihat perbedaan yang sangat mencolok pada aspek kecakapan vokasional, dimana indikator mampu bersaing jauh
lebih tinggi dari indikator keterampilan dan etos kerja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terlihat pada gambar 4.4 dan
4.5.
Gambar 4.4 Perhitungan Keuangan
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa tidak semua siswa terlibat di dalam perhitungan keuangan yang digunakan pada saat
membuat dan menjual produk koloid. Sehingga memengaruhi persentase indikator etos kerja yang didapat. Begitu pula dengan
indikator keterampilan, pada kolom pembuatan kemasan hanya satu dari seluruh anggota kelompok yang mengusulkan.
Gambar 4.5 Pembuatan Kemasan
Seharusnya seluruh anggota kelompok terlibat dalam proses pembuatan kemasan, tidak hanya pada saat proses pembuatan,
penjualan, dan pelaporannya saja. Sehingga kedua aspek, keterampilan dan etos kerja, mendapatkan perolehan persentase
yang paling mencolok dibandingkan dengan aspek yang lainnya.
3. Life Skill Siswa melalui Pendekatan Chemo-Entrepreneurship pada
Materi Koloid
Gambar 4.6 Grafik Aspek Life Skill
Life skill yang paling banyak dikembangkan oleh siswa adalah kecakapan sosial, sedangkan yang paling kecil dikembangkan oleh siswa
adalah kecakapan vokasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya kemampuan siswa dalam interaksi terhadap lingkungan
sosialnya sangat baik, sedangkan kemampuan dalam hal pengembangan kualitas individu masih kurang. Terlihat dalam persentase kecakapan
sosial siswa yang paling tinggi dibandingkan dengan indikator life skill lainnya, yakni sebesar 83,76. Siswa sangat antusias selama proses
penelitian. Dimulai dari tahap kegiatan tatap muka sampai dengan kegiatan praktikum, seluruh siswa bekerjasama dengan baik antar teman
kelompoknya. Terlihat dari video proses pembuatan produk sampai dengan tahap penjualan, semua anggota kelompok terlibat dalam proses
tersebut. Banyak siswa yang merasa senang jika melaksanakan tugas secara berkelompok dibandingkan dengan kerja individu. Kecakapan
vokasional masih sangat kurang, hanya 57,19 siswa saja yang mengembangkannya. Pada saat perencanaan pembuatan kemasan, serta
penghitungan modal,
keuntungankerugian, serta
persentase
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
Kecakapan Personal
Kecakapan Sosial
Kecakapan Akademik
Kecakapan Vokasional
78,43 83,76
78,73 57,19
keuntungankerugian, hanya beberapa orang saja dari setiap kelompok yang mengerjakannya, tidak seperti pada saat proses pembuatan produk
dan presentasi kelompok yang selalu dilakukan bersama-sama. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana life skill siswa pada pembelajaran koloid bila dilakukan dengan pendekatan chemo-entrepreneurship. Karena life skill sangat dibutuhkan
pada zaman ini. Life skill siswa dapat diasah dengan pemberian pendidikan life skill yang diterapkan oleh sekolah.
Pendidikan life skill merupakan pendidikan yang bersifat aplikatif dan konseptual. Peserta didik tidak hanya mendapatkan ilmu, namun
dengan adanya pendidikan life skill, siswa didorong untuk memiliki kemampuan lain dari ilmu yang telah mereka dapatkan. Sehingga dengan
demikian, pembelajaran di sekolah akan terasa langsung manfaatnya bahwa apa yang mereka pelajari memang benar nyata ada di sekeliling
mereka dan mereka dapat mengaplikasikannya langsung. Tanpa mereka sadari, mereka mampu mengembangkan konsep koloid menjadi suatu hal
yang memiliki nilai jual, terbukti dengan persentase kecakapan vokasional sebesar 57,19. Meskipun tergolong rendah, mereka memiliki potensi
untuk terus mengembangkannya. Didukung dengan kecakapan sosial yang sangat bagus, tercatat 83,76 siswa yang mengembangkannya, siswa
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik hal ini menjadi modal untuk dapat terus mengembangkan kemampuan mereka di bidang
entrepreneur berdasarkan konsep koloid.