letak serangannya sampai ketinggian maksimum 2 m dari permukaan tanah. Bila letak serangan lebih tinggi dari 2 m dapat digunakan tangga untuk memanjat, atau
pohon tersebut ditebang.
b. Pengendalian secara silvikultur 1 Penanaman pohon sengon resisten
Yang dimaksud pohon sengon resisten disini adalah pohon sengon yang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap serangan hama boktor sengon, atau
pohon itu tidak atau kurang disukai oleh hama tersebut. Pembuatan tegakan sengon yang resisten diharapkan dapat mencegah serangan hama boktor sengon,
atau kalau diserang, tingkat serangannya cukup rendah sehingga kerugian ekonomis dapat dihindarkan. Namun sampai sekarang varietas pohon sengon
yang resisten ini belum ditemukan.
2 Pengaturan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam dapat dilakukan pada saat penanaman. Pengaturan jarak tanam dapat pula dilakukan dengan cara penjarangan. Pohon sengon
tergolog jenis yang cepat tumbuh. Untuk mencegah persaingan yang terlalu awal pada tanaman muda, maka jarak tanamnya perlu lebar, misalnya 3 x 3 m atau 4 x
3 m. Ditinjau dari segi pengendalian hama boktor sengon, jarak tanam yang lebih lebar ini mempunyai keuntungan yaitu jumlah batang per hektar berarti jumlah
makanan menjadi sedikit, dan peluang kumbang untuk memperoleh tempat peletakan telur lebih kecil. Menurut Natawiria 1973 dalam sekali terbang
kumbang boktor hanya mampu mencapai jarak ± 3 – 4 m.
3 Pembuatan tanaman campuran
Peranan hutan campuran dalam pengendalian hama boktor sengon belum begitu jelas, mungkin juga tidak efektif. Dari hasil survey yang dilakukan
Notoatmodjo 1963 ternyata pembuatan hutan campuran sengon dengan jenis pohon lain ini tidak efektif seperti dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Persen serangan X. festiva pada tegakan sengon murni dan campuran Notoatmodjo, 1963
Daerah hutan Tinggi
tempat m Curah hujan
mmtahun Luas
ha Bentuk
tegakan Persen
serangan Banten
90 - 170 2.379 – 3.345
211,5 Murni
5 - 10 Bandung Utara
570 3.000
13,8 Murni
50 Tasikmalaya 515 3.000 20
Murni 10
Purworejo 534 - 713
3.820 – 4.247 248,1
Murni 0,5 – 10
Malang Utara 575 - 900
1.872 – 3.060 540,52
Murni 20 – 75
Jember 500 – 600
2.552 160,6
Murni 75
Bondowoso 850 1.824 20
Murni 75
Banyuwangi Selatan
650 2.981 14,3
Murni 36
Bogor 700 - 800
4200 80
Campuran 5 – 20
Sukabumi 600
3000 93,95
Campuran 10 – 20
Bandung Selatan
980 - 1020 2000 - 3000
10,53 Campuran
30 - 80 Semarang 400
3.732 31
2 Murni
Campuran 50
30 Kediri 158
1.828 110,9
18,9 Murni
Campuran 1 – 2
1 - 3 Blitar
400 - 470 1.495
105 Campuran
0,5 Probolonggo
800 - 900 2.000 - 3.000
47,85 30,41
Murni Campuran
25 40
Banyuwangi Utara
450 - 700 2.151 – 2.771
20 119,92
Murni Capuran
10 1
- 6
3 Penjarangan tegakan
Di KPH Kediri, dengan daur 8 tahun dan jarak tanam 3x1 m, tegakan sengon mengalami 4 kali penjarangan, yaitu pada umur 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun
dan 6 tahun. Pada setiap kali penjarangan, pohon-pohon sengon yang terserang harus ditebang, baik yang mengalami serangan awal larva masih berada di antara
kulit dan kayu maupun serangan lanjut larva sudah menggerek ke dalam kayu gubal atau larva telah berkepompong di dalam lubang gerek. Setelah ditebang
bagian batang pohon yang mengalami serangan awal harus dikupas kulitnya, agar larvanya tidak dapat terus hidup pada batang yang sudah ditebang. Bila pohon
yang ditebang telah mencapai serangan lanjut, bagian batang yang diserang harus dibelah-belah agar kepompong atau kumbangnya dapat dimatikan.
Bila penjarangan tegakan sengon dilaksanakan secara periodik sesuai dengan jadwal penjarangan, maka tingkat serangan hama boktor sengon akan
dapat ditekan lihat Tabel 5 dan 6. Penekanan tingkat serangan ini dapat terjadi karena:
a Pohon-pohon sengon yang diserang ditebang pada setiap penjarangan.
b Melalui penjarangan, semakin tua tegakan, jarak tanam antar pohon akan
semakin lebar. Meningkatnya jarak antar pohon diharapkan akan mengurangi keberhasilan kumbang boktor yang terbang dari pohon yang
terserang untuk mencapai pohon-pohon tetangganya yang belum terserang. c
Pada tegakan yang baru dijarangi akan terjadi perubahan suhu dan kelembaban udara serta peningkatan resapan air.
d. Pengendalian secara hayati