Penggunaan insektisida botani Studi pustaka hama sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)

berukuran kecil, cacat, umur hidupnya pendek dan kemampuan bertelurnya menurun atau mandul. Keunggulan Bt adalah mampu menginfeksi serangga yang spesifik, mampu mengendalikan hama dari ordo Lepidoptera, Diptera, Coleoptera dan juga ada yang efektif terhadap nematoda fitofag. Kelemahan Bt adalah bersifat labil di ba-wah sinar ultra violet maupun suhu tinggi. Hal ini menyebabkan stabilitas dan persistensi Bt di lapangan tidak lama. Selain keragaman varietas dan stabilitas kristal protein di lapangan, faktor pembatas lain penggunaan Bt adalah pH permukaan daun yang tinggi sehingga pada daun sudah terjadi hidrolisis kristal sehingga daya racun bakteri menurun dan pada tanaman tertentu ada yang mengandung anti bakteri. Aplikasi Bt di lapangan sebaiknya pada waktu sore hari untuk menghindari pengaruh sinar ultra violet pada bakteri.

b. Penggunaan insektisida botani

Narulita 2003 mencoba mengadakan percobaan pengendalian E. blanda dengan menggunakan ekstrak biji pucung. Sebanyak 132 gram daging biji pucung dicampur dengan pelarut air dan NaOH 0,1 N sebanyak 200 ml. Campuran tersebut diblender kemudian disaring. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 0 kontrol, 5 , 10 , 15 , 20 dan 25 . Ekstrak biji pucung tersebut dioleskan ke tubuh ulat E. blanda. Ekstrak biji pucung dengan pelarut air menimbulkan kematian 80 pada ulat E. blanda pada konsentrasi 15 . Pada ekstrak biji pucung dengan menggunakan pelarut NaOH 0,1 N kematian 100 ulat E. blanda terjadi pada konsentrasi 5 . Dengan metoda pengolesan ini terbukti bahwa ekstrak biji pucung dapat bekerja sebagai insektisida kontak. Nikotin yang diekstrak dari daun tembakau telah diuji cobakan umtuk pengendalian ulat instar 3 dari E. blanda. Kosentrasi yang digunakan adalah 0 kontrol, 0,5 , 1 dan 2 dengan menggunakan 2 macam perlakuan, yaitu dengan cara menyemprotkan langsung pada ulat yang ada di pohon sengon dan menyemprotkan pada daun tanaman sengon yang berumur 1 tahun sebelum ditulari ulat. Ternyata nikoton ini bersifat sebagai racun kontak dan racun perut. Pada konsentrasi 0,5 kematian ulat karena racun kontak sebesar 74,4 dan karena racun perut sebssar 87,2 Hardi dan Anggraeni, 2003. Suharti 2002 menggunakan insektisida botani yang diekstrak dari berbagai jenis tanaman, yaitu: 1 Rebusan kulit buah mahoni dengan takaran 200 gramliter air atau 4 buah kulit buah mahoni dalam 2 liter air direbus sampia menjadi 1 liter, atau rendaman kulit buah mahoni yang telah ditumbuk dalam air dingin atau air panas, disemprotkan pada ulat pada saat aktif makan. 2 Perasan umbi gadung yang telah diparut dengan takaran 200 gramliter air langsung disemprotkan pada ulat. 3 Campuran 50 gram buah maja berenuk dengan 25 gram tembakau dalam 1 liter air, langsung disemprotkan pada ulat uyang sedang aktif makan. 4 Larutan daun kenikir Tagetes spatula atau daun babadotan Ageratum conyzoides dengan konsentarsi laturan 1 : 10 beratvolume.

4.1.1.2 Eurema hecabe

a. Morfologi serangga