Pemasangan kurungan pada bedeng sapih bertujuan untuk mencegah kupu-kupu kuning hinggap pada daun anakan sengon.
4.1.1.3 Pteroma plagiophleps
a. Morfologi serangga
Pteroma plagiophleps tergolong dalam famili Psychidae, ordo
Lepidoptera . Famili Psychidae disebut sebagai famili ulat kantong karena ulatnya
selalu berada dalam suatu kantong Gambar 12. Sesuai dengan namanya ulat hidup di dalam kantong dengan ukuran dan bentuk yang bermacam-macam.
Kantong yang dibuat oleh ulat P. plagiophleps berbentuk kerucut, terbuat dari serpih-serpih daun. Kantongnya diperbesar bila ukuran ulatnya membesar. Ukuran
panjang kantong tidak lebih dari 16 mm Hutacharern, 1993. Yang unik dari P. plagiophleps adalah serangga betinanya tidak bersayap,
ngengat jantan berukuran kecil dengan sayap yang berkembang baik. Rentang sayap 1,3 - 1,4 cm, warna tubuhnya coklat muda. Ngengat betina tidak bersayap
dan tidak berkaki dan bentuknya seperti ulatnya. Telur berwarna putih krem berbentuk elips, berukuran 0,8 x 0,75 mm. Ulatnya berwarna putih krem dengan
bintik-bintik coklat pada kepala dan toraks. Ulat yang telah berkembang penuh berukuran panjang 1 cm melebar di bagian depan dan mengecil di bagian
belakang Nair dan Mathew, 1988, dalam Hutacharern, 1993. Pupanya dimorfis dua bentuk, pupa jantan mempunyai tipe eksarata tidak diselubungi selaput,
berukuran 2 x 4 mm berwarna coklat dan warna abdomen lebih pucat dan mesotoraxnya jelas Gambar 13. Bentuk pupa betina menyerupai ulatnya,
berukuran 2 x 10 mm, abdomen mampu melakukan gerakan meloncat. Ovipositor alat peletak telur berwarna coklat tua seperti sendok Nair dan Mathew, 1988,
dalam Hutacharern, 1993.
b. Siklus hidup
Fase telur berlangsung selama 10 hari, larva 49 – 62 hari dan pupa 14 hari. Serangga dewasa hidup sekitar 4 hari. Masa perkembangan total serangga jantan 2
bulan dan yang betinanya 2,5 bulan Nair dan Mathew, 1988, dalam Hutacharern, 1993.
Gambar 12 Pteroma plagiophleps. a, ulat yang terbungkus dalam kantong; b, pupa; c, daun yang dimakan ulat kantong, d, kumpulan pupa pada
batang sengon Kalshoven, 1981.
c. Daerah penyebaran
Pteroma plagiophleps tersebar mulai dari Sri Lanka, India, Bangladesh,
Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
d. Pohon inang
Pteroma plagiophleps tergolong serangga polifagus memakan berbagai
jenis tumbuhan dari famili dan ordo yang berbeda. Tanaman inangnya sangat bervariasi mulai dari tumbuhan bawah, perdu, sampai pohon seperti P. falcataria
Sengon, A. mangium Akasia, A. auliculiformis Akor, Rhyzophora Bakau, Eucalyptus
spp., Pinus merkusii, Hevea brasiliensis, Shorea spp., Terminalia, tanaman Palmae dan lain-lain Suharti et al., 2000.
e. Cara penyerangan
Biasanya hama ulat kantong ini mewabah pada saat musim kering yang berkepanjangan. Pada tahun 2001, serangan hebat pada pohon sengon di Bogor
terjadi menjelang musim kemarau April - Juni.
a
b c
d
Karena tidak bersayap, serangga betina P. plagiophleps tetap hidup di dalam kantong. Serangga jantan yang bersayap medatangi serangga betinanya dan
melakukan perkawinan di dalam kantong. Telur-telurnya juga diletakkan di dalam kantong. Setelah menetas, ulat-ulat mudanya akan keluar dari kantong,
bergelantungan dengan menggunakan benang sutera yang dikeluarkannya. Bila ada tiupan angin agak kencang, benang-benang sutera ini akan putus dan ulat-
ulatnya akan tersebar sesuai dengan arah angin. Bila kebetulan ulat itu terbawa ke daun sengon, ulat itu akan mulai memakan daun sengon yang cocok.
Ulatnya memakan dari arah bawah daun, mengonsumsi lapisan epidermis sisi bawah dan jaringan mesopil, dan meninggalkan lapisan epidermis sisi atas
daun. Kemudian ulat biasanya pindah ke cabang-cabang pohon dan sering juga ke batang pohon utama untuk memakan lapisan permukaan kulit yang hidup
sehingga meninggalkan luka pada batang. Menjelang menjadi pupa, kantong itu berubah bentuk menjadi bentuk elips Gambar 13 dan menggantung dengan
menggu-nakan benang sutera pada dahan. Pada serangan yang hebat, ribuan kantong terlihat menggantung pada dahan Kalshoven, 1981.
Gambar 13 Stadia pupa Pteroma plagiophleps Hutacharern, 1993.
f. Dampak serangan