Menurur Beeson 1961, siklus hidup I. acutistriata bersifat tahunan dan ngengat muncul pada bulan Mei – Juli, sedangkan di Myanmar ngengat muncul
dalam dua periode, yaitu pada bulan Maret – April dan pada musim hujan Oktober – November.
c. Daerah penyebaran
Daerah penyebaran I. acutistriata selain di Indonesia juga di negara-negara Asia Timur Hutacharern, 1993. Di Indonesia paling banyak terdapat di Pulau
Jawa Kalshoven, 1981. Serangga ini terdapat pula di India dan Myanmar Beeson 1961.
d. Pohon inang
Indarbela acutisriata tergolong serangga polifag. Di KPH Kediri, selain
menyerang pohon sengon, hama ini menyerang juga pohon petai Parkia speciosa
, jengkol Pithecelobium lobatum, sirsak Annona muricata, srikaya Annona squamosa, johar Cassia siamea, akor Acacia auriculiformis, cengkeh
Syzigium aromatica, advokat Persea americana dan rambutan Niphelium lappaceum
Husaeni et al. 1998. Menurut Hutacharern 1993 serangga ini menyerang Acacia mangium, A. auriculiformis, A. catechu, Albizia chinencis, A.
procera, Artocarpus integra, Casuarina equisetifolia, Eucaliyptus camaldulensis, E. deglupta, Gmelina arborea, Langerstroemia speciosa, Mangifera indica,
Pelthopurum pterocarpum, Samanea saman, Syzigium comunii, Tectona grandis, Terminalia mycrocarpa, T. superba
dan Xylia xylocarpa. Beeson 1961 menyatakan bahwa I. acutistriata menyerang pohon Anogeissus, Bauhinia,
Bombax, Bassia, Boswelia, Berrya, Cassia, Callicarpa, Cratoxylon, Eugenia, Grewia, Kydia, Mallotus, Milletia, Mitragyna, Phyllanthus, Psidium, Shorea,
Stephegyne, Strycnos, Woodfordia dan Zizyphus. Menurut Kalshoven 1981, I.
acutistriata menyerang tanaman kakao dan kedinding Albizia lebbeck.
e. Cara penyerangan
Telurnya diletakkan secara berkelompok, berjumlah antara 15 – 20 butir, melekat satu sama lain, karena adanya zat semacam perekat tak berwarna yang
dihasilkan oleh ngengat betina. Satu ekor ngengat betina mampu menghasilkan 2.000 butir telur selama hidupnya.
Kelompok telur I. acutistriata diletakkan oleh ngengat betinanya pada luka yang ada karena cabang patah, atau pada luka-luka lain pada batang. Ulat yang
baru ditetaskan dari telur memakan kulit sengon bagian luar. Setelah agak besar ulat mulai menggerek batang arah horizontal kemudian menuju empulur dan
menggerek ke arah vertikal, sekedar untuk tempat berlindung ulat dan melangsungkan kepompong pupasi di kemudian hari Suharti et al., 2000. Ulat
makan pada malam hari, setelah matahari terbenam, dengan cara keluar dari liang gerek, dan memakan kulit bagian luar dari batang. Bekas gigitan ulat pada
permukaan kulit akan terlihat berwarna coklat, yang dapat dibedakan dengan warna kulit asli pohon sengon yang berwarna putih keabu-abuan. Di permukaan
kulit juga akan tampak semacam terowongan yang terbuat dari masa partikel- partikel kulit batang dan kotoran ulat yang direkat oleh semacam perekat yang
dikeluarkan oleh ulat. Terowongan ini bersambung ke liang gerek, dan digunakan juga untuk tempat berlindung ulat pada siang hari Husaeni et al., 1998. Seekor
larva dapat merusak kulit pada areal kulit yang luas Hutacharern, 1993. Kadang- kadang xylemnya dirusak Kalshoven, 1981 Gambar 19. Menurut Beeson
1961 biasanya ulat membuat liang gerek yang pendek di dalam kayu pada persimpangan cabang pohon yang rusak atau luka Gambar 20.
Gambar 19 Gejala serangan oleh ulat I. acutistriata pada permukaan batang sengon Husaeni et al, 1998.
Gambar 20 Gejala serangan dan bentuk kerusakan oleh larva I. acutistriata di dalam batang sengon Husaeni et al, 1998.
Hutacharern 1993 mengemukakan bahwa ulat I. acutistriata menyerang pohon yang berumur lebih dari 2 tahun. Ulat ini lebih sering berada di daerah
luka sekitar batang atau cabang.
Perkembangan serangan I. acutistriata berlangsung dengan cepat, dan hal ini perlu diwaspadai oleh para pengelola hutan sengon. Perkembangan serangan I.
acutistriata pada tegakan sengon berumur 3 tahun jarak tanam 2 m x 2 m di
Kampus IPB Darmaga Bogor telah dipelajari oleh Tarlinawati 1997. Pengamatan dilakukan satu minggu sekali selama delapan minggu. Hasil
pengamatannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Perkembangan serangan I. acustistriata pada tegakan sengon berukur 3
tahun di Kampus IPB Darmaga, Bogor Tarlinawati, 1997
Minggu ke Jumlah po-
hon terse- rangha
Jumlah serangan pada semua pohon Persentase
serangan Aktif Pasif Jumlah
1 595 485
1065 1.550
46,18 2 610
410 1.230
1.640 47,66
3 620 425
1.280 1.705
48,44 4 630
385 1.375
1.760 49,22
5 635 375
1.400 1.775
49,61 6 635
395 1.415
1.810 49,61
7 640 260
1.565 1.825
50,00 8 640
230 1.625
1.855 50,00
Rata-rata 626
371 1.369
1.740 48,84
Keterangan: Serangan aktif adalah serangan yang larvanya masih terdapat dalam liang gerek. Serangan pasif adalah serangan yang larvanya sudah berkembang
menjadi pupa atau ngengat bekas serangan.
Dari Tabel 3 tampak bahwa kenaikan persentase serangannya tidak terlalu cepat, tetapi jumlah titik serangannya meningkat 38 titik per minggu.
Perkembangan serangan I. acutistriata pada tegakan sengon di KPH Kediri dapat dilihat pada Tabel 4 Husaeni et al., 1998.
Tabel 4 Perkembangan serangan I. acutistriata pada berbagai umur tegakan sengon di KPH Kediri tahun 1997 Husaeni et al., 1998
Bulan Umur 3 tahun
Umur 5 tahun Umur 7 tahun
Nha S Tph Nha S
Tph Nha S Tph
Juli 1.088 7,7 1,7 459 87,8 6,7 246 56,1 3,9
Agustus 1.088 8,8 1,7 459 88,9 5,7 246 60,2 3,3 September
1.086 9,4 1,6 459 88,2 6,3 246 85,3 3,6 Oktober 1.084 9,6 1,6 458 78,8 6,6 246 92,7 8,7
November 1.078 8,4 1,7 436 89,2 5,7 236 94,1 6,1
Desember 1.078
14,8 1,9 424 95,3 7,4 230 94,8 6,6
Keteranagan: Nha = jumlah pohon perha; S = persen serangan; Tph = jumlah titik serangan per pohon. Volume pohon umur 3 tahun = 82,12 m
3
ha, umur 5 tahun = 171 m
3
ha dan umur 7 tahun = 164,22 m
3
ha. Dari Tabel 4 tampak bahwa persentase serangan cenderung meningkat
dengan meningkatnya umur tegakan sengon. Pada tegakan sengon berumur 3 tahun dan 5 tahun kenaikan persentase serangannya tidak terlalu meningkat
dengan tajam bila dibandingkandengan pada tegakan sengon umur 7 tahun. Letak titik serangan pada pohon akan semakin tinggi dengan semakin
tingginya pohon, dan tinggi pohon ini dipengaruhi oleh umur tegakan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum letak titik serangan I. acutistriata pada
umur: 3 tahun
: sekitar 3,6 ± 1,6 m 5 tahun
: sekitar 8,2 ± 3,1 m 6 tahun
: sekitar 9,5 ± 3,4 m 7 – 8 tahun
: sekitar 19,9 ± 2,7 m Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa ngengat I. acutistriata dapat
terbang sampai ketinggian sekitar 23 m.
Tabel 5 Sebaran letak serangan I. acutistriata pada berbagai umur tegakan sengon di KPH Kediri 1997 Husaeni et al., 1998
Selang tinggi pada pohon m
Jumlah titik serangan buah menurut umur tegakan tahun 4 tahun
n = 27 5 tahun
n = 35 6 tahun
n = 24 7 – 8 tahun
n = 14 1
1 - 1,9 4
1 2
2 – 2,9 9
4 3 – 3,9
11 4
4 – 4,9 8
4 1
5 – 5,9 8
3 3
6 – 6,9 7
4 3
7 – 7,9 1
7 2
8 – 8,9 -
10 3
1 9 – 9,9
- 10
8 10 – 10,9
- 15
4 11 – 11,9
- 6
4 12 – 12,9
- 6
3 13 - 13,9
- 6
3 14 – 14,9
- -
3 15 – 15,9
- -
- 3
16 – 16,9 -
- -
2 17 – 17,9
- -
- 4
18 – 18,9 -
- -
3 19 – 19,9
- -
- 3
20 – 20,9 -
- -
10 21 – 21,9
- -
- 6
22 – 22,9 -
- -
6 23 – 23,9
- -
- 4
24 – 24,9 -
- -
1 25 – 25,9
- -
- -
26 - - - -
f. Dampak serangan Menurut Suharti et al. 2000, walaupun sama-sama menggerek batang,