Pengendalian secara hayati Pengendalian kimiawi

yang ditebang telah mencapai serangan lanjut, bagian batang yang diserang harus dibelah-belah agar kepompong atau kumbangnya dapat dimatikan. Bila penjarangan tegakan sengon dilaksanakan secara periodik sesuai dengan jadwal penjarangan, maka tingkat serangan hama boktor sengon akan dapat ditekan lihat Tabel 5 dan 6. Penekanan tingkat serangan ini dapat terjadi karena: a Pohon-pohon sengon yang diserang ditebang pada setiap penjarangan. b Melalui penjarangan, semakin tua tegakan, jarak tanam antar pohon akan semakin lebar. Meningkatnya jarak antar pohon diharapkan akan mengurangi keberhasilan kumbang boktor yang terbang dari pohon yang terserang untuk mencapai pohon-pohon tetangganya yang belum terserang. c Pada tegakan yang baru dijarangi akan terjadi perubahan suhu dan kelembaban udara serta peningkatan resapan air.

d. Pengendalian secara hayati

Musuh-musuh alami hama boktor ada yang menyerang telur, larva, pupa dan imago kumbang. Musuh-musuh tersebut terdiri dari parasit, predator dan patogen. Bila hama boktor diserang musuh alami tersebut, maka populasi hama ini akan menurun. Dua cara pengendalian hayati hama boktor telah dikaji keampuhannya adalah dengan menggunakan parasit telur boktor dan jamur patogen larva. 1 Pelepasan parasitoid telur Serangga parasitoid yang menyerang telur boktor adalah Anagyrus sp. yang tergolong famili Encyrtidae, ordo Hymenoptera. Anagyrus sp. telah terbukti cukup efektif dalam menekan serangan hama boktor. Secara alami Anagyrus sp. ini biasa memparasit kelompok telur boktor dengan tingkat serangan tingkat parasitasi rata-rata 20 setelah tegakan sengon yang diserang hama boktor dilepasi parasit telur sebanyak ± 5.000 ekor, ternyata dari setiap kelompok telur boktor, rata-rata 45 terserang parasit, 21 tidak menetas dan hanya 34 yang menetas melalui larva. 2 Penggunaan jamur patogen Beauveria bassiana merupakan salah satu jamur patogen serangga yang telah banyak digunakan untuk pemberantasan hama terutama hama daun yang tergolong ordo Lepidoptera. Jamur patogen ini dapat pula digunakan untuk pengendalian hama yang tergolong bangsa kumbang, misalnya hama boktor. Penggunaan jamur B. Bassiana dalam bentuk suspensi 200 gram per 6 liter air atau 200 gram per 8 liter air dapat mematikan semua anggota koloni larva boktor pada tegakan sengon sampai mencapai 95 Suharti, et al, 1998 dalam Husaeni, 2001. Pengendalian larva bokor sengon dengan menggunakan B. bassiana sebaiknya dilakukan saat serangan hama tahap awal gejala serangan awal. Pada saat itu larva boktor sengon masih muda dan msih berukuran kecil. Bila serangan hama telah mencapai tahap lanjutan larva sudah berukuran lebih besar dan tentu saja akan lebih tahan terhadap jamur patogen.

e. Pengendalian kimiawi

Pengendalian hama boktor sengon dengan menggunakan insektisida pertama kali dilakukan oleh de Yong pada tahun 1931 dengan cara menyemprotkan paradikhlorbensol diencerkan dalam petroleum dengan perbandingan 1:10 pada permukaan kulit batang sengon yang diserang. Insektisida ini dapat mematikan larva yang masih berada di permukaan kayu gubal, tetapi tidak dapat membunuh larva yang telah membuat lubang gerek pada kayu gubal. Walau hasilnya memuaskan namun penggunaan insektisida ini dapat mematikan kambium pohon. Sidabutar dan Natawiria 1973 pernah mencoba mengendalikan hama boktor sengon dengan menggunakan Dimecron – 100 bahan aktif Endolfosfat. Insektisida tersebut bersifat sistemik, apabila digunakan pada bagian tanaman tertentu akan diserap dan ditranslokasi ke bagian-bagian tanaman yang lain ke arah atas dari bagian yang mendapat perlakuan. Hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan cairan Dimecron – 100 konsentrasi 5 melalui injeksi batang dengan takaran 5 cc dan 100 cc per pohon dalam waktu 7 – 12 hari tidak dapat mematikan larva boktor sengon, tetapi penyemprotan ke permukaan bagian kulit pohon yang terserang dengan konsentrasi 0,5 dengan takaran 75 cc per m 2 luas permukaan kulit per pohon, setelah 7 hari dapat membunuh semua larva muda yang berumur 2 bulan, sedangkan larva yang lebih tua tidak mati. Serangan X. festiva yang telah mengalami serangan stadium lanjut larva sudah menggerek ke dalam kayu dapat dikendalikan dengan menggunakan Furadan 3 G sebanyak 200 – 300 gram per pohon. Furadan 3 G ditabur dalam parit yang dibuat melingkar dengan radius selebar tajuk pohon, kemudian parit ditimbun kembali dengan tanah Suharti et al., 1991. Ekstrak biji dan daun mimba Azadirachta indica A. Juss yang mengandung insektisida azadirachtin pernah dicoba digunakan untuk pengendalian X. festiva. Ekstrak biji dan daun mimba langsung disemprotkan ke tubuh larva yang ditaruh pada cawan petri. Dalam waktu kurang dari 10 menit larva telah mati dan ini terjadi pada semua konsentrasi baik pada ekstrak biji maupun daun mimba. Tubuh dari larva kelihatan berkerut. Pada percobaan di lapangan insektisida ini tidak efektif untuk mengendalikan larva yang berada di bawah kulit karena insektisida ini tidak bersifat sistemik tidak dapat menembus kulit batang sengon Hawiati, 1994. Nurhayati 2001 melakukan pengujian efikasi insektisida sistemik Dimethoate 400 EC terhadap hama boktor sengon dengan menggunakan 6 tingkat konsentrasi yaitu 0 ccl kontrol, 2 ccl, 4 ccl, 6 ccl, 8 ccl dan 10 ccl. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penggunaan Dimethoate 400EC pada tingkat konsentrasi mulai 6 ccl sampai 10 ccl melalui penyemprotan kulit batang sengon yang terserang aktif, ternyata efektif membunuh larva boktor yang masih berada di bawah kulit batang pohon sengon Tabel 11. Tabel 11 Efikasi Dimethoate 400 EC pada beberapa tingkat konsentrasi terhadap larva X. festiva Nurhayati, 2001 No Konsentrasi Persen kematian larva Tingkat efikasi 1 0 ccl kontrol 0,0 Kurang 2 2 ccl 16,6 Kurang 3 4 ccl 41,8 CukupSedang 4 6 ccl 67,1 Baik 5 8 ccl 79,9 Sangat baik 6 10 ccl 93,2 Sangat baik Dari nilai rata-rata kematian larva boktor sengon menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi Dimethoate 400 EC berkorelasi positif dengan tingkat kematian larva. Tingkat kematian larva bertambah tinggi dengan semakin tingginya tingkat konsentrasi yang digunakan. Pada tingkat konsentrasi 6 ccl, insektisida telah menunjukkan keampuhannya untuk membunuh larva. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 6 ccl merupakan tingkat konsentrasi minimum yang efektif membunuh larva boktor, sekaligus merupakan tingkat konsentrasi maksimum ditinjau dari segi efek samping insektisida terhadap lingkungan.

f. Pengendalian secara terpadu