52 3.9.3.6  Optimasi Suhu Kolom
Tahap  ini  bertujuan  untuk  menentukan  suhu  kolom  optimum  yang memberikan  pemisahan  senyawa  dengan  baik.  Percobaan  dilakukan  dengan
menyaring  larutan  LBS10  dengan  penyaring  syringe  PTFE  0,4 5  µm,  disonikasi
selama  15  menit.  Kemudian  diinjeksikan  5 µl  LBS10  ke  dalam  kolom
menggunakan volume void, panjang gelombang, komposisi dan pH fase gerak dan laju  alir  hasil  optimasi.  Suhu  kolom  yang  diuji  adalah  25
o
C,  30
o
C  dan  35
o
C. Selanjutnya  dipilih  kondisi  yang  memberikan  hasil  optimum.  Parameter  yang
dipakai  untuk  menetapkan  kondisi  percobaan  adalah  waktu  retensi,  faktor kapasitas, faktor tailing, resolusi dan jumlah plat teoritis.
3.9.4 Penentuan Waktu Retensi Senyawa
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui waktu retensi setiap senyawa. Larutan LBT  disaring  dengan  penyaring  syringe  PTFE  0,4
5  µm,  disonikasi  selama  15 menit.  Penentuan  waktu  retensi  dilakukan  dengan  menginjeksikan  5
µL  LBT. Kondisi  pengujian  adalah  volume  void  30,  suhu  oven  30
o
C,  fase  gerak  buffer fosfat pH  4,5  dan  metanol  75  :  25,  laju  alir  1,0  mlmenit  dengan  tiga  panjang
gelombang  deteksi  hasil  optimasi.  Waktu  retensi  setiap  senyawa yang  diperoleh merupakan karakteristik untuk identifikasi senyawa.
Universitas Sumatera Utara
53
3.9.5 Validasi Metode KCKT
Hasil  optimasi  metode  kemudian  divalidasi  dengan  parameter  yang meliputi: linearitas, batas deteksi, batas kuantitasi, akurasi, presisi dan selektivitas.
3.9.5.1  Linearitas M asing-masing larutan baku seri LBS disaring dengan penyaring syringe
PTFE  0,2  µm  dan  disonikasi  selama  15  menit.  Larutan  LBS1  diinjeksikan sebanyak 5 µL, kemudian dibiarkan sampai semua komponen keluar dan terpisah
dari kolom.  Langkah tersebut diulangi dengan menginjeksikan 5 µl LBS1, LBS2,
LBS3,  LBS4, LBS5, LBS6,  LBS7, LBS8 dan LBS9. Kemudian diplot hubungan antara  konsentrasi  larutan  baku  X  dengan  luas  area  Y  dari  masing-masing
komponen,  ditentukan persamaan  linear  Y  =  a  +  bX,  dihitung  koefisien  korelasi r,  batas  deteksi  LOD  dan  batas  kuantitasi  LOQ.  Batas  deteksi  dan  batas
kuantitasi masing-masing dihitung dengan persamaan LOD = 3SDb dan   LOQ = 10SDb  Ravichandran,  et  al.,  2010;  Chan,  et  al.,  2004;  Harmita,  2004;  Huber,
1999.
3.9.5.2  Akurasi Uji  kecermatan  dilakukan  dengan  menggunakan  metode  penambahan
bahan baku standard addition method. Pengujian akurasi dilakukan pada rentang 80,  100  dan  120.  Larutan  sirup  X  LS  dibuat  dengan  cara  menimbang
sejumlah 5,0128  g sirup X, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan ditambah aqua  bidestilata  steril  sampai  garis  tanda,  sehingga  dalam  1  ml  larutan  LS
mengandung 0,1003 gram sirup X.
Universitas Sumatera Utara
54 Untuk pengujian sirup dilakukan dengan memipet 1 ml LS, dimasukkan ke
dalam sebuah  labu ukur 10 ml, diencerkan dengan campuran buffer fosfat pH 4,5 dan metanol 75 : 25 sampai batas tanda, disaring dengan penyaring syringe PTFE
0,4 5 µm, disonikasi selama 15 menit dan diinjeksikan 5 µl ke dalam alat KCKT
dengan kondisi sesuai hasil optimasi. Akurasi 80 dilakukan dengan penambahan 0,8 ml LBC ke dalam 1 ml
LS, dimasukkan ke dalam sebuah labu ukur 10 ml, diencerkan dengan  campuran buffer  fosfat pH  4,5  dan  metanol  75  :  25 sampai  batas  tanda.  Larutan tersebut
disaring dengan penyaring syringe PTFE 0,4 5 µm, disonikasi selama 15 menit dan
diinjeksikan 5 µl ke dalam alat KCKT dengan kondisi sesuai hasil optimasi.
Akurasi 100 dilakukan dengan penambahan 1 ml LBC ke dalam 1 ml LS, dimasukkan ke dalam sebuah labu ukur 10 ml, diencerkan dengan campuran buffer
fosfat pH 4,5 dan metanol 75 : 25 sampai batas tanda. Larutan tersebut disaring dengan  penyaring  syringe  PTFE  0,4
5  µm,  disonikasi  selama  15  menit  dan diinjeksikan 5
µl ke dalam alat KCKT dengan kondisi sesuai hasil optimasi. Akurasi 120 dilakukan dengan penambahan 1,2 ml LBC ke dalam 1 ml
LS, dimasukkan ke dalam sebuah labu ukur 10 ml, diencerkan dengan  campuran buffer  fosfat pH  4,5  dan  metanol  75  :  25 sampai  batas  tanda.  Larutan tersebut
disaring dengan penyaring syringe PTFE 0,4 5 µm, disonikasi selama 15 menit dan
diinjeksikan 5 µl ke dalam alat KCKT dengan kondisi sesuai hasil optimasi.
Perhitungan  konsentrasi  senyawa  dalam  larutan  sirup  X,  akurasi  80, akurasi 100 dan  akurasi 120 menggunakan persamaan regresi  masing-masing
senyawa.  Kemudian  dihitung  konsentrasi  senyawa  dalam  sirup  dengan menggunakan rumus M  = cW x Fp1000 x k.  Selisih konsentrasi senyawa dalam
Universitas Sumatera Utara
55 akurasi  80,  100  dan  120  dengan  sirup  X  C
1
-  C
2
dibandingkan  dengan konsentrasi senyawa baku yang sebenarnya ditambahkan
C
3
. Hasil perhitungan
akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali, dihitung dengan persamaan persentase  recovery  sebesar  [
C
1
-  C
2
C
3
]x  100  Ravichandran,  et  al.,  2010; Chan, et al., 2004; Harmita, 2004; Huber, 1999.
3.9.5.3 Presisi Uji  keseksamaan  dilakukan  sebagai  uji  ripitabilitas  URI  dan  uji
reprodusibilitas URE. Uji uji ripitabilitas dilakukan dengan cara menyuntikkan 8 µL  LBS  10  sebanyak  6  kali  ulangan  pada  kondisi  sistem  KCKT yang  diperoleh
sesuai dengan hasil optimasi. Pengujian  reprodusibilitas  dilakukan  dengan  cara  menyuntikkan  5
µL campuran  larutan  sirup  X  dengan  LBC.  Larutan  sirup  X  LS  dipipet  1  ml  dan
dicampur  dengan  1,2  ml  LBC  dalam  labu  ukur  10  ml  dan  diencerkan  dengan campuran buffer fosfat pH 4,5  dan metanol 75 : 25 sampai batas tanda, disaring
dengan  penyaring  syringe  PTFE  0,45 µm,  disonikasi  selama  15  menit  dan
diinjeksikan  5 µl  ke  dalam  alat  KCKT  dengan  ulangan  sebanyak  6  kali  pada
kondisi sistem KCKT yang diperoleh sesuai dengan hasil optimasi. Data  yang  diperoleh  setiap  injeksi  digunakan  untuk  menentukan
keterulangan metode dan ketertiruan metode yang dinyatakan sebagai persen RSD dari luas area. Dihitung standar deviasi SD, kadar rata-rata
X
dan persentase RSD  sebesar  SD
X
x  100  Ravichandran,  et  al.,  2010;  Chan,  et  al.,  2004; Harmita, 2004; Burn, et al., 2002; Huber, 1999.
Universitas Sumatera Utara
56 3.9.5.4 Selektivitas
Uji  selektivitas  dilakukan  dengan  membandingkan  kromatogram  larutan baku,  larutan  sirup  X  dan  larutan  sirup  X  ditambah  baku.  Kromatogram  larutan
baku,  larutan  sirup  X  dan  larutan  sirup  X  ditambah  baku  harus  menunjukkan waktu retensi relatif sama dengan waktu retensi masing-masing senyawa. Kondisi
pengujian menggunakan metode KCKT sesuai hasil optimasi. Larutan  sirup  X  ditambah  baku  dibuat  sesuai  prosedur  pengujian  100
pada uji akurasi. Larutan sirup X ditambah baku dibuat dengan cara menambahan 1 ml LBC ke dalam 1 ml LS, dimasukkan ke dalam sebuah  labu tentukur  10 ml,
diencerkan dengan  campuran buffer fosfat pH 4,5  dan metanol 75 : 25 sampai batas  tanda.  Larutan tersebut  disaring  dengan  penyaring  syringe  PTFE  0,4
5 µm, disonikasi  selama  15  menit  dan  diinjeksikan  5
µl  ke  dalam  alat  KCKT  dengan kondisi sesuai hasil optimasi.
Larutan sirup X dibuat sesuai prosedur pengujian sirup X pada uji akurasi. Larutan  sirup X  dibuat  dengan  memipet  1  ml  LS,  dimasukkan  ke  dalam  sebuah
labu ukur 10 ml, diencerkan dengan campuran buffer fosfat pH 4,5  dan metanol 75 : 25 sampai batas tanda, disaring dengan penyaring syringe PTFE 0,4
5 µm, disonikasi  selama  15  menit  dan  diinjeksikan  5
µl  ke  dalam  alat  KCKT  dengan kondisi sesuai hasil optimasi.
Larutan baku dibuat dilakukan dengan memipet 1 ml LBC, dimasukkan ke dalam sebuah labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan campuran buffer fosfat pH
4,5 dan metanol 75  : 25 sampai batas tanda, disaring dengan penyaring syringe PTFE  0,4
5  µm,  disonikasi  selama  15  menit  dan  diinjeksikan  5  µl  ke  dalam  alat KCKT dengan kondisi sesuai hasil optimasi.
Universitas Sumatera Utara
57
3.9.6 Penetapan Kadar Pemanis, Pengawet dan Pewarna dalam Sampel