69 Gambar  4.8  menunnjukkan  bahwa  penetapan  kadar  tartrazin  dan  sunset
yellow  lebih  baik  dilakukan  pada  panjang  gelombang  450  nm.  Walaupun  faktor tailing  sunset  yellow  sebesar  1,629  Tabel  4.2  lebih  tinggi  dari  panjang
gelombang 440 nm Ft = 1,604 dan 470 nm Ft = 1,610. Hal ini dilakukan karena serapan sunset yellow dan tartrazin masing-masing pada panjang  gelombang 440
nm dan 470 nm paling rendah.
4.2.3 Optimasi pH Fase Gerak
Hasil  optimasi  pH  fase  gerak  diperoleh  data  berupa waktu  retensi,  faktor kapasitas,  jumlah  plat  teoritis,  resolusi,  selektifitas  dan  faktor  tailing.
Kromatogram  optimasi  pH  larutan  buffer  fosfat  dapat  dilihat  pada  Lampiran  8, halaman 117 - 120. Pengaruh pH buffer terhadap parameter optimasi  dapat dilihat
pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pengaruh pH Buffer terhadap Parameter Optimasi
Keterangan: - = Tak terdeteksi
Universitas Sumatera Utara
70 Fase  gerak  buffer  asam  menyebabkan  senyawa  basa  terionisasi  sehingga
lebih cepat terelusi dan senyawa asam tidak terionisasi jika pH larutan buffer lebih kecil  dari  pKa  senyawa  asam  tersebut  sehingga  lebih  lambat  terelusi  atau
sebaliknya.  Larutan  buffer  yang  dipilih  harus  memberikan  pemisahan  terbaik berdasarkan nilai resolusi dan faktor kapasitas, selain itu juga memberikan waktu
analisis yang lebih singkat. Hubungan pH dengan faktor tailing, resolusi dan faktor kapasitas natrium
sakarin,  natrium  silkamat,  natrium  benzoat,  kalium  sorbat,  tartrazin  dan  sunset yellow dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar  4.9  Hubungan  pH  dengan  Faktor  Tailing  a,  Resolusi  b  dan  Faktor Kapasitas  c  Natrium  Sakarin
,  Natrium  Silkamat
,  Natrium Benzoat
, Kalium Sorbat 
, Tartrazin
dan Sunset Yellow
a b
c
Universitas Sumatera Utara
71 Senyawa  terpisah  kurang  baik  pada  fase  gerak  buffer  fosfat  pH  4,7 yang
ditandai resolusi natrium benzoat sebesar 1,980 Tabel 4.3 lebih kecil dari yang diizinkan untuk pengembangan metode, yaitu Rs
≥ 2 Snyder, et al., 2010. Hal ini memberikan  informasi  bahwa  ionisasi  natrium  benzoat  pKa  =  4,2  pada  fase
gerak buffer pH 4,7 menyebabkan waktu retensi menjadi lebih cepat dan resolusi menjadi buruk Gamabr 4.9 dan Lampiran 10. Natrium sakarin dan sunset yellow
mengalami tailing dan natrium siklamat mengalami fronting pada buffer fosfat pH 4,7  Tabel  4.3,  Gambar  4.9  dan  Lampiran  10.  Hal  ini  memberikan  informasi
bahwa  ionisasi  natrium  sakarin  pKa  =  1,8,  natrium  siklamat  pKa  =  1,9  dan sunset yellow pKa = 9,2 menyebabkan bentuk kromatogram natrium sakarin dan
sunset yellow mengalami tailing, sedangkan natrium siklamat mengalami fronting. Semua  senyawa pada  buffer  fosfat pH  4,0  terpisah  dengan  baik,  ditandai
dengan resolusi  2, tetapi nilai faktor kapasitas kalium sorbat 22,560 Tabel 4.3, berada di atas batas maksimal yang diizinkan Gambar 4.9. Nilai faktor kapasitas
terlalu  besar  mengindikasikan  bahwa  waktu  analisis  menjadi  lebih  lama.  Hal  ini terjadi karena kalium sorbat pKa = 4,8 tidak mengalami ionisasi sehingga partisi
dengan fase gerak kurang baik. Faktor tailing natrium siklamat pKa = 1,9 sebesar 2,357 Tabel 4.3 dan Gambar 4.9. Hal ini memberikan informasi bahwa ionisasi
natrium siklamat pada fase gerak buffer fosfat pH 4,0 menyebabkan partisi dengan fase gerak kurang baik sehingga bentuk kromatogram menjadi tailing.
Senyawa terpisah dengan baik pada fase gerak buffer fosfat pH 4,3 dan pH 4,5  karena  memenuhi  persyaratan  parameter  optimasi  yang  ditandai  dengan
resolusi  2, faktor kapasitas berada pada rentang persyaratan 0,5 ≤ k ≤ 20 dan
selektivitas  1. Namun, sunset yellow pKa = 9,2 mengalami  tailing baik pada fase gerak buffer fosfat pH 4,3 maupun pH 4,5 Tabel 4.3 dan Gambar 4.9. Hal
Universitas Sumatera Utara
72 ini menunjukkan bahwa ionisasi sunset yellow pada fase gerak buffer fosfat pH 4,3
dan  pH  4,5  menyebabkan  partisi  sunset  yellow  pada  fase  gerak  kurang  baik sehingga  bentuk  kromatogram  menjadi  tailing.  Tabel  4.3  menunjukkan  bahwa
faktor kapasitas kalium sorbat pada pH 4,3 k = 19,30 lebih besar dibandingkan pH 4,5 k = 17,20, sehingga analisis pada pH 4,3 lebih lama dibandingkan pada
pH  4,5.  Oleh  karena  itu,  larutan  buffer  fosfat  yang  dipilih  untuk  penelitian selanjutnya adalah buffer fosfat pH 4,5.
Pylypiw dan Grether 2000, menggunakan fase gerak campuran asetonitril dan  buffer  amonium  asetat  pH  4,2  untuk  penetapan  kadar  natrium  benzoat  dan
kalium  sorbat.  Khosrokhavar,  et  al.  2010,  menggunakan  fase  gerak  campuran asetonitril  dan  buffer  amonium  asetat  pH  4,4  untuk  menetapan  kadar  natrium
benzoat  dan  kalium  sorbat.  Xiao ,et  al.  2011,  menggunakan  fase  gerak
campuran asetonitril dan amonium sulfat pH 4,4 untuk menetapan kadar aspartam, natrium  sakarin,  natrium  siklamat,  kalium  asesulfam,  neotam  dan  steviosida.
Shimadzu  2007,  telah  berhasil  menetapkan  kadar  tartrazin  dan  sunset  yellow dalam minunan dengan menggunakan fase  gerak campuran asetonitril dan buffer
amonium asetat pH 4,7. Hasil penelitian masing-masing peneliti tersebut diperoleh informasi  bahwa  pemisahan  senyawa  dalam  campuran  memenuhi  syarat  yang
diizinkan. Penelitian  yang  dilakukan  dengan  menggunakan  fase  gerak  campuran
metanol dan buffer fosfat pH 4,0 sampai pH 4,7 ternyata memberikan hasil yang terbaik pada fase  gerak campuran metanol dan buffer fosfat pH 4,5; berada pada
rentang pH yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan pH terjadi karena perbedaan  fase  gerak  organik  dan  jenis  buffer  yang  digunakan  serta  komponen
senyawa yang dipisahkan.
Universitas Sumatera Utara
73
4.2.4 Optimasi Komposisi Fase Gerak