Dengan adanya perubahan lebar laut teritorial dari 3 mil menjadi 12 mil laut, sebagian besar dari selat yang biasanya digunakan untuk pelayaran internasional
berubah statusnya menjadi bagian dari laut teritorial. Tidak hanya itu, tidak menutup kemungkinan ada sebagian yang menjadi bagian dari perairan pedalaman. Pada selat
yang demikian negara-negara mempunyai kewajiban untuk memberikan jaminan pelaksanaan hak lintas kapal asing dalam bentuk baru yang disebut dengan hal lintas
transit, yang sifatnya lebih longgar dari hak lintas damai. Hal yang demikian lebih disukai oleh kapal-kapal asing.
c. Selat yang digunakan untuk pelayaran Internasional.
Ketentuan mengenai selat ini merupakan suatu aturan hukum internasional yang sama sekali baru dan digunakan dalam pelayaran internasional, hal ini diatur
dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 45 Konvensi Hukum Laut 1982. Ketentuan ini merupakan refleksi dari adanya perluasan lebar laut teritorial, yang awalnya dirujuk
oleh negara-negara maju adalah 3 mil laut menjadi maksimum 12 mil laut, dan ini merupakan bagian dari perjuangan negara-negara berkembang. Sebagai akibatnya,
terdapat banyak selat yang lebarnya kurang atau sama luasnya dengan dua kali lebar maksimum laut teritorial statusnya berubah menjadi laut teritorial.
Menurut Pasal 37 Konvensi Hukum Laut 1982, yang dapat dianggap selat yang digunakan untuk pelayaran internasional adalah perairan yang menghubungkan
satu bagian laut lepas atau zona ekonomi eksklusif dengan bagian lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif. Sedangkan pada Pasal 38 menentukan bahwa untuk
Universitas Sumatera Utara
selat-selat yang memenuhi ketentuan itu akan berlaku rejim pelayaran yang disebut lintas transit. Namun demikian, apabila ada bagian dari selat yang letaknya lebih
dekat ke daratan utama dan ada alur laut yang memisahkan daratan tersebut dengan sesuatu dan dapat memberikan kenyamanan yang sama untuk pelayaran, pada jalur
pelayaran demikian berlaku hak lintas damai. Baik lintas transit maupun hak lintas damai, konvensi tidak memperkenankan adanya penangguhan atau gangguan dalam
bentuk apapun dari negara-negara tepi selat tersebut.
73
d. Zona Tambahan
Negara pantai dalam zona tambahan dapat melaksanakan pengawasan yang diperlukan guna mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangannya.
Ketentuan ini menyangkut yang berkaitan dengan bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter didalam wilayahnya atau laut teritorialnya.
Negara pantai juga mempunyai wewenang untuk menghukum setiap pelanggaran yang demikian. Namun batas luar zona tambahan ini tidak boleh
melebihi 24 mil laut yang diukur dari garis pangkal yang dipakai untuk menetapkan batas laut teritorialnya, sehingga bisa dipastikan luas zona tambahan suatu negara
sangat bergantung dengan seberapa jauh negara tersebut menetapkan lebar laut teritorialnya.
74
73
Lihat Pasal 44 dan 45 Persetujuan UNCLOS 1982
74
Lihat Pasal 33 Persetujuan UNCLOS 1982
Universitas Sumatera Utara
e. Laut Lepas