1. Regulasi pengangkutan laut
Berdasarkan ketentuan Pasal 353
125
Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, maka pengaturan mengenai angkutan laut masih dipakai ketentuan
Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut, ketentuan ini ditanda tangani oleh menteri
perhubungan pada tanggal 4 oktober 2001. Peraturan menteri ini terdiri dari 63 pasal dan 27 lampiran, dalam ketentuannya mencabut beberapa peraturan terkait
penyelenggaraan angkutan laut
126
Penyelenggaraan angkutan Laut sebagaimana yang sudah digariskan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Angkutan Laut adalah angkutan laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, pelayaran rakyat, angkutan laut khusus dan angkutan laut perintis.
Penyelenggaran dan pengusahaan ini harus sesuai dengan apa yang diatur dalam bab tentang jaringan trayek dan penempatan kapal, karena jika tidak sesuai akan diberikan
sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan serta pencabutan izin . Secara umum ketentuan ini mengatur teknis
penyelenggaraan dan pengusahaan angkutan laut, baik dalam negeri maupun luar negeri.
127
125
Pasal 353 Undang-Undang No 17 Tahun 2008 menyebutkan bahwa Pada saat Undang- Undang ini berlaku semua peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang
Pelayaran dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.
. Dalam
126
Peraturan-peraturan yang dicabut adalah : KM No. 79 Tahun 1988, KM No. 80 Tahun 1988, KM No. 4 Tahun 1990, KM No. 11 Tahun 1989, KM No. 1 Tahun 1990, KM No. 79 Tahun
1999 dan Instruksi Menteri Perhubungan Nomor AL.003Phb-96
127
Lihat Pasal 44 Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
Universitas Sumatera Utara
bab tentang pengusahaan angkutan laut diatur tentang apa yang menjadi persyaratan usaha serta tata cara pengajuan permohonan izin usaha dan izin operasional. Hal lain
yang diatur dalam bab ini adalah mengenai kantor cabang dari angkutan laut yang akan beroperasi, disamping itu bab tentang pengusahaan angkutan laut juga mengatur
tentang sanksi berupa pembekuan dan pencabutan izin usaha.
128
Mengenai keagenan angkutan laut dan perwakilan angkuran laut asing diatur dalam bab tersendiri dalam peraturan ini, dalam bagian tentang keagenan umum
kapal perusahaan asing ditentukan bahwa perusahaan angkutan laut asing yang kapalnya melakukan kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan Indonesia yang
terbuka untuk perdagangan luar negeri wajib menunjuk perusahaan angkutan laut nasional yang memenuhi persyaratan sebagai agen umum.
129
Sedangkan pada bagian keagenan kapal perusahaan angkutan laut nasional ditentukan bahwa keagenan kapal
perusahaan angkutan laut nasional hanya dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional. Dalam hal tidak terdapat perusahaan angkutan laut nasional di suatu
pelabuhan , perusahaan angkutan laut nasional dapat menunjuk perusahaan pelayaran rakyat sebagai Agen.
130
128
Lihat Pasal 29, 30 dan 31 Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
Pada bagian yang mengatur tentang perwakilan perusahaan angkutan laut asing ditentukan bahwa perusahaan angkutan laut asing yang kapal-
kapalnya melakukan kegiatankunjungan ke pelabuhan Indonesia secara
berkesinambungan dapat menunjuk Badan Hukum Indonesia BHI atau perorangan
129
Lihat Pasal 45 Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
130
Lihat Pasal 51 Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 33 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
Universitas Sumatera Utara
warga Indonesia WNI , atau perorangan warga negara asing WNA untuk mewakili kepentingan administrasinya di Indonesia sebagai perwakilan perusahaan
angkutan laut asing owners representative .
131
2. Tujuan dan fungsi pengangkutan laut