Dalam UU No. 17 Tahun 2008

sanksi berupa pencabutan izin usaha angkutan lautizin operasi angkutan laut khusus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 102 Saat ini aturan tentang pemberlakuan asas Cabotage semakin dipertegas dengan di undangkannya Undang-Undang No. 17 tentang Pelayaran beserta aturan turunan lainnya baik itu peraturan pemerintah maupun peraturan menteri terkait.

1. Dalam UU No. 17 Tahun 2008

Atas pertimbangan bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran saat ini, 103 102 Dalam Pasal 3 KM 71 tahun 2005 disebutkan untuk pengangkutan barangmuatan sebagai berikut diberi jangka waktu untuk pemberlakuannya sbb: 1. pengangkutan minyak kelapa sawit, bahan galian tambang mine and quarry, biji-bijian lainnya other grains, sayur, buah-buahan dan ikan segar fresh product dilaksanakan selambat-lambatnya1 Januari 2008; 2. pengangkutan muatan cair dan bahan kimia lainnya dan bijian hasil pertanian, dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2009; maka pada tanggal 7 Mei 2008 pemerintah mengesahkan Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menggantikan Undang-Undang No.21 Tahun 1992. Undang- Undang baru dimaksudkan antara lain untuk mendorong terciptanya persaingan usaha yang lebih sehat, karena undang-undang ini membawa perubahan baru dengan materi terpenting antara lain adalah pengetatan asas Cabotage, pemisahan yang tegas antara fungsi operator dan regulator di pelabuhan, serta pembentukan penjagaan laut dan pantai. Disebutkan sebagai pengetatan asas Cabotage karena peraturan yang ada 3. pengangkutan minyak dan gas bumi, dilaksanakan selambatlambatnya 1 Januari 2010; 4.pengangkutan batu bara, dilaksanakan pada saat berakhirnya masa kontrak dan selambat-lambatnya 1 Januari 2010; 5. pengangkutan penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi, dilaksanakan selambat-lambatnya 1 Januari 2011. 103 Lihat konsideran Menimbang point e Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Universitas Sumatera Utara sebelumnya belum secara tegas mengatur ketentuan tentang pemberlakuan asas Cabotage. Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 ketentuan mengenai asas Cabotage diatur dalam bab mengenai angkutan di perairan, pada bagian angkutan laut disebutkan bahwa jenis pengangkutan terdiri dari angkutan laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, angkutan laut khusus dan angkutan laut pelayaran- rakyat. 104 Pemberlakuan asas Cabotage di pertegas dengan ketentuan bahwa kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. Ketentuan ini menutup kemungkinan bagi kapal asing untuk melakukan kegiatan angkutan laut dalam negeri, dengan demikian kapal asing dilarang mengangkut penumpang danatau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah perairan Indonesia. 105 Ketentuan tentang penggunaan kapal berbendera Indonesia oleh perusahaan angkutan laut nasional dimaksudkan dalam rangka pelaksanaan asas Cabotage guna melindungi kedaulatan negara sovereignity dan mendukung perwujudan Wawasan Nusantara serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi perusahaan angkutan laut nasional dalam memperoleh pangsa muatan. 106 104 Lihat Pasal 7 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Dalam pengetatan pemberlakuan asas Cabotage ini, selain sanksi administratif yang diatur dalam Pasal 105 Lihat Pasal 8 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 106 Lihat penjelesan Pasal 8 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Universitas Sumatera Utara 59, 107 Ketentuan yang mengatur tentang angkutan laut luar negeri menyebutkan bahwa kegiatan angkutan laut dari dan ke luar negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional danatau perusahaan angkutan laut asing, kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia danatau kapal asing. Ketentuan ini dimaksud agar perusahaan angkutan laut nasional memperoleh pangsa muatan yang wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. juga terlihat dalam bab tentang ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 284 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, disebutkan bahwa ‘Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang danatau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah perairan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp600.000.000,00 enam ratus juta rupiah”. 108 Dalam memperoleh pangsa muatan yang wajar bagi angkutan laut nasional maksudnya adalah bahwa wajar tidak selalu dalam arti memperoleh bagian yang sama equal share, tetapi memperoleh pangsa sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, misalnya dalam perjanjian bilateral, konvensi 107 Ketentuan Pasal 59 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyebutkan bahwa : 1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 2, Pasal 9 ayat 8, Pasal 28 ayat 4 atau ayat 6, atau Pasal 33 dapat dikenakan sanksi administratif berupa:a. peringatan;b. denda administratif;c. pembekuan izin atau pembekuan sertifikat; atau d. pencabutan izin atau pencabutan sertifikat. 2. Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 11 ayat 4atau Pasal 13 ayat 6 dapat dikenakan sanksi administratif berupa tidak diberikan pelayanan jasa kepelabuhanan. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 108 Lihat Pasal 11 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Universitas Sumatera Utara internasional yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dan peraturan lainnya. Khusus untuk barang milik Pemerintah perlu diupayakan agar pengangkutannya dilaksanakan oleh perusahaan angkutan laut nasional. Dalam hal ini perusahaan angkutan laut nasional dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan angkutan laut asing untuk menetapkan perjanjian perolehan pangsa muatan fair share agreement. 109 Pemberlakuan asas Cabotage sebagaimana yang di tentukan dalam Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran tidak langsung diberlakukan pada saat diundangkan oleh pemerintah. Berdasarkan ketentuan bab peralihan pada Pasal 341 di sebutkan bahwa “Kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukan kegiatannya paling lama 3 tiga tahun sejak Undang-Undang ini berlaku”, dengan demikian, asas Cabotage berlaku secara keseluruhan sejak tanggal 7 Mei 2011. Adanya ketentuan ini diharapkan perusahaan pengangkutan laut nasional dapat berbenah untuk mempersiapkan segala sesuatunya dalam melayani pangsa pasar yang ada di dalam negeri, disamping itu juga bagi perusahaan angkutan laut luar negeri dapat menghabisi masa kontraknya dengan perusahaan-perusahaan yang pangsa pasarnya ada didalam negeri. 109 Lihat penjelasan Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Universitas Sumatera Utara

2. Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan dan perubahannya