Dalam Peraturan Menteri Perhubungan

3. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Untuk mendukung pelaksanaan asas Cabotage yang sudah di atur dalam Undang-Undang dan peraturan pemerintah diatas, dengan pertimbangan pelaksanaan Pasal 206a Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan, maka pada tanggal 18 April 2011 menteri perhubungan mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri. Peraturan ini memuat 15 pasal dan 2 lampiran. Dalam aturan mengenai pengetatan pemberlakuan asas Cabotage dalam hal operasional kapal asing ditentukan bahwa kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri di wilayah perairan Indonesia sepanjang kapal berbendera Indonesia belum tersedia atau belum cukup tersedia. 118 Secara umum peraturan ini mengatur tentang tata cara perizinan bagi kapal asing yang melakukan kegiatan diluar kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan dalam negeri, secara teknis hal ini menjadi bagian untuk menertibkan administrasi bagi kapal asing yang melakukan kegiatan tersebut. Kapal asing tersebut dalam melaksanakan kegiatannya harus mendapatkan izin dari menteri. 118 Lihat Pasal 2 Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri Universitas Sumatera Utara Disamping itu juga bagi kementrian perhubungan dapat memantau pergerakan kapal asing yang beroperasi di perairan Indonesia serta evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui kapal berbendera Indonesia yang belum tersedia atau belum cukup tersedia bagi kegiatan tersebut dengan mengikut serta dengan instansi terkait atau asosiasi penyedia jasa dan pengguna jasa. 119 Hal penting lain yang diatur dalam peraturan menteri ini adalah mengenai pembatasan jangka waktu beroperasinya kapal asing dalam melakukan kegiatan diluar kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan dalam negeri, dalam ketentuan Pasal 12 Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri menyebutkan bahwa “kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri di wilayah perairan Indonesia, dalam jangka waktu sebagaimana dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini” 120 119 Lihat Pasal 13 Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri . Dengan adanya ketentuan ini diharapkan pada waktu yang sudah dibatasi bagi kapal asing tersebut, angkutan laut nasional sudah siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang diatur dalam peraturan menteri ini. 120 Lihat lampiran II Peraturan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang danatau Barang dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri Universitas Sumatera Utara

BAB III IMPLIKASI PENERAPAN ASAS

CABOTAGE TERHADAP PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT NASIONAL

A. Kondisi Pengangkutan Laut Nasional

Angkutan laut yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara nasional dan menjangkau seluruh wilayah melalui perairan perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung antarwilayah, baik nasional maupun internasional termasuk lintas batas, karena digunakan sebagai sarana untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta menjadi perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat penting dan strategisnya pengangkutan laut, maka peranan angkutan laut yang menguasai hajat hidup orang banyak keberadaannya dikuasai oleh negara yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah. Transportasi laut sebagai salah satu pilar utama untuk pengangkutan perdagangan internasional yang menghubungkan antaradaerah di Indonesia maupun negara eksportir dan importir masih merupakan pilihan utama sampai sekarang ini dikarenakan pengangkutan melalui laut relatif lebih murah dengan kapasitas volume pengangkutan yang besar. Pada saat ini kondisi pengangkutan laut nasional Indonesia belum sesuai dengan apa yang di harapkan, walaupun pemerintah selaku regulator telah mengambil langkah-langkah yang konkrit dalam pemberlakuan aturan-aturan untuk memperbaiki kondisi pelayaran nasional. Sektor pelayaran memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor ini merupakan bagian dari infrastruktur dan berperan sebagai industri Universitas Sumatera Utara