2. Dalam Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan dan perubahannya
Sebagaimana di persyaratkan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam bab tentang angkutan di perairan akan dibuat aturan khusus
dalam peraturan pemerintah. Maka pada tanggal 1 Februari 2010 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 diundangkan oleh pemerintah. Ketentuan mengenai
asas Cabotage lebih tekhnis, detail dan dipertegas lagi dalam peraturan pemerintah ini, dimana kegiatan angkutan laut dalam negeri yang dilakukan oleh perusahaan
angkutan laut nasional dilaksanakan untuk mengangkut danatau memindahkan penumpang danatau barang antarpelabuhan laut serta kegiatan lainnya yang
menggunakan kapal di wilayah perairan Indonesia, dalam kegiatan ini dilarang menggunakan kapal asing, bagi yang melanggar akan diberikan sanksi tidak diberikan
pelayanan di pelabuhan atau terminal khusus.
110
Yang dimaksud dengan kegiatan lainnya adalah antara lain kegiatan penundaan kapal, pengerukan, untuk kegiatan
salvage danatau pekerjaan bawah air, dan pengangkutan penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi.
111
Dalam pengaturan bab tentang angkutan luar negeri, peraturan pemerintah ini menggariskan bahwa kegiatan angkutan laut dari dan ke luar negeri dilakukan oleh
perusahaan angkutan laut nasional danatau perusahaan angkutan laut asing dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia danatau kapal asing. Kegiatan ini
110
Lihat Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
111
Lihat penjelasan Pasal 5 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dari pelabuhan atau terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri ke pelabuhan luar negeri ataupun pelabuhan luar negeri ke pelabuhan atau
terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri. Dengan demikian perusahaan angkutan laut asing hanya dapat melakukan kegiatan angkutan laut ke dan
dari pelabuhan atau terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan dilarang melakukan kegiatan angkutan laut antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah
perairan Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatan angkutan laut ke dan dari pelabuhan atau terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri,
perusahaan angkutan laut asing wajib menunjuk perusahaan nasional sebagai agen umum
112
, disamping itu juga angkutan laut asing diwajibkan untuk mempunyai perwakilan angkutan laut asing di Indonesia.
113
Angkutan di perairan memiliki fungsi yang sangat strategis, yaitu menunjang kegiatan perdagangan dan perekonomian ship follows the trade serta merangsang
pertumbuhan perekonomian dan wilayah ship promotes the trade, sehingga angkutan di perairan berfungsi sebagai infrastruktur yang srategis bagi Indonesia
sebagai negara kepulauan. Terselenggaranya fungsi strategis tersebut dapat mendukung perwujudan wawasan nusantara, meningkatkan ekspor dan impor
sehingga dapat meningkatkan penerimaan devisa negara, dan membuka kesempatan kerja, sehingga angkutan di perairan dikuasai oleh negara yang penyelenggaraannya
112
Lihat Pasal 23 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
113
Lihat Pasal 35 dan 36 Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
Universitas Sumatera Utara
meliputi aspek pengaturan, pengendalian, dan pengawasan. Dalam mencapai tujuan itu, maka penyelenggaraan angkutan di perairan dilaksanakan dengan cara
114
1. memberlakukan asas Cabotage secara konsekuen dan konsisten agar perusahaan angkutan perairan nasional dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri;
:
2. mengembangkan angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal danatau wilayah terpencil dengan pelayaran-perintis dan penugasan;
3. menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pemberdayaan dan kemandirian industri angkutan perairan nasional;
4. mengembangkan industri jasa terkait untuk menunjang kelancaran kegiatan angkutan di perairan; dan
5. mengembangkan sistem informasi angkutan di perairan secara terpadu yang mengikutsertakan semua pihak terkait dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Pada saat asas Cabotage akan diberlakukan sepenuhnya pada tanggal 7 Mei
2011, banyak terjadi pro dan kontra dari berbagai pihak tentang peraturan pemerintah ini terutama mengenai ketersediaan kapal nasional diluar kegiatan mengangkut
penumpang danatau barang. Dengan pertimbangan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan belum mengatur mengenai
penggunaan kapal asing untuk kegiatan lain selain kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri serta pertimbangan untuk
114
Lihat penjelasan bab umum Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan lain selain kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri diperlukan kapal tertentu yang berbendera
asing dalam rangka menunjang kelangsungan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, kegiatan pengerukan, kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air
115
Perubahan terhadap aturan ini selain menghapus ketentuan yang ada di Pasal 5 ayat 3 dan 4 serta menghapus penjelasan Pasal 5
, maka sebulan sebelum pemberlakuan asas Cabotage tepatnya pada tanggal 4 April 2011
dilakukan perubahan terhadap Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2011 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
116
1 Kapal asing dapat melakukan kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam
negeri di wilayah perairan Indonesia sepanjang kapal berbendera Indonesia belum tersedia atau belum cukup tersedia.
, juga menambahkan satu pasal dalam bab tentang ketentuan lain-lain, yaitu pasal 206a yang berbunyi :
2 Kapal asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib memiliki izin dari Menteri.
3 Kegiatan lain yang tidak termasuk kegiatan mengangkut penumpang danatau barang dalam kegiatan angkutan laut dalam negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 meliputi kegiatan: a. survey minyak dan gas bumi;
b. pengeboran; c. konstruksi lepas pantai;
115
Lihat konsideran menimbang Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
116
Pasal 5 ayat 3 dan 4 Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan yang dihapus berbunyi : 3 Kegiatan lainnya yang menggunakan kapal sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 dilarang dilakukan oleh kapal asing. 4 Kapal asing yang melakukan kegiatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dikenai sanksi tidak diberikan pelayanan di pelabuhan
atau terminal khusus.
Universitas Sumatera Utara
d. penunjang operasi lepas pantai; e. pengerukan; dan
f. salvage dan pekerjaan bawah air.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Menteri.
Pemerintah memandang perlu untuk mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan karena ketersediaan kapal sebagaimana
diatur dalam Pasal 206a belum dapat dipenuhi dari kapal yang berbendera Indonesia, karena pengadaan kapal tersebut membutuhkan investasi yang cukup banyak,
berteknologi tinggi, dan jumlah kapal serta tenaga ahli yang mampu mengoperasikan kapal tersebut sangat terbatas, sedangkan penggunaan kapal tersebut bersifat global
global market dan mobile serta waktu penggunaan yang singkat dan tidak berkelanjutan.
Penggunaan kapal berbendera asing tersebut sangat diperlukan antara lain untuk menunjang kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai yang
belum dapat dipenuhi oleh kapal yang berbendera Indonesia sehingga apabila tidak diatur penggunaannya akan mengganggu ketahanan energi nasional yang berdampak
bagi perekonomian Indonesia
117
.
117
Lihat penjelasan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
Universitas Sumatera Utara
3. Dalam Peraturan Menteri Perhubungan