2. Dampak Positif
Dalam perjalanannya, sejauh ini pemberlakuan asas Cabotage dalam pengimplementasinya masih terdapat banyak persoalan yang harus dibenahi, namun
banyak sisi positif yang diberikan bagi perkembangan dunia pelayaran. Hal ini dapat dilihat dalam hal angka pengadaan armada angkutan laut nasional yang cenderung
mengalami kenaikan, terutama sejak di dengungkannya pemberlakuan asas Cabotage di tahun 2005 melalui Instruksi Presiden No.5 Tahun 2005. Data statistik Departemen
Perhubungan mengungkapkan jumlah armada angkutan laut nasional sampai triwulan I 2009 mencapai 9.124 unit atau bertambah 3.112 unit dibandingkan dengan kondisi
pada periode sebelum didengungkannya gong pemberlakuan asas Cabotage sebanyak 6.012 unit.Sementara armada angkutan laut yang di charter sewa milik asing jumlah
pemakaiannya semakin menurun, pada tahun 2005 armada tersebut berjumlah 1.955 unit dan ditahun 2009 jumlah armada angkutan laut yang di sewa tersebut menjadi
865 unit.
153
153
Data statistik perhubungan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 01
Jumlah Armada Angkutan Laut Menurut Kepemilikan Tahun 2005 – 2009
NO URAIAN
SATUAN 2005
2006 2007
2008 2009
1 Nasional
Total Unit Unit
6,012 6,428
7,154 8,165
9,164
2 Charter Asing
Total Unit Unit
1,955 1,448
1,154 977
865
3 Keagenan
Asing Total Unit
Unit 6,520
6,594 6,540
6,616 6,510
Sumber: Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut Dit. LALA, Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Tahun 2009
Keberadaan asas Cabotage sendiri dipandang sebagai suatu pengembangan armada angkutan laut nasional, ungkapan ini disampaikan Ramdan Damir selaku
Ketua Bidang Organisasi dan Perlindungan Anggota Dewan Pengurus Cabang INSA
154
154
INSA Indonesian National Shipowners Association adalah asosiasi ataupun wadah organisasi bagi pengusaha angkutan laut nasional pelayaran
Medan. “ Asas Cabotage yang mulai didengungkan dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 merupakan proteksi kepada pengusaha angkutan laut
Indonesia dalam bentuk perlakuan yang khusus. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan angkutan laut lokal dapat melakukan pengembangan armada kapal
domestik. Karena keberadaan Indonesia yang merupakan negara kepulauan sangat perlu didukung dengan armada kapal yang memadai. Disisi lain keberadaan armada
Universitas Sumatera Utara
kapal yang memadai juga sangat dibutuhkan dalam bidang pertahanan dan keamanan negara, karena jumlah pulau Indonesia yang semulanya berjumlah lebih dari 17.000
saat ini sudah berkurang jumlahnya 5000 pulau. Ini keadaan yang sangat disayangkan, dan kondisi ini diharapkan bisa diatasi dengan keberadaan armada yang
kuat dan tangguh” Ramdan juga menambahkan bahwa pengaturan tentang asas Cabotage ini
perlu lebih disosialisasikan ke daerah-daerah untuk mengetahui bagaimana sebenarnya tujuan, fungsi serta alasan mengapa asas Cabotage itu dilaksanakan.
Dengan demikian keberadaan asas Cabotage itu sendiri dapat disinkronkan dengan pengaturan mengenai otonomi daerah, agar daerah-daerah dapat menata
pembangunan lebih baik lagi bagi wilayahnya.
155
Bertambahnya jumlah angkutan laut nasional tentunya akan membawa dampak bagi industri galangan kapal nasional, keadaan itu kiranya dapat
mendongkrak pemesanan industri kapal dalam negeri. Peningkatan order pembuatan kapal dari perusahaan dalam negeri akan memperbesar utilisasi industri galangan
kapal yang ada sekarang, selain pesanan kapal baru industri galangan kapal nasional juga akan disibukkan dengan adanya perbaikan kapal. Walaupun saat ini masih
banyak kapal yang dibeli dari luar negeri, tapi perbaikannya dapat dilakukan di dalam negeri. Kondisi ini memungkinkan terjadi jika industri galangan kapal nasional dapat
berbenah, sehingga pengusaha pemilik armada kapal akan menggunakan jasanya
155
Wawancara langsung penulis dengan Ramdan Damir, Ketua Bidang Organisasi dan Perlindungan Anggota DPC INSA Medan, pada tanggal 21 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
dalam memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri. Karena tidak menutup kemungkinan bagi pengusaha pemilik kapal untuk memesan kapal dari luar negeri jika industri
galangan kapal tidak mampu bersaing, baik dalam hal pelayanan maupun biaya pembuatan armada kapal itu sendiri.
Hal positif lain dari pemberlakuan asas Cabotage adalah dengan terjadinya pergeseran penguasaan pangsa muatan dalam negeri dari sebelumnya didominasi
asing menjadi dikuasai kapal berbendera nasional meskipun untuk komoditas tertentu, masih dikuasai asing. Berdasarkan data Kementrian Perhubungan, pada 2005
angkutan laut nasional hanya dapat mengangkut 114,5 juta ton pangsa muatan dari total pangsa 206,3 juta ton atau menguasai 55,5 pangsa muatan domestik. Pada
2009, penguasaan pelayaran nasional menjadi 258,4 juta ton atau menguasai 83,7 dari total 286,4 juta ton pangsa muatan dalam negeri. Kondisi ini bertolak belakang
dengan perkembangan pangsa muatan pelayaran nasional untuk angkutan laut luar negeri yang tidak dikenai kewajiban menerapkan asas Cabotage. Saat ini, pangsa
muatan pelayaran nasional untuk angkutan luar negeri baru 7,1 atau naik 2,1 jika dibandingkan dengan posisi 2005 yang tercatat 5,0.
156
156
Data statistik perhubungan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia Tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 02
Produksi Angkutan Laut Di Indonesia Tahun 2005 – 2009
NO
URAIAN
SATUAN
2005 2006
2007 2008
2009
1
Perusahaan Nasional
Angkutan Dalam Negeri Angkutan Luar Negeri
eksportimpor Ton
Ton 114,459,924
24,599,718 135,335,338
29,363,757 148,740,629
31,381,870 192,763,874
38,196,693 258,359,686
49,293,953
Jumlah
Ton 139,059,642 164,699,095
180,122,499 230,960,567
307,653,639
2
Angkutan Dalam Negeri
Perusahaan Asing
Angkutan Luar Negeri eksporimpor
Ton
Ton 91,879,206
468,370,236 85,444,321
485,789,846 79,214,358
500,514,225 50,126,180
498,273,709 28,007,688
501,661,150
Jumlah
Ton 560,249,442
571,234,167 579,728,583
548,399,889 529,668,838
Sumber: Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut Dit. LALA, Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, Tahun 2009
Bagi pemerintah, dampak positif dari pemberlakuan asas Cabotage adalah pemasukan dari pajak akan terus meningkat, seiring peningkatan pangsa muatan yang
diangkut oleh angkutan laut nasional. Selain itu juga akan membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat, karena ketentuan asas Cabotage menetapkan bahwa
angkutan laut yang beroperasi disamping harus berbendera Indonesia juga diawaki oleh Warga Negara Indonesia. Dengan ketentuan yang berlaku ini akan sangat
dirasakan betapa nikmatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Secara umum akan
Universitas Sumatera Utara
dapat dirasakan ekspektasi terhadap pemulihan ekonomi Indonesia yang merupakan dampak dari permintaan terhadap jasa pengangkutan dalam negeri yang semakin
ramai. Dalam perdagangan internasional, angkutan laut merupakan ujung tombak
dari sistem perdagangan yang ada saat ini. Jika dengan pemberlakuan asas Cabotage ini akan dapat menciptakan suatu kondisi yang sangat baik dalam sistem pelayaran
Indonesia, tentunya ini akan menjadi rem darurat bagi Indonesia apabila regulasi tentang pengangkutan laut ini suatu saat akan bergeser kembali kepada sistem yang
liberal, baik itu terjadi pada angkutan laut dalam negeri maupun luar negeri. Tetapi setidak-tidaknya angkutan laut Indonesia sudah siap dengan sistem yang kokoh dalam
pelayarannya serta mempunyai angkutan laut yang tangguh dalam melayani pangsa muatan yang ada maupun kegiatan-kegiatan lain dalam angkutan laut. Karena tidak
ada jaminan bahwa pemberlakuan regulasi tentang penerapan asas Cabotage ini akan terus diterapkan selamanya, karena Indonesia adalah suatu negara yang merupakan
subjek hukum internasional, komitmen-komitmen dalam perdagangan jasa yang sudah disepakati serta diratifikasi Indonesia tentunya akan membawa Indonesia ikut
dalam sistem liberalisasi perdagangan bebas.
Universitas Sumatera Utara
3. Potensi Dampak Negatif