bentuk kerjasama yang harus dijalin dan diperkuat antar anak bangsa untuk menjaga harmonsasi iklim perekonomian bangsa, jika hal ini dapat berjalan dengan baik tentu
akan lebih memperkuat sistem perekonomian nasional Indonesia disamping dapat menyerap tenaga kerja bagi anak bangsa itu sendiri.
Pengangkutan laut nasional sebagai penunjang pembangunan ekonomi ditujukan bagi peningkatkan pendapatan nasional jika pendistribusian dilakukan
secara merata, dengan demikian akan dapat meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi yang dapat dihasilkan oleh produsen, industri dan pemerintah. Untuk mencapai
tujuan tersebut tentunya menjadi tugas bagi pemerintah untuk dapat mengembangkan industri perkapalan di Indonesia yang merupakan unsur penting dalam penerapan
asas Cabotage yang dirancang untuk memandirikan pengangkutan laut nasional Indonesia. Disamping tujuan ekonomi pengangkutan laut nasional juga menjadi
sarana untuk mencapai tujuan non-ekonomis, yaitu untuk mempertinggi integritas
bangsa serta menjaga keutuhan dan kedaulatan negara.
3. Permasalahan pengangkutan laut nasional
Perkembangan transportasi laut Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, hal ini terjadi karena tidak maksimalnya pangsa muatan serta jumlah armada yang tidak
memadai. Di tengah-tengah berkembangnya perdagangan bebas dan meningkatnya kebutuhan angkutan laut nasional dan internasional, pengangkutan laut nasional tidak
dapat memainkan perannya dengan maksimal. Dengan kondisi seperti ini banyak kapal-kapal armada asing yang terlibat dan mengambil pangsa pasar pengangkutan
Universitas Sumatera Utara
komoditi baik ekspor-impor maupun domestik. Armada pengangkutan laut nasional Indonesia kurang mampu meningkatkan daya saing dan meningkatkan
pertumbuhannya, faktor utama yang menjadi kendalanya adalah pemilik kapal tidak mampu memperkuat armada dengan pembiayaan sendiri, tingkat bunga yang tinggi
dalam sistem perbankan nasional serta tidak adanya subsidi ataupun kemudahan dari pemerintah. Disamping itu juga keterbatasan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan
nasional Indonesia, terlebih pada pangsa muatan luar negeri ekspor dan impor, serta ketersediaan jaringan informasi yang belum memadai.
Situasi seperti ini sudah pasti akan menyebabkan industri transportasi laut Indonesia menghadapi kondisi yang sulit, yaitu timbulnya masalah ketergantungan
pada kapal sewa asing, karena perusahaan pengangkutan laut nasional yang ingin memiliki armada dan juga meremajakan armadanya, tidak gampang untuk
memperoleh dukungan dana serta tdak didukung fasilitas yang tersedia. Yang terjadi pangsa muatan akan didominasi oleh pengangkutan laut asing dan akan menyebabkan
perusahaan pelayaran nasional hanya mempunyai status sebagai agen saja. Hal ini akan menyeret perusahaan pelayaran ke arah keterpurukan yang semakin dalam, dan
pemberlakuan asas Cabotage yang dicita-citakan akan menjadi impian saja. Perusahaan pelayaran nasional harus keluar dari kondisi yang sulit tersebut
hingga mampu mempertajam persaingan dengan armada angkutan laut asing. Kebutuhan yang paling mendasar adalah dengan membuat iklim investasi yang
kondusif. Kondusifitas tersebut diperlukan agar dapat memberdayakan pengangkutan laut nasional hingga dapat memiliki beberapa karakteristik kemampuan dalam hal
Universitas Sumatera Utara
mengakses sumber dana keuangan untuk pengadaan armada kapal yang dibutuhkan dalam jangka menengah dan panjang, disamping juga dapat melakukan reinvestasi
pada armada yang lebih berdaya saing. Pengangkutan laut nasional akan dapat memiliki karakterisitik tersebut di atas jika pemerintah mendorong penciptaan iklim
investasi yang kondusif untuk industri pelayaran dengan melakukan penerapan skema pendanaan strategis untuk beberapa area pembangunan armada pelayaran,
menyediakan sarana dan prasarana penunjang pelayaran, seperti pelabuhan dan galangan kapal
137
Pemerintah Indonesia melalui Menko Perekonomian Hatta Radjasa akan menggenjot konektivitas antarpulau melalui transportasi. Salah satu caranya dengan
memberikan stimulus dan insentif buat pelaku usaha di sektor ini. Hatta menyatakan “Khusus dana dari APBN, mulai 2012 memang sudah ada alokasinya lewat
kementerianlembaga, tapi pemerintah kemungkinan besar akan menyediakannya lebih besar di tahun 2013. Di tahun 2012 ini pemerintah akan mengalokasikan dana
Saldo Anggaran Lebih 2011 sebesar Rp 3 trilun untuk pembangunan infratruktur pelabuhan. Tambahan dana tersebut akan digunakan untuk memodernisasi pelabuhan,
memperpanjang dermaga, mempercepat pembangunan dermaga dan pelabuhan baru, serta membuat kapal perintis untuk penghubung antarpulau”
.
138
137
http:balianzahab.wordpress.commakalah-hukumhukum-pengangkutantransportasi- maritim , diakses tanggal 17 Mei 2012
.
138
Wawancara dengan Menko Perekonomian Kabinet Indonesia Bersatu II Hatta Radjasa oleh Ellen Piri dan Faisal Rachman di tulis dalam “Niaga Laut di Kuasai Asing” pada tanggal 3
Februari 2012 dan dimuat dalam http:jakarta45.wordpress.com , diakses tanggal 17 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
Dari apa yang disampaikan oleh pemerintah melalui Menko Perekonomian tersebut, dapat dilihat bahwa pemerintah tidak melihat persoalan kelautan sebagai
sesuatu yang harus dibenahi dengan serius. Hal ini dapat disimpulkan dari pernyataannya bahwa alokasi dana di tahun ini red-2012 adalah dana saldo yang
memang bukan diperuntukkan untuk alokasi kelautan. Seharusnya pemerintah sudah memikirkannya sejak awal pembuatan anggaran, sehingga persoalan yang
menyangkut pemberdayaan angkutan laut nasional yang merupakan bagian dari bidang kelautan memang sudah menjadi tugas yang harus diselesaikan pemerintah,
karena persoalan kelautan bagian dari tumpuan perekonomian nasional bangsa Indonesia. Jika aturan mengenai pelayaran sudah dibenahi oleh pemerintah dengan
tujuan ekonomi dan kedaulatan negara, maka pada saat penerapannya pemerintah juga harus mendukung stake holder yang ada untuk dapat mewujudkan tujuan
tersebut. Dukungan dari pemerintah sangat diharapkan angkutan laut nasional yang
merupakan sarana penunjang utama bidang kelautan, kondisi ini diungkapkan Wiluyo Hartono, Pimpinan PT. Dutaryo Putra Samudra
139
139
PT. Dutaryo Putra Samudra adalah perusahaan angkutan laut nasional.
Cabang Medan. “Pemerintah seharusnya memberikan talangan dana bagi perusahaan pelayaran nasional,
bagaimana bentuk kebijakan yang diberikan itu terserah pemerintah. Karena perusahaan pelayaran butuh dana segar untuk pengadaan armada kapal sebagai sarana
penunjang angkutan laut itu sendiri. Jika pemerintah tidak membuat kebijakan yang meringankan bagi pengadaan armada kapal, maka progres untuk menciptakan armada
Universitas Sumatera Utara
kapal yang mumpuni akan sangat lambat. Sehingga ketergantungan kita akan sangat besar terhadap kapal asing”.
Wiluyo menambahkan bahwa pemerintah Indonesia dapat mencontoh pemerintah Vietnam dalam membangun armada angkutan lautnya. Vietnam
memberikan subsidi yang cukup besar bagi perusahaan angkutan lautnya dalam pengadaan armada kapal. Keadaan ini bisa kita lihat dari kapal-kapal yang sandar di
Pelabuhan Belawan, 50 kapal asing yang berlabuh di Pelabuhan Belawan adalah armada kapal dari negara Vietnam. Kondisi angkutan laut Vietnam mengalami
kemajuan yang sangat pesat karena pemerintahannya memberikan perhatian yang sangat serius dalam bentuk subsidi bagi angkutan lautnya.
140
Pembangunan kelautan selama tiga dasa warsa terakhir selalu diposisikan sebagai pinggiran
peryphery dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan posisi semacam ini sektor kelautan dan perikanan bukan menjadi arus utama mainstream
dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi menjadi ironis mengingat hampir 75 wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi
ekonomi yang sangat besar serta berada pada posisi geo-politis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam
percaturan dunia baik secara ekonomi dan potitik. Sehingga secara ekonomis-politis sangat logis jika kelautan dijadikan tumpuan dalam perekonomian nasional
141
140
Wawancara langsung penulis dengan Wiluyo Hartono, Pimpinan PT. Dutaryo Putra Samudra Cabang Medan, pada tanggal 19 Juni 2012
.
141
http:www.muislife.compola-pembinaan-yang-dilaksanakan-pemerintah-di-bidang- perkapalan-dan-pelayaran.html , diakses tanggal 17 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
B. Liberalisasi Jasa Angkutan Laut di Indonesia