Wewenang Negara Pantai di Atas Laut Teritorial

e. Laut Lepas

Laut lepas sepenuhnya terbuka bagi semua negara, baik yang berpantai maupun tidak. Kebebasan diberikan bagi pelayaran, penerbangan diatasnya, pemasangan kabel-kabel dan pipa-pipa bawah laut, pembangunan pulau-pulau buatan dan instalasi lainnya, penangkapan ikan serta riset ilmiah. Namun demikian semua kebebasan tersebut harus dilaksanakan dengan memperhatikan kepentingan negara lainnya dalam melaksanakan kebebasan-kebebasan yang sama. 75 Selanjutnya laut lepas akan diperuntukkan bagi tujuan-tujuan damai dan tidak ada bagian dari laut lepas dapat tunduk pada klaim kedaulatan negara manapun. Dengan demikian setiap negara memiliki hak untuk melayarkan kapal dibawah benderanya dilaut lepas. 76

2. Wewenang Negara Pantai di Atas Laut Teritorial

Konsep mengenai batas suatu negara pada umumnya difokuskan pada batas- batas darat. Kini terjadi pergeseran keadaan, perkembangan mengenai wilayah laut teritorial yang fluktuatif diseluruh belahan negara di dunia telah menempatkan pentingnya posisi laut daripada darat. Hal ini seiring dengan hasil dari klaim-klaim yang berkembang atas perluasan perairan teritorial, landasan kontinen dan zona ekonomi eksklusif. 75 Lihat Pasal 87 Persetujuan UNCLOS 1982 76 Lihat Pasal 88,89 dan 90 Persetujuan UNCLOS 1982 Universitas Sumatera Utara Batas-batas laut menjadi sangat essensial bagi suatu negara. Batas-batas ini membagi beberapa zona wilayah laut dimana suatu negara mempunyai suatu kedaulatan untuk melakukan pengaturan. Karena yang dimaksud dengan kedaulatan atas wilayah laut adalah kewenangan yang dimiliki oleh negara di laut guna melaksanakan kewenangannya sebatas di dalam wilayah yang menjadi kekuasaanya. Hal inilah yang menjadi salah satu perbedaan dengan batas-batas darat. Batas-batas darat hanya mempengaruhi dua negara, sebagaimana batas tersebut hanya dapat memisahkan dua entitas politik yang berbatasan. Sedangkan batas laut dapat mempengaruhi beberapa negara karena batas-batas ini tidak hanya batas mengenai laut suatu negara tetapi juga merupakan suatu garis batas yang memisahkan antara laut bebas dengan wilayah laut dimana tiap negara punya kepentingan. Jadi, batas laut ini adalah suatu batas antara negara pantai dengan kepentingan-kepentingan lainnya di dunia. 77 Sebagai suatu kesatuan wilayah, laut memang memiliki dua aspek utama yaitu keamanan security dan kesejahteraan prosperity. Penetapan batas-batas laut yang jelas merupakan hal sangat penting. Dalam rangka penegakan kedaulatan hukum di atas laut, penentuan batas terluar dari masing-masing rejim perairan merupakan unsur yang penting untuk menentukan adanya pelanggaran hukum dan peraturan perundang-undangan mana yang seharusnya diterapkan. Sebagaimana diketahui pada masing-masing rejim perairan laut berlaku hukum yang berbeda. 77 , Popi Tuhulele , dalam “ Pengaruh Keputusan Mahkamah Internasional Dalam Sengketa Pulau Sipadan Dan Ligitan Terhadap Penetapan Garis Pangkal Kepulauan Indonesia” ,Jurnal Sasi Vol. 17 No. 2 Bulan April - Juni 2011, hlm. 3 Universitas Sumatera Utara Kepastian hukum atas batas laut suatu negara akan menjamin kejelasan dan kepastian yurisdiksi jurisdictional clarity and certainty, memberikan manfaat multidimensi seperti fasilitasi pengelolaan lingkungan laut. Contohnya adalah bidang perikanan, pelayaran, eksplorasi, eksploitasi dasar laut dan tanah dibawahnya, pariwisata bahari, secara efektif dan berkesinambungan serta peningkatan keamanan maritim maritim cecurity serta mengurangi klaim maritim yang berpotensi menimbukan konflik antara negara tetangga. Selama belum ada pengaturan dan penyelesaian yang jelas mengenai garis batas laut laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif, dan batas Landas Kontinen maka pelaksanaan penegakan kedaulatan hukum dan hukum di laut masih akan menemui hambatan khususnya di daerah- daerah yang mengandung banyak sumber daya alam baik hayati maupun non-hayati. Pada wilayah laut teritorialnya, negara pantai mempunyai kedaulatan penuh. Selain membuat peraturan-peraturan, kedaulatan negara mempunyai akibat lain dalam hukum, yakni wewenang untuk melakukan penuntutan atas pelanggaran-pelanggaran ketentuan perundang-undangan umum negara pantai baik dibidang pidana maupun perdata. Wewenang untuk memaksakan pentaatan terhadap hukum demikian dinamakan yurisdiksi yang bisa berupa yurisdiksi kriminal dan perdata. 78 Sehubungan dengan kedaulatan, negara pantai mempunyai wewenang atas laut teritorialnya, wewenang tersebut antara lain: 79 a. Wewenang terhadap kapal-kapal asing; 78 Ibid, hlm. 7 79 Boer Mauna, Op.cit., hlm. 376-377 Universitas Sumatera Utara b. Wewenang untuk melakukan kegiatan-kegiatan pengawasan; c. Pengawasan di bidang duane, bea dan cukai; d. Hak untuk menangkap ikan, hak-hak untuk mendirikan zona pertahanan; e. Hak pengejaran seketika hot pursuit. Terhadap laut wilayah ini, negara dapat melaksanakan yurisdiksinya, yang meliputi airnya, tanah di bawahnya, segala kekayaan alamnya maupun terhadap udara di atasnya. 80 Yurisdiksi penuh ini, sebagaimana disebutkan di atas tidak dapat diberlakukan terhadap kapal perang dan kapal-kapal pemerintahan asing yang menikmati kekebalan terhadap kedaulatan negara lain. Lintas damai innocent passage di laut teritorial terbuka bagi kapal semua negara sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum tentang perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai. Negara-negara asing yang menggunakan hak ini harus mematuhi ketentuan antara lain Negara pantai coastal state mempunyai jurisdiksi penuh full jurisdiction atas setiap kapal asing yang melakukan lintasan di laut teritorialnya. Tetapi meskipun demikian hak lintas damai innocent passage bagi kapal-kapal asing tetap dijamin di laut teritorial ini. Pasal 17 Persetujuan UNCLOS 1982 menyatakan “Subject to this convention, ships of all States, whether coastal or land- locked, enjoy the right of innocent passage through the territorial sea”. 81 80 Lihat Pasal 2 ayat 2 Persetujuan UNCLOS 1982 : 81 Lihat Pasal 18 dan 19 Persetujuan UNCLOS 1982 Universitas Sumatera Utara 1. Melintasi laut tanpa memasuki perairan pedalaman atau singgah di pelabuhan-pelabuhannya; 2. Lintasan tersebut harus tidak terputus dan cepat, kecuali dalam keadaan terpaksa atau kesulitan; dan 3. Lintasan tersebut harus damai, artinya tidak membahayakan ketertiban, perdamaian negara pantai.

B. Asas Cabotage Sebagai Implementasi Hak Berdaulat Negara Pantai

Asas Cabotage memberikan kekuatan bahwa penyelenggaraan pelayaran dalam negeri sepenuhnya hak negara pantai. Artinya, negara pantai berhak melarang kapal-kapal asing berlayar dan berdagang di sepanjang perairan negara tersebut. Penerapan Asas Cabotage didukung ketentuan Hukum Laut Intenasional, berkaitan dengan kedaulatan dan yurisdiksi negara pantai atas wilayah lautnya. Karena itu, kapal asing tidak boleh berada atau memasuki wilayah perairan tanpa izin dan alasan yang jelas. Kecuali untuk jalur kapal bantuan dan memiliki izin atau alasan yang sah tanpa mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban negara. Asas Cabotage berakar pada konsepsi bahwa kegiatan angkutan laut dalam negeri adalah bagian dan kekuatan strategis dalam mempertahankan kedaulatan negara, dengan demikian pelaksanaan asas Cabotage bukan semata-mata menyangkut masalah ekonomi atau proteksi ekonomi tetapi adalah menyangkut masalah kedaulatan negara. Dengan ketentuan yang sudah digariskan dalam Konvensi Hukum Universitas Sumatera Utara