STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

(1)

commit to user

i

STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN

2009/2010

Skripsi

Oleh:

IKA NUGRAHA FITRIANA NIM K3306007

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh :

Ika Nugraha Fitriana K 3306007

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyusun Skripsi Program Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan IlmuPengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Ashadi

NIP. 19510102 197501 1 001

Dosen Pembimbing II

Dra. Bakti Mulyani, M. Si NIP. 131 472 285


(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Tri Redjeki, M.Si ...

NIP. 19510601 197603 2 004

Sekretaris : Drs. H. Sugiharto, Apt., M.Si ... NIP. 19490317 197603 1 002

Anggota I : Prof. Dr. Ashadi ...

NIP. 19510102 197501 1 001

Anggota II : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ... NIP. 131 472 285

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Ika Nugraha Fitriana. K3306007. STUDI KOMPARASI LABORATORIUM RIIL

DENGAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 CILACAP

TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (2) Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. (3) Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian desain faktorial 2×2. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IA RSBI 1 dan XI IA RSBI 6 semester genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran

2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Teknik

pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif dan kreativitas. Analisis data menggunakan Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama dengan persyaratan uji normalitas dengan uji Liliefors, uji homogenitas dengan uji Bartlet dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL

menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid. Hal ini

ditunjukkan pada kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dengan rata-rata selisih nilai kognitif 50,733 dan afektif 111,808, sedangkan kelas pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082 dan afektif 103,794. (2) Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung>Ftabel yaitu 4,43 > 3,978 untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif dengan harga Fhitung > Ftabel yaitu 12,962> 3,978. (3) Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid. Hal ini ditunjukkan dengan harga Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) untuk aspek kognitif dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978).

Kata kunci: CTL (Contextual Teaching and Learning), laboratorium riil,


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Ika Nugraha Fitriana. K3306007. A COMPARATIVE STUDY OF REAL

LABORATORY WITH VIRTUAL LABORATORY IN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) TOWARD LEARNING ACHIEVEMENT VIEWED FROM STUDENT’S CREATIVITY ON SUBJECT MATTER COLLOIDAL SYSTEM AT SECOND GRADE AT EVEN SEMESTER IN SMA NEGERI 1 CILACAP ACADEMIC YEAR 2009/2010. Minor Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, July 2010.

The aims of this research to knows: (1) The influence of implementation CTL by using real laboratory and virtual laboratory toward learning achievement on subject matter colloidal system. (2) The influence of creativity level toward student’s achievement on subject matter colloidal system. (3) The interaction between CTL by using real laboratory and virtual laboratory with student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system.

This research used an experiment method by using factorial design 2 x 2. The sample in this research were the student’s of XI Science RSBI 1 and XI Science RSBI 6 in State Senior High School 1 Cilacap in 2009/2010 period. Sampling technique is used Random Sampling. Data collection technique gained from objective test method to measure cognitive learning achievement and questionnaire method to measure affective achievement and creativity. The analysis of data technique used in this research was A Two-Way Variance Analysis with different cells which had the requirement Liliefors test to analyze normality, Bartllet test to analyze homogeneity and continued with double comparative test that use Scheffe method.

Based on this research of the analysis can be conclude: (1) The student’s achievement of CTL by using real laboratory is higher than student’s achievement of CTL by using virtual laboratory on subject matter of colloidal system. It can be shown that CTL by using real laboratory class has average cognitive point difference 50,733 and affective 111,808, while CTL by using virtual laboratory class has

average cognitive point difference 44,082 and affective 103,794. (2) The

achievement of the students which have high creativity is higher than the students which have low creativity on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs > Ftable is 4,43 > 3,978for cognitive achievement and 12,962> 3,978 for affective. (3) There is no interaction between CTL by using real laboratory and CTL by using virtual laboratory with the student’s creativity toward student’s achievement on subject matter colloidal system. It can be shown by the value Fobs(0,3) < Ftable(3,978) for cognitive achievement and Fobs(0,00976) < Ftable (3,978) for affective.

Keywords: CTL (Contextual Teaching and Learning), real laboratory, virtual laboratory, colloidal system


(7)

commit to user

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan sungguh-sungguh urusan yang lain”

(QS. Al-Insyirah: 6-7)

“…..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(QS. Ar Ra’d : 11)

“Confusion is the biggest enemy of good thinking. Simplicity is the key. When thinking is clear and simple, it becomes more enjoyable and more effective”

(Edward de Bono)

“Plan your work and work your plan” (Penulis)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

M akalah Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Alm Bapak, semoga aku bisa membanggakanmu

I bu t ercint a at as segala doa yang t ak pernah t erput us, cint a, kasih sayang dan pengorbanannya demi sebuah cit a-cit a

Adikku yang senant iasa memberi semangat dan doa

M y dear, yang selalu memberikan dukungan, bant uan, dan semangat unt uk selalu opt imis

Teman-t eman Wisma en_en yang selalu menemani dalam keadaan senang dan sedih

Teman-Teman K imia’06 dan Almamat er

Sahabat -sahabat ku yang selalu memberi mot ivasi

K arya ini adalah wujud rasa cint a, hormat dan bakt i. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karuniaN ya at as semua ini.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Hanya karena rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi.

3. Dra. Tri Redjeki, M.S, Selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Haryono, M.Pd, Selaku Koordinator Skripsi Program Kimia Jurusan

P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. Ashadi, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dalam

penyusunan Skripsi ini.

6. Dra. Bakti Mulyani, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Drs. Tri Winarso, M.Ed., Selaku Kepala SMA Negeri I Cilacap yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ani Parwati, S.Pd, Selaku guru mata pelajaran Kimia SMA Negeri I Cilacap

yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.


(10)

commit to user

x

10.My dear, Evan yang telah membantu baik material maupun spiritual dari awal hingga akhir Skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku (Hezty, Yayiek, Dee, Nichen) yang selalu memberi semangat untuk maju.

12.Teman-teman Kimia angkatan ’06 terimakasih untuk segala dukungan,

persahabatan dan bantuannya.

13.Teman-teman Wisma en_en (Ria, Nichen, Chandra, Santi, Fitri)

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Surakarta, Agustus 2010


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN... ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Pembatasan Masalah………... 5

D. Perumusan Masalah……… 5

E. Tujuan Penelitian……… 6

F. Manfaat Penelitian……… 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka……….. 8

1. Studi Komparasi ... 8

2. Belajar dan Pembelajaran………... 8

3. Contextual Teaching and Learning (CTL)……... 11

a. Definisi CTL... 11


(12)

commit to user

xii

4. Laboratorium ... 17

a. Laboratorium Riil ... 17

b. Laboratorium Virtual ... 18

5. Prestasi Belajar ... 20

a. Ranah Kognitif ... 21

b. Ranah Afektif ... 22

c. Ranah Psikomotorik ... 22

6. Kreativitas ... 23

a. Definisi Kreativitas... 23

b. Ciri-ciri Kreativitas... 24

c. Pengukuran Kreativitas... 26

7. Materi Sistem Koloid ... 26

a. Sistem Koloid ... 27

b. Sifat-sifat Koloid ... 29

1) Efek Tyndall ... 29

2) Gerak Brown ... 30

3) Muatan Koloid ... 31

4) Koagulasi ... 32

5) Koloid Pelindung ... 34

6) Dialisis ... 34

7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob ... 35

c. Pengolahan Air Bersih ... 37

d. Pembuatan Sistem Koloid ... 39

B. Hasil Penelitian Yang Relevan……… 40

C. Kerangka Berfikir……… 43

D. Hipotesis………...……… 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian ... 48


(13)

commit to user

xiii

D. Populasi dan Sampel... 50

1. Populasi ... 50

2. Sampel ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Metode Tes ... 51

2. Metode Angket ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 51

1. Instrumen Penilaian Kognitif ... 51

a. Uji Validitas ... 51

b. Uji Reliabilitas ... 53

c. Uji Taraf Kesukaran Soal ... 54

d. Daya Pembeda Soal... 55

2. Instrumen Penilaian Afektif ... 56

a. Uji Validitas ... 57

b. Uji Reliabilitas ... 57

3. Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa ... 59

a. Uji Validitas ... 59

b. Uji Reliabilitas ... 60

G. Teknik Analisis Data ... 61

1. Uji Prasyarat ... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Homogenitas ... 62

2. Pengujian Hipotesis ... 62

3. Analisis Variansi Dua Jalan ... 62

4. Uji Komparasi Ganda ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 68

1. Data Nilai Kreativitas Siswa ... 68

2. Prestasi Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid ... 70


(14)

commit to user

xiv

4. Nilai Afektif pada Materi Sistem Koloid ... 71

B. Hasil Penelitian ... 73

1. Uji Normalitas ... 73

2. Uji Homogenitas ... 74

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 75

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 75

2. Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan ... 78

a. Aspek Kognitif ... 78

b. Aspek Afektif ... 79

E. Pembahasan ... 80

1. Pengujian Hipotesis Pertama... ... 80

a. Aspek Kognitif ... 81

b. Aspek Afektif ... 83

2. Pengujian Hipotesis Kedua... ... 84

3. Pengujian Hipotesis Ketiga... ... 85

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Implikasi ... 88

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi...………….... 27

Tabel 2. Jenis-Jenis Koloid ……….………... 28

Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20.

Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob...……. Desain Penelitian: Faktorial 2x2... Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif... Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif... Rangkuman Hasil Uji Indeks Kesukaran Soal... Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal... Skor Penilaian Afektif... Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Afektif... Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif... Skor Penilaian Kreativitas... Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas... Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas... Notasi dan Tata Letak Data... Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama... Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid... Rangkuman Deskripsi Data Penelitian... Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid... Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid…... 37 48 53 54 55 56 56 57 58 59 60 61 64 66 69 70 71 72


(16)

commit to user

xvi Tabel 21.

Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25.

Tabel 26. Tabel 27.

Tabel 28. Tabel 29.

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif………...…. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif…………. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Kognitif dan Afektif…….. Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Kognitif... Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Kognitif………..….. Rataan dan Jumlah Rataan Prestasi Afektif……….. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Aspek Afektif………...….... Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif Rangkuman Hasil Uji lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif..

73 74 75 76

76 76

77 78 79


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ciri-ciri Kreativitas Ditinjua Secara Kognitif dan Afektif... 24

Gambar 2. Suspensi... 28

Gambar 3. Koloid... 28

Gambar 4. Parfum... …. 29

Gambar 5. Beberapa Produk Kosmetik……….. ……… 29

Gambar 6. Larutan Sejati... ... 29

Gambar 7. Sistem Koloid... ………… 29

Gambar 8. Gerak Brown………. 30

Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat ... 30

Gambar 10. Adsorbsi Ion-Ion dalam Air...……….. 31

Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana... 32

Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit... 33

Gambar 13. Dialisis...……… 34

Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah... 35 Gambar 15.

Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil...……… Susunan Alat Penyaring Air Sederhana... Bagan Pengolahan Air Bersih... Bagan Kerangka Berpikir... Histogram Perbandingan Nilai Kreativitas Siswa antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II pada Materi Sistem Koloid... Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid... Histogram Perbandingan Nilai Afektif antara Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Pada Materi Sistem Koloid……….

36 38 38 46

69

71


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran...… 92 Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22.

Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)……. Kisi-kisi Penyusunan Penilain Aspek Kognitif...…….… Instrumen Penilaian Kognitif..……….… Kunci Jawaban Instrumen Kognitif.……….… Lembar Jawaban……….….. Kisi-kisi dan Indikator Angket Afektif……….… Angket Aspek Afektif……….….…. Kisi-kisi dan Indikator Instrumen Kreativitas…….……. Angket Kreativitas Siswa……….………… Colloid Experiment’s Guide (Petunjuk Praktikum Koloid)……….. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Soal Penilaian Kognitif... Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Aspek Afektif... Uji Validitas dan Reliabilitasn Instrumen Kreativitasa... Data Induk Penelitian... Distribusi Frekuensi Data Kreativitas... Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif... Distribusi Frekuensi Data Prestasi Afektif... Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Kreativitas Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen II... 94 102 103 112 113 114 116 119 120 124 132 136 140 144 145 148 151 154 155 156 157


(19)

commit to user

xix Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33. Lampiran 34. Lampiran 35. Lampiran 36. Lampiran 37. Lampiran 38. Lampiran 39. Lampiran 40.

Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas Tinggi... Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kreativitas Rendah... Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen I... Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Afektif Ditinjau dari Kreativitas Rendah Kelas Eksperimen II... Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas Tinggi... Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kreativitas Rendah... Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa... Uji Homogenitas Prestasi Kognitif Siswa Ditinjau dari Kreativitas... Uji Homogenitas Antar Sel (Kognitif)... Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa...

158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175


(20)

commit to user

xx Lampiran 41.

Lampiran 42. Lampiran 43. Lampiran 44. Lampiran 45. Lampiran 46. Lampiran 47. Lampiran 48.

Uji Homogenitas Prestasi Afektif Siswa Ditinjau dari Kreativitas... Uji Homogenitas Antar Sel (Afektif)... Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif)... Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Kognitif) Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama (Kognitif)... Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan (Afektif).. Media Laboratorium Virtual... Dokumentasi Penelitian...

176 177 178 182 184 188 190 197


(21)

commit to user

xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang harus segera diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Upaya peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan pembelajaran di kelas merupakan bagian dari proses pendidikan yang bertujuan untuk membawa suatu keadaan kepada keadaan baru yang lebih baik. Keberhasilan proses pendidikan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi pemanfaatan prinsip-prinsip pembelajaran seperti pendekatan, model, strategi, dan metode pembelajaran. Hal ini harus dimanfaatkan secara optimal supaya mampu mengembangkan semua unsur internal yang dimiliki peserta didik secara lebih intensif.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan hendaknya mengacu pada empat pilar pendidikan yang dicanangkan oleh UNESCO yang terdapat dalam buku

Learning: The Treasure Within yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), belajar untuk menjadi seseorang/pribadi (learning to be), dan belajar untuk menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Jadi, pembelajaran yang dilaksanakan tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa (Syafaruddin, 2002: 3).

Sejauh ini pembelajaran yang diterapkan di Indonesia hanya bersifat satu arah berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa yang menitikberatkan pada

penguasaan materi dan belum menuju pada aspek kecakapan hidup (life skill

oriented) sehingga hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta-fakta dalam jangka pendek. Belajar akan lebih bermakna jika anak ‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya. Sehingga diperlukan konsepsi pembelajaran yang bisa meghadirkan situasi belajar yang bermakna bagi siswa. Hal ini akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.


(22)

commit to user

xxii

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan kearah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup atau life skill merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dengan wajar tanpa merasa tertekan kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Orientasi dari pendekatan tersebut adalah guru bersama siswa bekerja dan mengalami pengetahuan yang dipelajari, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengerti makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya (Nurhadi, 2004: 41).

Metode praktikum di laboratorium riil merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat khusus dan istimewa yang dimanfaatkan seoptimal mungkin yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam teori. Dalam metode ini siswa dapat aktif melakukan percobaan secara langsung, mengamati prosesnya dan menyimpulkan hasil percobaannya, sehingga siswa dapat membentuk konsep dari teori yang dipelajarinya.

Dalam melaksanakan praktikum, siswa juga dapat melakukannya dengan cara laboratorium virtual. Karakteristik laboratorium virtual adalah program yang berisi alat-alat laboratorium yang berfungsi sebagaimana alat riil. Para siswa diajak

untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back

segera pada siswa dalam bentuk programmed instruction. Pada laboratorium virtual

siswa dapat melaksanakan percobaan sendiri secara bebas,tanpa ada rasa takut salah berdasarkan petunjuk praktikum yang ada, bahkan siswa dapat mengembangkan sendiri dari petunjuk praktikum yang ada (Mujiyono, 2005: 13).

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu kreativitas. Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan


(23)

commit to user

xxiii

yang tepat. Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Kreativitas juga sangat dibutuhkan saat siswa melakukan praktikum untuk mengeksplor kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, dengan demikian baik perubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif yang berperan penting dalam pembelajaran.

Di dalam pelajaran kimia SMA, terdapat suatu materi yang penting untuk diajarkan karena berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu materi sistem koloid. Pada materi ini dibahas mengenai perbedaan antara sistem koloid dan sistem dispersi lainnya, sifat-sifat koloid, pengaruh dari sifat-sifat koloid dan berbagai cara untuk membuat partikel koloid dalam dunia industri. Dengan mempelajari materi ini siswa mendapatkan pengetahuan yang luas, bahkan manfaatnya menjadi lebih apabila siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi sistem koloid lebih menekankan pada ketrampilan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melakukan percobaan-percobaan yang berkaitan dengan materi sistem koloid. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka dalam materi pokok koloid (Gebi dan Siti, 2007: 2).

Dalam proses penyampaian materi pelajaran kimia yang dijumpai di SMA Negeri 1 Cilacap masih menggunakan metode ceramah yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan belajar mengajar. Siswa pada umumnya mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga konsep yang tertanam tidak kuat. Selain itu keterbatasan laboratorium dan waktu terkadang memaksa siswa untuk tidak melaksanakan kegiatan praktikum. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam peningkatan prestasi belajar dan kreativitas siswa. Untuk meningkatkan prestasi serta kreativitas siswa, diperlukan suatu pengembangan pendekatan, metode, maupun media pembelajaran. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya pendekatan yang berimplementasi pada kehidupan nyata. Pendekatan CTL yang dikombinasikan dengan metode praktikum dan berbantuan media komputer akan membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan menanamkan konsepnya dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

commit to user

xxiv

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul:

“Studi Komparasi Laboratorium Riil dengan Laboratorium Virtual pada

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid?

2. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual sesuai untuk materi pokok sistem koloid materi pokok sistem koloid? 3. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi pelajaran dengan pembelajaran CTL

menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual?

4. Apakah pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium

virtual berpengaruh terhadap aspek kognitif ataukah aspek afektif siswa?

5. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid?

6. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada:


(25)

commit to user

xxv 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

2. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan CTL dengan menggunakan metode praktikum, yaitu dengan melaksanakan praktikum di laboratorium dan laboratorium virtual.

3. Media pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam laboratorium riil adalah peralatan dan bahan-bahan riil untuk melakukan praktikum koloid (alat dan bahan yang dibutuhkan selengkapnya terdapat pada hal.124-131), sedangkan pada laboratorium virtual digunakan software laboratorium virtual yang berisi praktikum koloid.

4. Materi Pelajaran

Materi pelajaran dibatasi pada materi pokok sistem koloid yang mencakup penggolongan koloid, sifat-sifat koloid, dan pembuatan koloid.

5. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif. Aspek psikomotor tidak dapat dibandingkan karena instrumen yang digunakan pada kedua variabel berbeda.

6. Kreativitas Siswa

Kreativitas siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 7. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dilihat dari prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah pada materi pokok sistem koloid.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:


(26)

commit to user

xxvi

1. Apakah prestasi belajar siswa yang diberi belajaran dengan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid?

2. Apakah pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid?

3. Apakah ada interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil dan

CTL menggunakan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

2. Pengaruh tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi pokok sistem koloid.

3. Interaksi antara pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual

dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem koloid.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan, khususnya tentang teori pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan laboratorium riil dan virtual

pada materi pokok sistem koloid.

2. Manfaat praktis:

a. Memberi masukan kepada tenaga pengajar khususnya tenaga pengajar di

SMA negeri 1 Cilacap dalam mengembangkan suatu metode pembelajaran 6


(27)

commit to user

xxvii

yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan belajar mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga dapat mencapai kompetensi yang optimal.

b. Sebagai bahan pemikiran bagi pendidik bahwa perlu adanya inovasi metode dan media pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

c. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual.


(28)

commit to user

xxviii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Studi Komparasi

Studi berasal dari kata “to study”, yang berarti belajar atau mempelajari. Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. Sedangkan komparasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Suharsimi Arikunto (2006: 268) menyebutkan bahwa komparasi yaitu perbandingan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Aswarni Sujud mengemukakan bahwa “Penelitian Komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja” (Suharsimi Arikunto, 2006: 267).

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa studi komparasi adalah bentuk penelitian yang membandingkan antara beberapa variabel atau kejadian yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaan atau persamaannya.

2. Belajar dan Pembelajaran

Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.

a. Pengertian Belajar

Penjelasan belajar menurut beberapa ahli antara lain:

1) Gestalt menerangkan bahwa belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan insait-insait (insight), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan atau pola berpikir. Teori ini memungkinkan guru untuk melihat seseorang, lingkungannya, dan interaksi dengan lingkungannya (Ratna Wilis Dahar, 1989: 20).


(29)

commit to user

xxix

2) Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikologi, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap, perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53).

3) Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9)

4) Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1989: 5).

5) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2003: 5).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungannya.

b. Teori-teori Belajar

1) Teori Perkembangan Piaget

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf. Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.


(30)

commit to user

xxx 2) Teori Belajar Penemuan Menurut Bruner

Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. 3) Teori Belajar Bermakna dari Ausubel

Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar.

4) Teori Belajar menurut Gagne

Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (a) belajar responden, (b) belajar kontiguitas, (c) belajar operant, (d) belajar observasional, dan (e) belajar kognitif.

(Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18).

c. Pengertian Pembelajaran

Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain :

1) Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan belajar mengajar (H.J.Gino,dkk , 1996: 32).

2) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 2003: 32).

3) Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subyek pokok (Sardiman, 2001: 14).


(31)

commit to user

xxxi

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri belajar. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2001: 16-17).

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen antara lain:

a) Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau

ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.

b) Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang

harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran.

c) Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respon yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.

d) Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.

(Depdiknas, 2003: 27-30)

3. Contextual Teaching and Learning (CTL) a.Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Pendekatan kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan


(32)

subjek-commit to user

xxxii

subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi,sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2006: 19).

b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment) (Johnson, 2006: 21-22).

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

2. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari ‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali


(33)

commit to user

xxxiii

informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna: a.menggali informasi baik administrasi maupun akademis

b.mengecek pemahaman siswa

c.membangkitkan respon kepada siswa

d.mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa e.mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

f. memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g.untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa h.untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa

Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat menimbulkan keinginan untuk bertanya.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.

Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut: a. observasi (observation)

b.bertanya (questioning)

c. mengajukan dugaan (hyphotesis) d.pengumpulan data (data gathering) e. penyimpulan (conclussion)

Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk


(34)

commit to user

xxxiv

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain: a. merumuskan masalah (dalam pembelajaran apapun) b.mengamati atau melakukan observasi

c. menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel, dan karya lainnya.

d.mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya “Bagaimana caranya? Tolong bantuin aku!” Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar kelas, semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.

5. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam 14


(35)

commit to user

xxxv

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dapat dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai “standar” kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang dipelajari, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran dan lain-lain.

7. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental, maupun psikomotorik. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses belajar daripada sekedaar hasil belajar. Oleh karena itu penilaian ini dilakukan terus menerus selama kegiatan pembelajran berlangsung, yang mencakup penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran CTL tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.

Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang ditempuh secara garis besarnya antara lain:

a. mengembangkan penilaian bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya


(36)

commit to user

xxxvi

c. mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya d. menciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok) e. menghadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran

f. melakukan refleksi di akhir pertemuan g. melakukan penilaian autentik

(Nurhadi, 2004: 103-106) Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model daur belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk:

a. kegiatan awal (eksplorasi), guru menyajikan fenomena untuk menggali

pengetahuan awal siswa

b. kegiatan inti (eksplanasi),guru membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis, melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan menyimpulkan data

c. pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar

d. penilaian (evaluasi), guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki kelebihan antara lain:

a. meningkatkan akademik siswa b. siswa menjadi lebih aktif c. siswa praktik, bukan menghafal d. siswa dilatih untuk berfikir kritis

e. siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

a. kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu yang lebih lama

b. keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok

c. memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya


(37)

commit to user

xxxvii

4. Laboratorium

Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan percobaan dan penelitian, dapat berupa ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam pengertian terbatas laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian dilakukan.

Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari dan berusaha memahami gejala-gejala alam melalui pengamatan-pengamatan. Oleh karena itu dalam pelajaran IPA, siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya.

Laboratorium IPA adalah sebuah tempat dimana guru dan siswa melakukan percobaan dan penelitian. Jadi laboratorium adalah tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan untuk melaksanakan percobaan/praktikum. Di laboratorium siswa memperoleh data/informasi yang berasal dari benda yang asli maupun tiruannya, serta dapat mendudukkan cara mempelajari IPA sebagaimana seharusnya.

a. Laboratorium Riil

Menurut Mujiyono (2005: 14) laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan riil untuk melakukan percobaan/praktikum. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami diantaranya:

1) Pengenalan Alat

Laboratorium riil dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung, atau siswa untuk memegang secara langsung.

2) Pengamatan

Dengan penerapan laboratorium riil kegiatan siswa memusatkan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan alat indera terhadap alat riil yang dihadapinya melalui penglihatan.

3) Percobaan

Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum yang sudah disiapkan sehingga setelah mendapatkan data siswa mencatatnya.


(38)

commit to user

xxxviii

Laboratorium riil yang diterapkan pada materi pokok sistem koloid memiliki kelebihan antara lain:

1) Melibatkan siswa secara langsung. Siswa dapat melihat, melakukan, dan mengamati secara langsung proses eksperimen di laboratorium.

2) Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen koloid merupakan

bahan-bahan yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak berbahaya sehingga membantu siswa mempermudah dalam memahami konsep materi yang dipelajari.

3) Meningkatkan ketrampilan yang nantinya digunakan dalam masyarakat.

Materi koloid juga mempelajari tentang aplikasi koloid dalam bidang industri seperti industri makanan, sehingga dengan adanya eksperimen di laboratorium riil dapat meningkatkan ketrampilan siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa kekurangan laboratorium riil:

1) Tidak dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak. 2) Eksperimen hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang kembali.

3) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukan eksperimen di

laboratorium.

b. Laboratorium Virtual

Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratorium dalam program

(software) komputer, dioperasikan dengan komputer. Dari kecanggihan yang

ditunjukkan komputer yang selanjutnya dikenal dengan Computer Assisted

Instruction (CAI). CAI adalah suatu bagian/segmen pelajaran disampaikan dengan media komputer. Para siswa diajak untuk memberikan respon, komputer akan merespon dan memberikan feed back segera pada siswa dalam bentuk Programmed Instruction.

Menurut Oemar Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.


(39)

commit to user

xxxix

Dalam menggunakan media komputer sebagai pembelajaran, untuk direncanakan secara sistematik agar pembelajaran berjalan efektif dan penggunaan komputer sebagai pembelajaran berjalan efektif pula. Pembelajaran menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar dapat menumbuhkan minat peserta didik, melibatkan peserta didik secara aktif dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

1) Pengenalan Alat

Dalam mengenalkan alat siswa ditunjukkan langsung oleh guru karena siswa sebelumnya telah menggunakan komputer, sehingga dalam pengenalan alat untuk praktikum dapat dilakukan secara mudah.

Karakteristik laboratorium virtual dapat disebutkan sebagai berikut:

a. berisi alat-alat laboratorium yang dapat berfungsi sebagaiman alat-alat riil b. dapat dirangkai menjadi puluan percobaan atau desain teknologi sederhana c. sangat mudah dioperasikan, satu komputer dioperasikan oleh satu siswa

d. dalam program ini aktivitas 100 % di tangan pemakai, pemakai bebas

melakukan eksplorasi/eksperimen. 2) Pengamatan

Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dalam mengamati: a. bekerja secara mandiri

b. umpan balik dilakukan secara baik oleh respon alat maupun dari guru c. siswa dapat mencoba-coba dan melihat kejadian yang terjadi.

3) Percobaan

Siswa dapat melakukan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut salah berdasarkan petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya sendiri dari petunjuk praktikum yang ada.

Kelebihan laboratorium virtual ditinjau dari materi pokok sisten koloid antara lain:

1) Dapat mengamati proses materi koloid yang bersifat abstrak.

2) Eksperimen dapat dilakukan berulang-ulang sampai siswa benar-benar


(40)

commit to user

xl

3) Membutuhkan waktu sedikit untuk bereksperimen sehingga siswa memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendiskusikan materi koloid yang lain. Beberapa kekurangannya antara lain:

1) Siswa tidak dapat melakukan serta mengamati proses eksperimen secara

langsung/nyata.

2) Ketrampilan siswa dalam bereksperimen kurang tereksplor.

3) Tidak semua simulasi yang ada dalam laboratorium virtual sama persis dengan kondisi di dunia nyata.

5. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi. Hasil kegiatan dapat memberikan gambaran tentang prestasi hasil belajar dari peserta didik. Zainal Arifin (1989 : 2-3) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari

bahasa Belanda yaitu “prestatie”. Kemudian dalam Bahasa Indonesia menjadi

prestasi” yang berarti “hasil usaha”.

Prestasi adalah isi dari kapasitas seseorang yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti pendidkan atau latihan tertentu ini biasa ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan itu. Sedangkan maksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah keberhasilan yang dicapai siswa yang ditunjukkan dengan penilaian hasil belajar oleh guru yang berupa angka.

Belajar merupakan suatu proses, hasil dari belajar berupa suatu bentuk perubahan di mana besarnya perubahan itu dapat dicapai atau diketahui dari prestasi belajar sebagai wujud keberhasilan proses tersebut. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa selama mengikuti proses balajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pengajar untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi yang diberikan.

Menurut Slameto (2003: 93) ada lima kemampuan manusia yang merupakan hasil dari belajar, yaitu :

a. ketrampilan intelektual, sebagai hasil belajar yang terpenting b. strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berfikir seseorang


(41)

commit to user

xli

c. informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta d. keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah

e. sikap dan nilai berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.

Prestasi belajar yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik dalam maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu atau sering disebut faktor internal antara lain: motivasi, kreativitas, kematangan fisik maupun mental dan sebagainya, sedangkan faktor dari luar atau faktor eksternal contohnya : faktor lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, budaya dan sebagainya.

Pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan hasil belajar dan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan menggulirkan program Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada sekitar tahun 2006 dimulai dari beberapa sekolah. Dengan sistem ini diharapkan penilaian tidak hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif tetapi juga mencakup ranah psikomotor dan afektif. Hal ini selaras dengan ayat 4 pasal 3 Keputusan Mendiknas Nomor 012/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 yang menyatakan bahwa penilaian kelas dan ujian meliputi aspek atau ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir yang meliputi kemampuan menghafal, menerapkan, menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif,


(42)

commit to user

xlii

karena di dalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya (Depdiknas, 2003:1)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai (Nana Sudjana, 1989:29). Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua perilaku ini harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah intensitas, arah dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Selain itu sebagian orang kemungkinan mempunyai perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang dengan pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum.

Target mengacu pada objek, aktifitas atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Setiap peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pengajara. Tiap unsur ini bila merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. (Depdiknas, 2003: 5).

c. Ranah Psikomotorik

Keterampilan psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan aktifitas fisik misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain sebagainya (Nana Sudjana, 1989:31). Aspek psikomotorik sering disebut juga dengan aspek keterampilan. Dalam hubungannya dengan kegiatan praktikum di laboratorium, aspek keterampilan ini pengukuran keberhasilannya ditunjukkan pada keterampilan dalam praktikum, misalnya keterampilan dalam merangkai alat, keterampilan kerja, dan ketelitian dalam mendapat hasil dari praktikum (Zainal Arifin, 1989 : 197).


(43)

commit to user

xliii

Adanya evaluasi pada aspek psikomotorik yang dimiliki oleh siswa / praktikan bertujuan untuk mengukur sejauh mana praktikan telah dapat menguasai teknik-teknik dalam praktikum, khususnya dalam hal penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, klasifikasi data, generalisasi data, meramalkan, dan menyimpulkan. Atau dapat dikatakan ingin diketahui sejauh mana praktikan telah menguasai keterampilan proses IPA, dan penilaian/pengukuran penguasaan terhadap aspek keterampilan ini dapat dilakukan melalui tes observasi yang dilakukan langsung pada praktikan yaitu dengan mengamati cara praktikan bekerja di laboratorium.

6. Kreativitas a. Definisi Kreativitas

Guilford dalam Utami Munandar (1999: 65) kreativitas adalah berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Conny Semiawan (1988: 66) mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri manusia yang paling hakiki di dalamnya melibatkan kemampuan berasional, kemampuan emosional atau perasaan, bakat khusus, kemampuan berimajinasi, berintuisi dan berfantasi. Arasten (1976) dalam Utami Munandar (1999: 65) mengibaratkan kreativitas sebagai benih bagi tanaman, ovum bagi bayi. Melalui kreativitas dimungkinkan dihasilkan ilmu serta seni dalam waktu dan jumlah tak terbatas.

Moreno dalam Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara kreativitas dengan penemuan yaitu ”yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.


(44)

commit to user

xliv

b. Ciri-ciri Kreativitas

Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif. Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitide dan non aptitude dari kreativitas (Utami Munandar, 1999: 88-93).

Gambar 1. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif

Dalam gambar di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude

meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleng kemajemukan, mapu mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Rasa ingin tahu mencakup selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih tertarik pada tugas yang sulit. Sifat mengambil resiko menccakkup berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal mendapat kritik dan tidak ragu-ragu karena ketidakjelasan. Sifat menghargai mencakup dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup dan menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang.

Sedangkan ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognitif, meliputi ketrampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal,

KREATIVITAS

Afektif (non aptitude) Kognitif (aptitude)

•Rasa ingin tahu

•Imajinatif

•Tertantang oleh kemajemukan

•Berani mengambil resiko

•Sifat menghargai

•Berpikir lancar

•Berpikir luwes

•Berpikir orisinil

•Elaborasi

•Mengevaluasi


(45)

commit to user

xlv

elaborasi/merinci dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir lancar mencakup kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelaesaian masalah atau pertanyaan, memberi banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Ketrampilan berpikir luwes mencakup kemampuan menghasilkan suatu gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif jawaban yang berbeda, mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ketrampilan berpikir orisinal mencakup kemampuan melahirkan ungkapan baru dan unik, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. Ketrampilan mengelaborasi mencakup kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau merinci dengan detail dari suatu objek sehingga lebih menarik. Ketrampilan mengevaluasi mencakup kemampuan menentukan standar penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan, mencetuskan dan melaksanakan gagasan.

Utami Munandar (1983) dalam Harsono (2009: 48) mengungkapkan proses pemikiran kreatif dilakukan melalui 4 tahap yaitu:

1. Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang

diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Cara yang dilakukan antara lain menjajagi berbagi macam kemungkinan penyelesaian masalah.

2. Tahap inkubasi merupakan tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri dari masalah untuk sementara waktu. Tahap ini sangat penting artinya bagi proses timbulnya kreasi.

3. Tahap iluminasi merupakan tahap timbulnya pandangan atau gagasan baru,

beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengakhiri munculnya gagasan atau inspirasi baru.

4. Tahap verifikasi atau evaluasi merupakan tahap pengujian inspirasi terhadap realita yang ada. Dalam hal ini diperlukan pemikiran kritis.


(46)

commit to user

xlvi

c. Pengukuran Kreativitas

Menurut Utami Munandar (1999: 65-67) ada beberapa tes kreativitas antara lain:

1. Tes kemampuan berpikir divergen Guilford

Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan terperinci.

2. Tes kemampuan berpikir kreatif Torrance

Tes ini dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan beberapa operasi mental kreatif yang mengukur kelancaran, kelenturan, orisinal, dan elaborasi. 3. Tes berpikir kreatif oleh Jellin dan Urban

Disebut juga Test for Creative Thinking Drawing Production, dalam tes ini responden diminta menyelesaikan gambar yang tidak lengkap.

4. Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata

Menampilkan rangsang dalam bentuk suara dari yang sederhana sampai yang rumit.

5. Tes berpikir kreatif dengan inventory Kathena-Torrance

Dengan cara pengamatan diri seeseorang dalam bentuk daftar periksa, kuisioner dan inventori.

Tes tersebut semuanya dari luar negeri sehingga memiliki karakteristik dengan budaya luar. Di Indonesia tes kreativitas dilandaskan pada struktur intelek Guildford. Dalam penelitian ini tes kreativitas mengacu pada ciri-ciri berpikir orang kreatif yaitu imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai.

7. Materi Sistem Koloid

Menurut KTSP 2006 pada materi sistem koloid terdiri dari sub pokok bahasan sebagai berikut :

a. Sistem Koloid

Koloid merupakan sistem dispersi yaitu suatu sistem yang terjadi apabila zat terlarut (terdispersi) ke dalam zat lain. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).


(47)

commit to user

xlvii

Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Untuk memberi gambaran yang lebih tentang perbedaan larutan, koloid dan suspensi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi Larutan

(dispersi molekular)

Koloid (dispersi koloid)

Suspensi (dispersi kasar) Contoh: larutan gula,

larutan garam.

Contoh: susu cair, es krim Contoh: tepung terigu dengan air

- Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra - Semua partikel

berdimensi (panjang, lebar, tebal) < 1 nm - Satu fase

- Stabil

- Tidak dapat disaring

-Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra -Partikel berdimensi

antara 1 nm - 100 nm

-Dua fase

-Pada umumnya stabil -Tidak dapat disaring

kecuali dengan penyaring ultra

-Heterogen

-Salah satu atau semua dimensi partikelnya >100 nm

-Dua fase -Tidak stabil -Dapat disaring

(Michael Purba, 2008: 146) Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau suspensi.

Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan sirup.

Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonaise. Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir.


(48)

commit to user

xlviii

Dibawah ini diberikan contoh dari suspensi dan koloid yang disajikan dalam Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Suspensi Gambar 3. Koloid

(Michael Purba, 2008: 145) Gambar 2 adalah campuran tepung terigu dengan air lambat laun akan memisah. Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan Gambar 3 adalah susu merupakan satu contoh campuran yang digolongkan sebagai koloid.

Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Koloid No Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat Aerosol Padat Sol Sol Padat Aerosol Emulsi Emulsi padat Buih Buih Padat

Asap (smoke), debu Sol emas, tinta,cat Gelas berwarna Kabut(fog) dan awan Susu, minyak ikan Jelly, mutiara Buih sabun, busa Karet busa, batu apung

(Michael Purba, 2008: 148) Dibawah ini diberikan beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang disajikan dalam Gambar 4 dan 5.


(49)

commit to user

xlix

Gambar 4. Parfum Gambar 5. Beberapa produk kosmetik

(Michael Purba, 2008: 148-149)

b.Sifat-Sifat Koloid

1) Efek Tyndall

Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah dengan percobaan Tyndall. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), hal ini ditunjukkan pada Gambar 6 . Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan, ditunjukkan pada Gambar 7.

larutan koloid

Gambar 6. Larutan Sejati Gambar 7. Sistem Koloid

(Michael Purba, 2008: 151) Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari:

ƒ Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

ƒ Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu

ƒ Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut


(50)

commit to user

l

ƒ Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur yang banyak asapnya

2) Gerak Brown

Jika diamati dengan mikroskop ultra, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus-menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra, ditunjukkan pada Gambar 8. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid, ditunjukkan pada Gambar 9. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi.

Gambar 8. Gerak Brown

Gambar 9. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi.

(Michael Purba, 2008: 152) 30


(1)

commit to user

civ

menjadi percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dan bertanggung jawab dalam memahami materi sistem koloid. Selain itu dengan metode eksperimen di laboratorium riil siswa dapat belajar menemukan konsep-konsep dengan berpikir sistematis. Sedangkan pada siswa yang diajar dengan CTL menggunakan laboratorium virtual, kurang adanya interaksi antar siswa sehingga menjadi kurang aktif karena mereka melaksanakan eksperimen dengan bantuan media komputer. Siswa tidak dapat mengamati secara nyata peristiwa yang terjadai saat praktikum sehingga menyebabkan proses penemuan konsepnya kurang.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Hasil dari anava dua jalan aspek kognitif dan aspek afektif menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel. Pada anava dua jalan aspek kognitif Fhitung(4,43) > Ftabel(3,978),

sedangkan pada anava dua jalan aspek afektif Fhitung(12,962) > Ftabel(3,978) yang

berarti bahwa Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho berarti H1 diterima. Hal ini

membuktikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan aspek afektif pada materi pokok sistem koloid, maka diperlukan uji pasca anava yaitu uji komparasi ganda.

Hasil dari uji komparasi ganda pasca anava antara kreativitas tinggi dan rendah menunjukkan bahwa pada uji komparasi ganda aspek kognitif Fhitung(4,650) >

Ftabel(3,978) dan pada uji komparasi ganda aspek afektif Fhitung(12,991) >

Ftabel(3,978). Hal ini berarti perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan

rendah sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajar kognitifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Begitu pula untuk aspek afektif terdapat perbedaan yang signifikan antara kreativitas tinggi dan rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki reativitas tinggi prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi pokok sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rasa ingin tahu


(2)

commit to user

cv

yang tinggi dan memiliki keinginan untuk menciptakan atau menemukan hal baru serta berani mengambil resiko. Mereka tertarik untuk mencoba-coba dan bereksperimen untuk menggali kreativitasnya hingga menemukan konsep sendiri. Apabila terdapat hal-hal yang belum mereka mengerti saat praktikum, mereka cenderung berpikir luwes dan termotovasi untuk mencari jawaban dengan jalan diskusi maupun mencari referensi lain. Berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas yang rendah, mereka akan melaksanakan praktikum sesuai dengan perintah cara kerja tanpa mengeksplor kreativitasnya. Selain itu, jika mereka menemui kesulitan belum dimengerti, mereka tidak termotivasi untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri. Pada materi sistem koloid perlu kemampuan siswa berpikir kreatif karena dalam proses belajarnya siswa akan menyoroti permasalahan yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Jadi ada pengaruh antara kreativitas dengan prestasi yang akan dicapai oleh siswa. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi maka ia akan selalu bersemangat belajar dan berusaha memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi yang dicapai juga akan bagus. Sebaliknya, siswa yang memiliki kreativitas rendah cenderung tidak tertarik terhadap materi yang diajarkan, malas belajar sehingga prestasi yang dicapai juga tidak memuaskan.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Hasil dari anava dua jalan dengan menggunakan selisih nilai prestasi kognitif menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel. Pada anava dua jalan selisih nilai

prestasi kognitif Fhitung(0,3) > Ftabel(3,978) dan untuk prestasi afektif juga didapat

Fhitung(0,00976) > Ftabel(3,978), yang berarti bahwa Ho diterima. Hal ini

membuktikan bahwa tidak terdapat interaksi antara penggunaan CTL menggunakan laboratorium riil dan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010, maka tidak perlu dilakukan uji pasca anava.

Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan laboratorium riil lebih baik daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium


(3)

commit to user

cvi

virtual. Untuk kreativitas siswa, semakin tinggi kreativitas siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang yang dicapai. Sehingga apapun metode pembelajaran yang digunakan, siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Sebaliknya, seberapapun tingkat kreativitas siswa, baik kategori tinggi maupun rendah siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium riil akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang dikenai pengajaran CTL menggunakan laboratorium virtual. Dapat disimpulkan bahwa apapun tingkat kreativitas siswa baik tinggi maupun rendah, siswa yang melakukan eksperimen di laboratorium riil memiliki prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan eksperimen dengan media laboratorium virtual. Secara mandiri kreativitas siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tetapi setelah berinteraksi dengan metode pembelajaran yang digunakan kreativitas siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi koloid terutama dengan cara eksperimen di laboratorium riil. Siswa lebih mudah menemukan konsep materi yang mereka pelajari secara kreatif dari pengalaman yang mereka alami dengan benda-benda nyata yang ada di sekitar mereka.


(4)

commit to user

cvii

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

1. Prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih tinggi daripada CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata selisih nilai kognitif pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil 50,733 lebih tinggi daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata selisih nilai kognitif 44,082. Demikian halnya dengan prestasi belajar afektif siswa, Pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil lebih meningkatkan prestasi belajar afektif siswa dengan rata-rata nilai afektif 111,808 daripada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dengan rata-rata nilai afektif 103,794.

2. Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun ajaran 2009/2010. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah, ini dibuktikan dengan hasil anava dua jalan pada aspek kognitif Fhitung>Ftabel dengan nilai 4,43 > 3,978 dan pada aspek

afektif Fhitung > Ftabel dengan nilai 12,962> 3,978.

3. Tidak ada interaksi antara pembelajaran CTL yang menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif siswa pada materi kimia sistem koloid kelas XI IA RSBI semester genap SMA Negeri 1 Cilacap tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat dilihat dari hasil anava dua jalan untuk aspek kognitif

Fhitung(0,3) < Ftabel(3,978) dan untuk aspek afektif Fhitung(0,00976) < Ftabel(3,978)


(5)

commit to user

cviii

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal.

2. Implikasi Praktis

a. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil lebih baik dibandingkan dengan CTL menggunakan laboratorium virtual pada materi pokok sistem koloid, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid sebaiknya disajikan dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium riil. b. Pada pembelajaran materi pokok sistem koloid perlu memperhatikan

kreativitas siswa, karena siswa dengan kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kreativitas rendah.

C. Saran

Berdasar kesimpulan dan implikasi maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Sebelum pengambilan sampel, homogenitas kelas yang akan diteliti perlu diperhatikan.

2. Bila tersedia laboratorium riil dan laboratorium virtual di sekolah, maka sebaiknya menggunakan laboratorium riil dalam pembelajaran kimia pada materi sistem koloid.

3. Dalam mengajar materi kimia sistem koloid, siswa hendaknya dirangsang untuk memiliki kreativitas yang tinggi dan aktif agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kreativitas siswa yaitu dengan memberikan kebebasan berpikir bagi siswa. Dalam hal ini, misalnya dengan melakukan eksperimen karena dengan eksperimen dapat merangsang siswa untuk mengeksplor lebih jauh kemampuan siswa. Contoh lainnya yaitu dengan mengadakan diskusi individu maupun kelompok mengenai studi kasus di luar konteks materi pelajaran dan berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari.


(6)

commit to user

cix

Diskusi ini dapat merangsang siswa untuk lebih aktif bertanya dan berpikir lebih luas tanpa harus terpaku pada buku pelajaran yang ada.

4. Pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan CTL menggunakan laboratorium virtual tidak perlu memperhatikan kreativitas siswa.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor internal lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada pembelajaran CTL menggunakan laboratorium riil dan virtual guna mengetahui interaksinya terhadap prestasi belajar.


Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada mata pelajaran pendidikan agama islam terhadap kreativitas siswa

2 5 136

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Eksperimen Pembelajaran Dengan Pendekatan Open-Ended dan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Siswa

0 6 8

STUDI KOMPARASI PENDEKATAN Contextual Teaching and Learning (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN LABORATORIUM DAN PEMBERIAN TUGAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK REAKSI KIMIA KELAS VII

0 2 97

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID.

0 4 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) BERBASIS LABORATORIUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOKBAHASAN KOLOID DI SMA.

0 1 20

Studi Komparasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dengan Metode Eksperimen dan Metode Proyek Terhadap Preastasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas Siswa Pada Materi Koloid SMA N 1 Teras tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 20

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN LABORATORIUM VIRTUAL DAN LABORATORIUM RIIL DALAM PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM KOLOID KELAS XI SEMESTER GENAP SMA NEGERI

0 0 9

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN QUANTUM LEARNING (QL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM KELAS XI MIA SMA NEGERI 3 SURAKARTA | Primastuti

0 0 9

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE PROYEK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK KOLOID SMA N 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2011 2012 | Pramanawati

0 0 7