commit to user
lix telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di
dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal membentuk flok-flok yang akan mengalami sedimentasi secara
gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir
diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur
untuk menaikkan pH dan gas klorin post klorinasi untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya
dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen Michael Purba, 2008 : 161.
d. Pembuatan Sistem Koloid
Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu:
1 Cara Kondensasi
Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan agregasi partikel larutan sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel
larutan sejati molekul atau ion bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis,
dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. a Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh:
1 Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida H
2
S dengan belerang dioksida SO
2
, yaitu dengan mengalirkan gas H
2
S ke dalam larutan SO
2
. 2H
2
Sg + SO
2
aq 2H
2
Ol + 3Ss 2
Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl
4
dengan larutan K
2
CO
3
dan HCHO formaldehida. Contoh:
39
commit to user
lx 2HAuCl
4
aq + 6 K
2
CO
3
aq + 3 HCHOaq 2Aus +
5CO
2
g + 8KClaq + 3HCOOKaq + KHCO
3
aq + 2H
2
Ol b Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh:
Pembuatan sol FeOH
3
dari hidrolisis FeCl
3
, apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl
3
akan terbentuk sol FeOH
3
. FeCl
3
aq + 3H
2
Ol FeOH
3
aq + 3HClaq c Dekomposisi Rangkap
Contoh: 1
Sol As
2
S
3
dapat dibuat dari reaksi antara larutan H
3
AsO
3
dengan larutan H
2
S. H
3
AsO
3
aq + 3 H
2
Saq As
2
S
3
s + 6H
2
Ol 2
Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer.
AgNO
3
aq + HClaq AgCls + HNO
3
aq d Pergantian Pelarut
Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel.
Michael Purba, 2008:162-163 2
Cara Dispersi Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk kasar
kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut cara dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel
koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik cara busur Bredig.
a Cara Mekanik
Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian
diaduk dengan medium dispersi. 40
commit to user
lxi Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang
bersama-sama dengan suatu zat inert seperti gula pasir, kemudian mencampurkan serbuk halus itu dengan air.
b Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi pemecah. Zat
pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid. Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet
oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H
2
S dan endapan AlOH
3
oleh AlCl
3
. c
Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam
yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga
membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi Michael Purba, 2008: 163-164.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Pada Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Siswa” memaparkan bahwa
pembelajaran kontekstual menstimulasi otak untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan menghubungkannya dalam konteks nyata dalam hidup kita. Dalam hal ini
siswa menerapkan pengetahuan yang telah mereka peroleh pada konteks kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual juga tidak hanya mengembangkan pengetahuan
siswa tetapi juga memberikan bekal ketrampilan untuk siswa seperti ketrampilan untuk berpikir kritis, ketrampilan untuk bekerja sama sehingga dapat berpartisipasi
secara aktif dan dapat menumbuhkan komitmen yang mana penting bagi siswa sebagai warga negara Kokom K. 2009. The Effect of Contextual Learning in Civic
41