82
“ya maya nggak suka, kalo temen mah cuma sekedar lewat doang, ngobrol aja bentaran. Kalo sahabat mah maya nggak suka, enak
sendiri aja
.” WCR2, S2, brs.276
Subjek belum melakukan eksplorasi di dalam relasinya dengan orang lain. Ia belum memiliki komitmen akan tetapi telah
memiliki pilihan untuk tidak banyak bergaul dengan teman sebayanya. Oleh karena itu di dalam Identitas Relasinya, subjek
memiliki status penyebaran identitas identity diffusion dimana ia
belum mengekplorasi berbagai pilihan yang bermakna dan membuat komitmen.
3. Identitas Religius
Subjek belum melakukan eksplorasi di dalam Identitas Religiusnya. Saat ini subjek memeluk agama islam. Menurutnya
agama yang dianutnya saat ini merupakan agama yang mengajarkan kebaikan.
“ya ngajarin untuk yang baik. misalnya kaya gini ngga boleh, gini ngga boleh..” WCR2, S2, brs.406
“ya...misalnya kaya kerjaan maya ini sekarang kan dianggap jelek. Kalo menurut islam kan nggak baik. mestinya kan yang baik-
baik..” WCR2, S2, brs.408
83
Subjek di dalam memeluk agamanya saat ini melakukan sedikit eksplorasi. Ia tidak banyak memperdalam mengenai
agamanya. Subjek hampir tidak pernah menjalankan kewajiban agamanya. Ia mengakui merasa malas untuk menjalankan
kewajiban agamanya karena merasa tidak terbiasa.
“ enggak.. ngga pernah sholat mbak boro-boro ke masjid” WCR2, S2, brs.410
“ya males aja.” WCR2, S2, brs.414
“apa ya, ya males. Maya dari dulu kan jarang kalo sholat gitu. Nggak kebiasa maya mah.” WCR2, S2, brs.416
Subjek tidak mencari-cari tahu mengenai agama yang lainnya. Subjek tidak memiliki keinginan untuk mempelajari
agama yang lainnya.
“kalo agamanya lain tau, tapi kalo cara ibadahnya nggak tau” WCR2, S2, brs.426
“enggak pernah. Nggak tau.” WCR2, S2, brs.428
“enggak pernah... maya mah jarang nonton tivi. Kalo namanya doang maya tau, tapi kalo gini gininya maya nggak tau.” WCR2,
S2, brs.430
84
Subjek di dalam Identitas Religiusnya hanya melakukan sedikit eksplorasi mengenai agama-agama lain, namun juga belum
banyak melakukan eksplorasi maupun komitmen untuk melakukan kewajiban agamuanya. Dapat disimpulkan bahwa dalam identitas
religiusnya, subjek memiliki status penyebaran identitas identity diffusion
.
4. Identitas Seksual
Identitas seksual subjek dapat diketahui dari bagaimana eksplorasi dan komitmen subjek dalam hal seksualitas. Informasi
yang diketahui subjek mengenai seksualitas sangat kurang. Subjek tidak mengetahui arti seksualitas.
“apa ya ?kayak soal yang perempuan gini, laki-laki gini..ya gitu kali ya mbak” WCR2, S2, brs.240
Subjek melakukan eksplorasi seksual dengan menggali informasi mengenai perilaku seksual melalui film-film porno yang
disimpannya dalam handphonenya.
“dari nonton difilm” WCR2, S2, brs.252
“maya kan pernah nikah..hehe. ya pengalaman, lainnya maya nonton aja noh..” WCR2, S2, brs.256
85
Subjek tidak cukup banyak mengetahui mengenai penyakit-penyakit seksual. Akan tetapi subjek subjek memiliki
kesadaran akan kesehatan tubuh dalam pekerjaannya.
“enggak, ya tau tapi dikit” WCR2, S2, brs.242 “aids, terus sipilis, terus herpes...” WCR2, S2, brs.244
“ya kan kerjanya maya kaya gini, maya takut kalo kaya gitu, amit- amit dah” WCR2, S2, brs.250
“iya, maya mah takut kalo kena penyakitan makanya maya kalo pemeriksaan maya suka ikutan.” WCR2, S2, brs. 260
Subjek mengetahui mengenai aktifitas seksual ketika dirinya masih berusia awal belasan tahun. Subjek menikah di usia
yang sangat dini.
“oh, ya..kan waktu maya nikah itu pas maya lulusan SD. Itu sama suami maya dulu
.” WCR2, S2, brs. 218
Berdasarkan eksplorasi dan komitmen subjek di dalam identitas seksual maka dapat disimpulkan bahwa identitas seksual
subjek berada pada status
penundaan identitas identity
86
moratorium. Hal ini dikarenakan subjek telah mengalami krisis
dan belum memiliki komitmen terhadap identitas seksualnya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Identitas Diri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Identitas Diri subjek. Pada Identitas Okupasi pekerjaan subjek lebih dipengaruhi
oleh faktor pendidikan.
“ya kalo mau jadi apa gitu kan kudu sekolah dulu. Lah maya ini uang enggak ada, mau ngapain.” WCR1, S2, brs.36
Subjek kurang memiliki kesempatan untuk mencoba berbagai jenis pekerjaan dikarenakan ketiadaan biaya untuk menuntut
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga subjek tidak mendapatkan kesempatan untuk mencoba pekerjaan yang lain
“ya kalo maya sih emang sulit nyari uang. Pertama kan maya sekolah cuma lulusan SD. Lulusan SD itu pun nggak terusin, cuma sampe
kelas 6.” WCR1, S2, brs .34
“ya maya nggak punya keahlian mbak. Maya teh SD wae enggak lulus. Maya teh mau kerja apa.. maya teh bisanya ngamen” WCR2, S2,
brs.80
Selain itu, pola asuh orang tua juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh di dalam identitas diri subjek. Semasa
87
kecilnya subjek sudah bekerja sambilan sebagai pengamen dan kedua orang tuanya tidak melarangnya.
“bapak maya mah santai orangnya, ngga pernah marah-marah. Cuman pas pertama aja sih marahnya jarang pulang gitu. Habis itu
enggak lagi” WCR1, S2, brs.76
“ya nggak papa, malah dikasihin lagi, malah saya yang ngasih. Bukan orang tua yang ngasih saya…” WCR1, S2, brs
.86
Faktor kepribadian juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap status identitas diri subjek. Subjek merasa
dirinya merupakan anak yang sulit diatur. “
Sejak kecil subjek tergolong bukan anak yang pandai dan sering membolos waktu sekolah serta bersikap seenaknya sendiri. Kondisi ini
membuatnya dianggap nakal oleh kedua orang tuanya
.” HTG, S2.
“iya, itu kan karna mayanya aja yang bandel, nggak nurut sama orang tua. Padahal bapak itu orangnya baik, cuman mayanya aja ini yang
nggak nurut” WCR2, S2, brs.96
“ya maya memang begini. Ya maya memang bandel sama bapak, sama mama. Mereka ngomong apa maya enggak nurut. Ntar sekolah,
mayanya ngamen” WCR2, S2, brs.102
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam Identitas Relasi Sosial subjek adalah kepribadian subjek. Diakuinya subjek
merupakan sosok yang tidak senang bergaul sehingga ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama suaminya.
88
“
Subjek merupakan pribadi yang belum percaya diri dan cenderung tertutup secara sosial. Ada keengganan untuk bergaul lingkungan
sekitar.”
HTG, S2.
“ya ada, tapi maya mah nggak. Males mau kumpul-kumpul. Mending maya ngurus idup maya sendiri aja” WCR2, S2, brs.282
“ya nggak tau disini mah banyakan sendiri aja. ya ada sih yang ngumpulan tapi maya mah enggak, males.” WCR2, S2, brs.284
Identitas Religius subjek dipengaruhi oleh faktor keluarga. Sejak kecil ia sudah menganut agama islam, akan tetapi ia dan
keluarganya jarang beribadah bersama-sama. Diakuinya bahwa orang tua subjek juga jarang melakukan kewajiban agamanya. Hal ini yang
membuat subjek merasa tidak terbiasa untuk beribadah.
“enggak.. ngga pernah sholat mbak boro-boro ke masjid” WCR2, S2, brs.410
“apa ya, ya males. Maya dari dulu kan jarang kalo sholat gitu. Nggak kebiasa maya mah. Maap lho mbak ini maya mah kalo ngomong
sukanya gitu. Hehe..” WCR2, S2, brs.416
“bapak ibu juga ngga pernah. Jarang” WCR2, S2, brs.424
Sementara itu Identitas Seksual subjek dipengaruhi oleh faktor pola asuh orang tua dan lingkungan subjek. di dalam
keluarganya, ia jarang diajari maupun diajak berkomunikasi
89
mengenai perkembangan seksual. Rendahnya tingak pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang membuat subjek memiliki pandangan
yang salah mengenai seksualitas.
“ya habis itu disuruh nikah sama bapak sama mama maya” WCR2, S2, brs.222
“ya ngga tau mungkin bapak maya teh udah capek ngurusin maya ini. Kan maya bandel. Jadi disuruh nikah aja sama bapak biar ada yang
urusin maya” WCR2, S2, brs.226
Pola asuh orang tua yang permisif juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi Identitas Seksual subjek. Subjek diijinkan
untuk menikah ketika dirinya masih berusia cukup dini, setelah lulus SD.
“oh, ya..kan waktu maya nikah itu pas maya lulusan SD. Itu sama suami maya dulu
.” WCR2, S2, brs.218
e. Rangkuman Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, ketiga potongan identitas subjek yaitu Identitas Okupasi, Identitas Relasi Sosial, dan Identitas
Religius subjek berada dalam status penyebaran identitas identity diffusion
. Di dalam ketiga potongan identitas tersebut, subjek belum banyak mengalami krisis maupun mengekplorasi berbagai pilihan
yang bermakna di dalam hidupnya. Ia juga belum memiliki
90
komitmen yang jelas terhadap aspek identitas tersebut. Sementara itu di dalam Identitas Seksualnya, subjek berada dalam status
penundaan identitas identity
moratorium . Ia telah melalui
serangkaian krisis akan tetapi belum memiliki komitmen yang jelas.
Berdasarkan temuan penelitian, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap status identitas diri subjek saat ini yaitu tingkat
pendidikan subjek, pola asuh orang tua yang permisif, keadaan ekonomi orang tua, kepribadian subjek, lingkungan sosial dimana subjek tinggal,
dan teman sebaya.
3. Subjek 3 a. Identitas Diri Subjek
1. Identitas Diri
Subjek 3 dalam penelitian ini memiliki identitas sebagai berikut : Nama
: Nv Jenis Kelamin
: Perempuan Usia
: 18 tahun Urutan Kelahiran : anak ke-1 dari 2 bersaudara
91
b. Latar Belakang Subjek 1. Latar Belakang Keluarga
Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Subjek memiliki seorang adik yang masih duduk di bangku SMP.
Ayah subjek telah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Sementara ibunya saat ini telah menikah lagi dan hidup di
suatu kota di Jawa Tengah bersama suaminya. Subjek sehari-hari di dalam lingkungan kerjanya, tinggal di sebuah kamar kos yang
berada di sekitar pantai parangkusumo. Sebelumnya subjek pernah menikah, namun kehidupan rumah tangganya mengalami
kegagalan dan bercerai. Dari pernikahannya dengan mantan suaminya, subjek telah dikaruniai satu orang anak perempuan.
Saat ini anak perempuan subjek tinggal dan diasuh oleh suaminya.
Subjek memiliki pandangan yang baik terhadap sosok ibu. Menurutnya ibu adalah sosok yang baik dan hangat. Ibu
subjek bekerja sebagai ibu rumah tangga. Subjek merasa ibunya selalu memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anaknya.
Ketika subjek menghadapi suatu masalah ibunya juga mau membicarakan baik-baik. saat ini ibunya telah memiliki suami,
subjek merasa ibunya tetap menyayangi mereka dan tidak berubah. Subjek mengakui bahwa ibunya tidak mengetahui
92
tentang pekerjaan yang sebenarnya subjek geluti. Ketika ibu subjek bertanya, dirinya hanya mengatakan bahwa ia bekerja di
sebuah counter handphone di Jogja. Sementara itu, menurutnya Ayah subjek merupakan
seseorang yang juga baik. dudlu ayahnya bekerja di sebagai karyawan. Akan tetapi ketika ayahnya meninggal, subjek dan
adiknya tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Hal ini yang membuat subjek harus berhenti sekolah di kelas dua
SMA. Tidak lama kemudian subjek mengakui bahwa dirinya menikah. Pernikahan ini diakui subjek sebagai permintaan
ayahnya yang terakhir sebelum meninggal. Dari pernikahan tersebut subjek dikaruniai satu orang anak namun tidak berjalan
dengan baik. Sementara itu adik subjek menurutnya seseorang yang
cukup baik. meskipun subjek tidak mau menceritakan lebih banyak mengenai adiknya. Karena subjek merasa tidak menjalin
hubungan yang cukup dekat.
2. Latar Belakang Sosial
Dalam hal relasi sosial subjek mngakui bahwa dirinya memiliki cukup banyak teman. Dulu semasa SMAnya subjek
merupakan orang yang cukup ramah dan supel. Saat ini di
93
lingkungan kerjanya subjek memiliki beberapa orang teman yang menurutnya adalah sahabat.
Subjek mengakui di lingkungan kerjanya saat ini membuat dirinya tidak emiliki cukup banyak teman. Hal ini karena
di lingkungan tersebut rata-rata orang cukup individualis dengan hidup mereka. Sehingga hal ini juga membuat subjek tidak cukup
banyak bertegur sapa dengan mereka. Aktifitas keseharian yang subjek lakukan di pagi hari
hanya memasak, atau mencuci baju. Kemudian bila tidak ada hal lain yang harus dikerjakan subjek akan melanjutkannya dengan
tidur siang dan beristirahat. Pukul 4 sore subjek biasanya telah bersiap-siap untuk pergi bekerja.
Subjek mengatakan bahwa ia jarang pergi keluar atau bermain jauh-jauh. Subjek mengakui bahwa terkadang dirinya
bosan berada di lingkungan tempat kerjanya dan melakukan aktifitas yang rutin. Akan tetapi dirinya merasa tidak nyaman
ketika harus berada di tempat yang ramai dan banyak orang. Subjek merasa minder dan malu apabila orang-orang di tempat lain
tahu bahwa ia merupakan seorang pekerja seks. Karena subjek sebelumnya pernah mendapatkan pengalaman yang kurang
mengenakkan ketika dirinya berbelanja baju. Salah seorang tukang parkir mengetahui bahwa ia merupakan seorang pekerja seks dan
94
mengatakan dengan keras di tempat umum. Subjek merasa malu dan takut bila hal tersebut terulang kembali.
Saat ini subjek memiliki dua orang teman dekat. Salah satu diantaranya diakui sebagai orang yang benar-benar sahabat
dekat. Menurut subjek sahabat yang baik adalah sahabat yang bisa salaing memebantu dan berbagi ketika ada kesulitan. Subjek
terkadang berbagi cerita ketika dia merasa sedang suntuk. Dan subjek mengatakan bahwa sahabatnya adalah sosok orang yang
selalu melindunginya.
3. Kepribadian Subjek Kesimpulan Umum Tes Grafis