Latar Belakang Sosial Identitas Relasi Sosial

73 di Bekasi dan berprofesi sebagai pengamen. Menurut cerita subjek, suaminyalah yang memberinya ide untuk bekerja sebagai pekerja seks. Subjek kemudian menyetujuinya karena iming-iming penghasilan yang lumayan besar. Suami subjek yang mengantarkan subjek pergi bekerja dan menjemput subjek kembali. Terkadang suaminya juga mencarikan pelanggan bagi subjek. Menurut subjek, suaminya merupakan sosok yang baik. Subjek merasa suaminya merupakan sosok yang penyayang dan mau merawat subjek dengan baik. Tahun lalu subjek sempat menderita sakit paru-paru dan suaminya yang merawat subjek hingga sembuh. Karena butuh uang untuk pengobatan, suaminya kemudian memberi subjek ide untuk menjadi seorang pekerja seks di jogja. Subjek menyetujui ide tersebut karena permasalahan ekonomi dan rasa sayangnya pada suaminya. Subjek ingin dapat memberi penghidupan yang baik bagi dirinya dan suaminya.

2. Latar Belakang Sosial

Dalam hal relasi sosial, subjek mengakui dirinya tidak banyak memiliki teman. Sehari-hari subjek mengakui hanya menghabiskan waktu bersama suaminya. Subjek bercerita bahwa dirinya tidak pernah memiliki sahabat. Semua teman hanya teman 74 biasa yang saling bertegur sapa. Tidak ada kedekatan secara khusus antara dirinya dengan temannya. Menurut subjek sosok teman yang baik adalah sosok teman yang bisa diajak untuk berbagi dan saling menolong. Ketika salah satunya kesulitan, maka yang lain bersedia menolong. Hubungan pertemanan yang baik menurut subjek adalah hubungan yang bisa saling diandalkan. Akan tetapi subjek mengakui bahwa sejak dahulu, subjek tidak memiliki banyak teman dan lebih menyukai dirinya sendiri. Lingkungan di sekitar tempat tinggal subjek juga menjadi pemicu subjek kurang memiliki teman. Hal ini karena antara satu dengan yang lainnya lebih banyak mengurusi diri mereka sendiri. Ketika jam kerja subjek akan berusaha sendiri mencari pelanggan. Ketika hari sudah pagi, subjek menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah seperti mencuci dan memasak, kemudian beristirahat kembali untuk bersiap-siap bekerja di malam harinya lagi. Subjek menceritakan bahwa suaminya tergolong orang yang cukup pencemburu, sehingga subjek juga tidak ingin bergaul dengan terlalu banyak orang. Menurut subjek, suaminya kurang menyukai apabila subjek banyak menghabiskan waktu dengan orang lain selain suaminya. Di dalam keseharian subjek, yang 75 banyak ditemui hanya mucikarinya saja. Dengan “simbok” inilah subjek banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol.

3. Kepribadian Subjek Hasil Tes Grafis

Subjek memiliki keinginan dan cita-cita. Akan tetapi hal ini tidak didukung oleh kemampuan yang dia miliki. Subjek tampak ragu-ragu di dalam bertindak sehingga hal ini berdampak pada penyesuaian dirinya yang membutuhkan waktu. Subjek merupakan pribadi yang belum percaya diri, tertutup dan masih menekankan pada masa lalunya. Subjek memiliki keinginan untuk berinteraksi sosial akan tetapi rasa tidak percaya dirinya membuatnya enggan untuk berinteraksi sosial. Di dalam keluarganya, penerimaan yang kurang dari figur afeksi membuat subjek memiliki kebutuhan untuk diterima dan diperhatikan. Figur otoritas di dalam keluarga dirasa kurang berperan sehingga ada keinginan subjek untuk kontak sosial, diterima, diberi perhatian dan kasih sayang dari figur tersebut. subjek merasa kurang berperan di dalam keluarganya dan membutuhkan suasana hangat di dalam keluarganya. 76

c. Status Identitas Diri 1. Identitas Okupasi Pekerjaan

Subjek di dalam melakukan pekerjaannya kurang melakukan ekplorasi. Subjek sejak dahulu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia pernah menjadi pengamen dan kenek angkotan kota semasa kecilnya dan belum pernah mencoba pekerjaan yang lainnya. “Maya dulu kerjanya ya kerja rumah tangga…” WCR1,S2, brs.16 “he’eh…ibu rumah tangga gitu. Nyuci, masak, segala macem..” WCR1, S2, brs.18 “…Pas gitu kan dulu, kalo sekolah orang-orang pulang langsung pulang, kalo maya mah enggak. Lain lagi. Pulang, ganti baju, kan maya bawa baju dobel gitu ya…maya pulang sekolah, nggak pulang, langsung kerja, udah dapet uang banyak atau sedikit, baru pulang..” WCR1,S2, brs.48 “…Maya dulu pernah kerja di angkot.” WCR2, S2, brs. 82 Subjek kurang melakukan ekplorasi dalam pekerjaanya. Ia tidak pernah mencari-cari tahu mengenai informasi pekerjaan yang lainnya. “enggak, dulu ngamen aja.” WCR1, S2, brs.42 “enggak juga. Maya dulu cuma ngamen aja. terus ngamen sama ayah disana, terus kesini .” WCR1, S2, brs.44 77 Sejak subjek berada di sekolah dasar, ia menjadi pengamen sepulang sekolah. Menurutnya, ia menjadi pengamen karena melihat teman-temannya yang lain yang berprofesi sebagai pengamen. Ia kemudian memutuskan untuk mengamen karena merasa mendapatkan tambahan uang saku. “iya, ikutan temen kan mbak.” WCR1, S2, brs.52 “lihat temen disono kerjanya itu, kan disana temen maya banyak kerjanya kerja ngamen kalo pulang sekolah, maya ikutan. Pas gitu maya tanya, dapetnya banyak nggak, eh ternyata lumayan.” WCR1, S2, brs.54 “kan awalnya maya kan ikutan temen maya aja disana. Terus maya tanya sama temen maya, ternyata dapetnya lumayan. Jadi maya kepikir gitu “ah, aku mau kerja aja lumayan” WCR1, S2, brs.60 Waktu kecil, subjek pernah bercita-cita untuk menjadi sarjana. Akan tetapi ia tidak dapat menggapai cita-citanya karena ketiadaan biaya sekolah. “ya dulu kan maya waktu kecil cita-citanya pengen jadi insinyur gitu..jadi kan nggak, nggak kecapai ya to ?nah pas gitu kan maya…yah…mungkin udah nasibnya kaya gini ya gimana gitu… Jadi ya nggak tercapai gitu cita-citanya” WCR1, S2, brs. 10 78 “ya kalo maya sih emang sulit nyari uang. Pertama kan maya sekolah cuma lulusan SD. Lulusan SD itu pun nggak terusin, cuma sampe kelas 6 .” WCR1, S2, brs. 34 Saat ini subjek merasa tidak dapat menggapai cita-citanya menjadi seorang sarjana. Ia menyadari bahwa telah terlambat untuk menggapai cita-citanya karena keadaannya saat ini. Menurutnya ketiadaan biaya menjadi salah satu hambatan dalam menggapai cita-citanya. “iya cuma lulus SD, ya bisa baca tulis tapi, hehe..subjek tertawa kan tetep aja belum tercapai gitu. Kan kalo misal udah tercapai nggak gini, kadang maya suka kebayang-bayang gitu mbak .” WCR1, S2, brs.12 “ya kalo mau jadi apa gitu kan kudu sekolah dulu. Lah maya ini uang enggak ada, mau ngapain.” WCR1, S2, brs.36 Subjek mengakui bahwa ia belum melakukan usaha untuk menggapai cita-citanya. “belum. Belum ada usaha apa. Belum tercapai sih semua…” WCR1, S2, brs.32 Subjek saat ini bekerja sebagai pekerja seks. Ia mengakui bahwa suaminya memintanya untuk melakukan pekerjaan tersebut karena alasan biaya. 79 “ itu kan waktu itu maya sama ayah udah nikah kan mbak. Ayah kan aslinya orang sini, Bantul. Terus maya kan nggak punya uang. Trus ayah tanya sama mayanya, neng mau nggak kejogja. Ngapain ayah ?kata maya mah. Kita kejogja aja kerja dijogja aja neng. Kerja apa ayah ?.Ada lah di jogja...gitu” WCR1, S2, brs.110 “iya, kan soalnya banyak uangnya mbak” WCR1, S2, brs.114 “iya. Maya mah nurut aja sama suami mbak, soalnya ayah ini orangnya baek lho.” WCR1, S2, brs.116 Subjek menyadari bahwa pekerjaannya saat ini memiliki resiko. Subjek mengira dari pekerjaannya saat ini ia akan mendapatkan banyak penghasilan, akan tetapi ia mengakui masalah justru datang semakin banyak. “dulu maya teh mikirnya kerja kaya gini cepet dapet uangnya mbak. Kalo maya mau ke jakarta juga maya nggak ada biayanya. Eh sekarang udah kerja kayak gini, permasalahannya malah nambah berat, ya to ?” WCR2, S2, brs. 194 “ya itu, harganya kadang ‘lele’, belom lagi takut kalo kena penyakitan, garukan. Ah..banyak lah...” WCR2, S2, brs.196 Subjek sebenarnya merasa lelah dan ingin berhenti dari pekerjaannya saat ini, akan tetapi ia takut apabila ia dan suaminya kekurangan biaya hidup. Subjek memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai pekerja seks dan belum memiliki rencana yang pasti untuk pekerjaannya. 80 “maya udah kepingin berhenti, maya mau jadi ibu rumah tangga aja. kerja kaya gini capek mbak, habis tenaga. Sekarang juga penghasilan maya teh udah menurun” WCR2, S2, brs. 384 “ ya jadi maya sekarang mau kesana. Trus habis bulan puasa, lebaran keberapa nggak tau ntar baru kesini lagi. Isyaallah kalo maya ada umur panjang..” WCR2, S2, brs.10 “ya mayanya nurut sama ayah. Maya mah udah capek mbak kerja kaya gini, apalagi capek ngerayu. Tapi kalo nanti maya sama ayah ngga punya uang lagi gimana. .” WCR2, S2, brs.74 Subjek yang belum banyak melakukan eksplorasi dalam pekerjaannya, serta belum memiliki komitmen di dalam pekerjaannya telah menunjukkan status Identitasnya saat ini. Dalam identitas pekerjaan, subjek memiliki status penyebaran identitas identity diffusion dimana subjek belum mengeksplorasi berbagai pilihan yang bermakna atau membuat komitmen apapun mengenai pekerjaannya. Subjek hanya membuat keputusan yang menyangkut pilihan pekerjaannya.

2. Identitas Relasi Sosial

Subjek di dalam relasinya dengan teman-temannya kurang melakukan eksplorasi, ia mengaku tidak memiliki banyak teman dan lebih memilih untuk sendiri. Hal ini diakui subjek 81 karena di lingkungan tempat tinggalnya tidak memungkinkan ia untuk memiliki banyak teman “ya ada, tapi maya mah nggak. Males mau kumpul-kumpul. Mending maya ngurus idup maya sendiri aja” WCR2, S2, brs.282 Kondisi subjek yang sudah berumah tangga juga menjadi salah satu alasan mengapa ia tidak menyukai persahabatan. “ya udah gitu aja. maya juga udah nikah kan jadi maya sehari-hari ya ginian aja ngurusin si ayah .” WCR2, S2, brs.292 Subjek mengaku ia merasa malas dan lebih menyukai untuk sendiri. Sehari-hari ia menghabiskan waktu bersama suaminya. “ Subjek merupakan pribadi yang belum percaya diri dan cenderung tertutup secara sosial. Ada keengganan untuk bergaul lingkungan sekitar.” HTG, S2. “maya mau sendiri, kalo sendiri itu kan maya lebih bisa gimana gitu” WCR2, S2, brs.274 ”nggak pernah maya curhat, nggak bisa lama lama” WCR2, S2, brs.278 Menurutnya, selama ini ia tidak banyak memiliki teman. Ia merasa dirinya bukan orang yang suka bergaul. 82 “ya maya nggak suka, kalo temen mah cuma sekedar lewat doang, ngobrol aja bentaran. Kalo sahabat mah maya nggak suka, enak sendiri aja .” WCR2, S2, brs.276 Subjek belum melakukan eksplorasi di dalam relasinya dengan orang lain. Ia belum memiliki komitmen akan tetapi telah memiliki pilihan untuk tidak banyak bergaul dengan teman sebayanya. Oleh karena itu di dalam Identitas Relasinya, subjek memiliki status penyebaran identitas identity diffusion dimana ia belum mengekplorasi berbagai pilihan yang bermakna dan membuat komitmen.

3. Identitas Religius