STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA WANITA PEKERJA SEKS

32 tentang perempuan. Jadi, pelacuran dapat didefinisikan perihal menjual diri sebagai pelacur. Dalam Jurnal mengenai Fenomena Kehidupan Anak yang Dilacurkan, Irwanto 2002 menyebutkan beberapa permasalahan yang dialami seorang pelacur anak-anak maupun remaja di dalam kelompok: a. Masalah pribadi,seperti adanya perasaan tidak berharga, bingung akan masa depan, takut terkena razia, khawatir terhadap cap tidak baik, terkena penyakit menular seksual yang berbahaya HIV AIDS, penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksi, atau takut hamil dan sakit. b. Masalah keluarga, seperti masalah ekonomi dan tindak kekerasan. c. Masalah lingkungan, berupa sulit melepaskan diri dari ayah asuh, teman seprofesi dan germo, serta pertengkaran yang acapkali terjadi antarsesama teman seprofesi di sebuah café misalnya.

D. STATUS IDENTITAS DIRI REMAJA WANITA PEKERJA SEKS

Menurut Erikson Santrock, 2007 pada masanya, seorang remaja harus memutuskan siapa mereka, apa keunikannya dan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Mereka akan dihadapkan pada berbagai peran, mulai dari peran pekerjaan hingga peran di dalam relasi romantik. Hal ini yang disebut Erikson sebagai masa Identitas versus Kebingungan Identitas. 33 Ketika seorang remaja secara perlahan-lahan menyadari bahwa mereka akan segera bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan kehidupannya, mereka akan mulai mencari kehidupan seperti bagaimana yang ingin mereka jalani Santrock, 2007. Seorang remaja wanita pekerja seks pada masanya juga memiliki tugas perkembangan seperti anak remaja yang lainnya. Ia juga belajar memahami berbagai peranpilihan yang ada di dalam hidupnya untuk menemukan identitas dirinya di dalam masyarakat. Remaja wanita pekerja seks tidak memiliki kesempatan seperti remaja yang lainnya untuk belajar memahami berbagai peran yang ada di dalam hidupnya. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor antara lain: tingkat pendidikan, pola asuh orang tua keluarga, dan lingkungan sekitar dimana mereka tinggal. Koentjoro dalam Sihaloho dan Nasution, 2004 mengatakan bahwa secara umum terdapat lima alasan yang paling mempengaruhi dalam menuntun seorang perempuan menjadi seorang pekerja seks komersial diantaranya adalah materialisme, modeling, dukungan orangtua, lingkungan yang permisif, dan faktor ekonomi. Mereka yang hidupnya berorientasi pada materi akan menjadikan banyaknya jumlah uang yang dikumpulkan dan kepemilikan sebagai tolak ukur keberhasilan hidup. Banyaknya pekerja seks komersial yang berhasil mengumpulkan banyak materi atau kekayaan akan menjadi model pada orang lain sehingga dapat dengan mudah ditiru. Selain karena alasan di atas, terdapat juga orang 34 yang memilih menjadi pekerja seks komersial karena faktor ekonomi, yang memiliki kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Masa remaja dinilai sebagai masa pencarian identitas. Erikson dalam Santrock, 2003 mengemukakan suatu tahap perkembangan pada masa remaja adalah identitas versus kebingungan identitas identity vs identity confusion . Artinya, jika seorang remaja mampu melalui tahap perkembangan ini, Ia akan memperoleh status identitasnya. Sedangkan, apabila seorang yang telah melewati masa remajanya dan masih belum menemukan identitasnya, maka Ia termasuk ke dalam kebingungan identitas identity confusion. Lebih lanjut Erikson dalam Desmita, 2005 mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah menyelesaikan krisis identitasnya, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada masa remaja. Sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa remaja akan membentuk identitas diri yang merupakan perasaan tentang siapa dirinya berdasarkan siapa ia sebelumnya dan akan menjadi orang seperti apa dia di masa yang akan datang. Proses pembentukan identitas diri dibentuk dari proses pembuatan keputusan dan komitmen, dimana proses itu didahului oleh proses mengeksplorasi banyak alternatif dalam berbagai aspek hidup Marcia, dalam Santrock 2007. Namun remaja dalam masanya yang berprofesi sebagai pekerja seks mungkin akan menunjukkan hambatan dalam proses pembentukan identitas dirinya. 35 Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai status identitas diri seorang remaja wanita pekerja seks atas dasar pentingnya identitas diri di dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang telah mencapai identitas dirinya akan mengetahui siapa ia, ingin menjadi apa ia serta tujuan hidupnya. Dengan mencapai identitas dirinya, diharapkan seorang remaja dapat berfungsi dengan lebih baik di dalam kehidupannya, terutama bagi remaja wanita yang bekerja sebagai pekerja seks. 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status identitas diri remaja wanita pekerja seks. Pemaparan yang menyeluruh mengenai gambaran identitas serta faktor yang melatarbelakanginya tersebut maka yang dilakukan peneliti adalah menggali penghayatan subjek terhadap profesinya sebagai pekerja seks. Menurut Poerwandari 2005 untuk mendapatkan pemahaman mendalam dan khusus atas suatu fenomena serta untuk memahami manusia dalam segala kompleksitasnya sebagai mahluk yang subjektif, maka pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang paling sesuai digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin memaparkan mengenai status identitas diri remaja wanita pekerja seks dan faktor-faktor yang membentuk identitas diri remaja tersebut.

B. BATASAN OPERASIONAL

Dalam penelitian ini variable-variable yang hendak dikaji terdapat beberapa variable yang mencakup aspek-aspek dari status identitas diri remaja. Di dalam aspek tersebut, peneliti akan melihat ada dan tiadanya krisis atau komitmen remaja di dalam menghadapi pilihan dalam hidupnya. Adapun variable tersebut adalah sebagai berikut :