Uji Prasyarat Analisis METODOLOGI PENELITIAN

58

I. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian normalitas dengan menggunkan SPSS ternyata didapatkan hasil bahwa variabel yang diteliti berdistribusi normal. Sedangkan hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa varians populasi untuk variabel tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan adalah homogen. Mengingat prasyarat pengujian hipotesis demikian, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan One Way Anova. Uji F atau ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hitung tiga kelompok atau lebih. Asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA adalah populasi yang akan diuji berdistribusi normal, varians dari populasi adalah sama dan sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain sampel bersifat independent. Statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians ANOVA, karena penelitian ini menguji perbedaan rata-rata dengan jumlah sampel besar, lebih dari 30 orang dan menggunakan uji prasyarat analisis yang memenuhi asumsi penggunaan analisis varians yaitu normalitas dan homogenitas. Penelitian ini menggunakan analisis varians satu jalan, karena penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dengan 3 kategori yaitu tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Setiap subyek penelitian merupakan anggota dari satu kelompok pada variabel bebas yang diambil dari populasi yang ditentukan. Data dalam penelitian ini termasuk jenis data 59 kuantitatif yaitu data yang harganya berubah-ubah dan bersifat variabel, dari nilai yang diperoleh disebut data Sudjana, 1996; 4. a. Perumusan hipotesis 1 Perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan- Rembang berdasarkan tingkat pendidikan Ho : Tidak ada perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan – Rembang ditinjau dari Tingkat pendidikan . H1 : Ada perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan – Rembang ditinjau dari Tingkat pendidikan . 2 Perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandanagn –Rembang berdasarkan jenis pekerjaan. Ho : Tidak ada perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan – Rembang ditinjau dari jenis pekerjaan. H1 : Ada perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan – Rembang ditinjau dari jenis pekerjaan. 3 Perbedaan sikap nasabah terhadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan – Rembang berdasarkan tingkat pendapatan 60 Ho : Tidak ada perbedaan sikap nasabah tehadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan- Rembang ditinjau dari tingkat pendapatan. H1 : Ada perbedaan sikap nasabah tehadap pelayanan jasa pegadaian cabang Pandangan- Rembang ditinjau dari tingkat pendapatan. b. Menetapkan tingkat signifikansi yang digunakan. Nilai signifikansi pengujian dilambangkan dengan α. Nilai α ditetapkan sebesar 5 . c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho diterima jika F hitung F tabel. Ho ditolak jika F hitung F tabel. 61

BAB IV GAMBARAN UMUM PEGADAIAN PANDANGAN REMBANG

A. Sejarah Berdirinya Pegadaian Cabang Pandangan

Menurut sejarah pegadaian Pandangan berdiri sejak pemerintahan Belanda tepatnya pada tahu 1932. Berdirinya pegadaian Pandangan bertepatan dengan ditetapkanya Pegadaian sebagai suatu jawatan yaitu suatu lembaga resmi yang merupakan bagian dari birokrasi pemerintahan. Ketetapan pegadaian lembaga resmi jawatan ini tertuang dalam Stbl tahun No. 266. jawatan pegadaian pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala jawatan Hoofd van den Dienst yang dibantu oleh seorang kepala muda Onderhoofd dan dibantu olh tujuh staf bagian. Perlu diketahui bahwa pegawai cabang pegadaian umumnya pada saat itu adalah orang Indonesia pribumi bahkan pimpinan cabangpun disebut beheerder dipegang oleh orang Belanda. Peralihan pimpinan secara bertahap kepada orang Indonesia barulah terjadi pada masa kemerdekaan. Pegadaian Pandangan saat itu juga sudah menggunakan taksiran dalam memberikan pinjaman dengan ditempatkannya seorang ahli taksir yang tugasnya terutama mengawasi nilai atau taksiran barang jaminan. Pegadaian Pandangan juga mengalami perubahan baik fisik maupun sisitem pegadaian secara keseluruhan, parubahan ini terjadi setelah bangsa Jepang menduduki Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942. Pegadaian Pandangan sendiri juga mengalami perubahan fisik yaitu membangun kembali kantor yang terkena serangan bangsa Jepang. Setelah bangsa Jepang menguasai pegadaian semua 62 operasional pegadaian saat itu dipegang oleh orang Jepang. Sepanjang masa pendudukan Jepang itu perang dunia masih tetap berlangsung sehingga pemerintah Jepang masih belum dapat berbuat banyak di Indinesia selain melakukan penindasan dan menguras harta masyarakat untuk membiayai perang mereka. Pegadaian Pandangan yang menyimpan barang-barang berharga milik masyarakat tidak luput dari aksi perampasan. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tahun 1945, setelah kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Jepang yang tidak ingin menyerahkan bangsa Indonesia kepada Belanda, lalu mendukung pemerintah yang baru terbentuk. Berbagai jawatan dan kelembagaan diserahkan oleh Jepang kepada pemerintahan Indonesia. Setelah kantor pegadaian Pandangan terkena serangan pada masa perang pendudukan Jepang, pegadaian Pandangan tidak beroperasi lagi. Tetapi pada tahun 1973 kantor pegadaian Pandangan mulai beroperasi lagi. Struktur organisasi pegadaian pasca perang kemerdekaan, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan struktur yang ada pada saat zaman Belanda. Hanya saja literaturnya yang dirubah, di-Indonesiakan. Yang paling menonjol adalah semua aparat pelaksana pegadaian 100 orang Indonesia. Pada masa pembanguanan secara mutlak perjuangan melawan penjajah sudah selesai, tetapi perjuangan – perjuangan untuk mengatsi kemiskinan masih perlu dilakukan oleh bangsa Indonesia. Penataan – penataan menyeluruh baik bagi ideologis, sistem kenegaraan maupun ekonomi terus diupayakan. Dalam penataan ekonomi di masa pembangunan, sampai saat ini pegadaian mengalami