B B Subaspek pengertian

36 Tabel 13. Kategori dan tingkat persepsi subaspek pengertian, pengalaman, dan strategi pembelajaran per SMA No. Nama SMA Pengertian Pengalaman Strategi pemb. kate- TP kate- TP kate- TP gori gori gori 1 SMAN 1 Langke Rembong B 1.61 B 1.33 B 1.05 2 SMAN 2 Langke Rembong B 1.08 B 0.91 B 0.73 3 Setia Bhakti B 0.82 B 0.65 B 0.56 4 St. Thomas Aquinas B 1.38 B 1.12 B 0.96 5 St. Fransiskus X. B 1.19 KB 0.95 B 0.79 6 Widya Bhakti B 0.33 KB 0.26 B 0.22 7 Karya B 0.46 KB 0.34 B 0.29 8 Bintang Timur B 0.38 KB 0.26 B 0.26

9 SMAN 1 Ruteng

B 0.57 KB 0.42 B 0.37 10 St. Klaus B 0.76 B 0.70 B 0.50 11 Budi Dharma B 0.37 KB 0.28 B 0.21

12 SMAN 1 Satar Mese

B 0.46 B 0.41 B 0.33

13 SMAN 2 Satar Mese

B 0.33 B 0.27 B 0.22

14 SMAN 3 Satar Mese

B 0.36 B 0.29 B 0.26

15 SMAN 1 Lelak

BS 0.43 B 0.33 B 0.28

16 SMAN 1 Cibal

B 0.70 B 0.57 B 0.44

17 SMAN 2 Cibal

B 0.26 KB 0.23 B 0.18

18 MAN Reok

B 0.75 KB 0.56 B 0.43 19 St. Gregorius B 0.71 B 0.56 B 0.45 Total B

12.95 B

10.44 B

8.56 Rerata B 0.68 B 0.55 B 0.45 Keterangan : BS = Baik Sekali ; B = Baik; KB = Kurang Baik ; TP = Tingkat Persepsi; rerata jumlah skor kategori dan perhitungan TP dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4 . Data tabel 13 di atas dapat dibahas per subaspek seperti berikut ini.

1.1. Subaspek pengertian

Data tabel 13 di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata subaspek pengertian berada pada kategori B dengan total TP 12,95 . Hal ini menunjukkan bahwa dari subaspek ini umumnya siswa memiliki persepsi yang positif terhadap pelajaran fisika. Hampir semua SMA yaitu ada 18 SMA 94,73 yang berkategori B dan hanya 1 SMA 5,27 yaitu SMAN 1 Lelak yang berkategori BS. Berarti, dari subaspek pengertian, semua siswa pada 19 SMA memiliki 37 pengertianpengetahuan fisika yang cukup banyak untuk mempersepsikan fisika secara baik. Ditunjukkan juga bahwa ada 10 SMA 52,63 yang memiliki TP 0,68 sebagai TP rerata dari subaspek pengertian ini. Ke-10 SMA tersebut adalah mulai dari SMA dengan TP terendah yaitu SMAN 2 Cibal 0,26 menyusul SMAN 2 Satar Mese dan Widya Bhakti masing-masing 0,33 , SMAN 3 Satar Mese 0,36 , Budi Dharma 0,37 , Bintang Timur 0,38 , SMAN 1 lelak 0,43 , SMAN 2 Satar Mese dan Karya masing-masing 0,46 , dan SMAN 1 Ruteng 0,57. Rendahnya TP subaspek ini membuktikan bahwa sebagian besar siswa dari 10 SMA ini masih berpandangan negatif terhadap pelajaran fisika. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada 10 SMA tersebut memiliki pengetahuan yang sedikit tentang pelajaran fisika. Sebaliknya sebagian besar siswa pada 9 SMA 47,37 lainnya berpandangan positif terhadap pelajaran fisika dan SMA yang mencapai TP tertinggi adalah SMAN 1 Langke Rembong 1,61 . Kategori dan TP subaspek pengertian ini hanya berada pada kategori B saja terkait dengan tepattidaknya jawaban atas 6 nomor pernyataan kuesioner. Ke-6 pernyataan kuesioner dari subaspek pengertian ini adalah: “Pelajaran fisika sama dengan matematika karena hanya menghitung; Orang yang pandai fisika adalah orang yang hafal rumus dan dapat menggunakannya; Belajar berarti menambah pengetahuan; Orang yang cerdas adalah orang yang mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya; Orang yang cerdas adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan; dan tugas utama guru adalah menambah pengetahuan para murid”. Pernyatan-pernyataan subaspek pengertian seperti di atas cukup dimengerti oleh hampir semua siswa pada 19 SMA. Pelajaran fisika tidak sama dengan matematika karena menurut Carin dan Sund 1989 bahwa “sainsfisika adalah suatu sistem untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui oberservasi atau eksperimentasi yang terkontrol”. Belajar fisika selain belajar tentang obyek alam dan segala fenomenanya konsep juga belajar tentang rumus-rumus yang terkait konsep alam yang harus dihafal dan dipahami serta 38 harus mampu menggunakannya dan menerapkannya dalam memecahkan masalah hidup sehari-hari. Siswa yang demikian dapat dikatakan sebagai orang cerdas, dan untuk tujuan itulah guru fisika hadir dengan segala rancangan-rancangan eksperimentasi pembelajarannya di sekolah. Rumus-rumus dan soal-soal dalam fisika hanyalah bahasa simbolik untuk menggambarkan logika taat asas dari hukum-hukum alam yang terjadi Tim PEKERTI Bagian MIPA, 2000. Guru fisika mengajar bukan hanya menambah pengetahuan saja, tetapi lebih penting dari itu adalah mengajar untuk meningkatkan ketrampilan siswa baik dalam melaksanakan langkah-langkah metode ilmiah maupun dalam menyusun produk ilmiah secara sistematis. Efek samping dari metode pembelajaran eksperimen adalah munculnya sikap-sikap ilmiah pada siswa, termasuk sikap ingin tahu yang tinggi untuk memecahkan masalah hidup sehari- hari Carin dan Sund, 1989; Sarkim, 1998.

1.2. Subaspek pengalaman