Subaspek pandangan Persepsi siswa SMA kelas XI IPA terhadap pelajaran fisika

46 semakin bertambah materinya bertambah pula yang tidak dimengerti dan tidak jelas; Pelajaran fisika dapat membuat seseorang menjadi mementingkan diri sendiri; Tidak ada hal yang menarik perhatian saya dalam pelajaran fisika”. Rendahnya persepsi subaspek perasaan ini mungkin merupakan bukti bahwa metode pembelajaran fisika yang digunakan guru adalah monoton dengan metode ceramah dan siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal fisika secara individual. Guru jarang membentuk kelompok kerja siswa yang memungkinkan adanya interaksi sosial antara siswa dengan berdiskusi, bercanda, dll. yang terkait dengan suasana kelompok yang menyenangkan. Reaksi siswa terhadap cara belajar fisika pengaruh eksternal di atas sangat jelas mempengaruhi perasaan negatif terutama bagi siswa yang motivasinya rendah, sering humor, dan selalu berhubungan dengan guru mata pelajaran lain yang ramah, demokratis, dan luwes dalam mengajar. Strategi pembelajaran eksperimen dan karyawisata lagi-lagi dapat membuat siswa merasa tertarik belajar fisika dalam kelompok, baik dalam praktik merekayasa fenomena alam di laboratorium maupun dalam melakukan pengamatan langsung obyek di alam asli. Reaksi siswa terhadap metode pembelajaran ini biasanya tidak dirasakan seriusangker karena sering berhadapan dengan alam bebas dan teman-teman kelompoknya; tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran dan tidak egois karena laporan hasil belajarnya selalu dalam bentuk kelompok; dan metode pembelajaran eksperimen selalu menarik perhatian siswa karena mempelajari obyek dan gejala-gejala alam yang asli.

1.6. Subaspek pandangan

Data tabel 14 di atas menunjukkan bahwa subaspek pandangan berada pada kategori B dengan jumlah TP 18,28 . Semua SMA berkategori B dengan rerata TP 0,96 . Data ini membuktikan bahwa dari subaspek pandangan pada umumnya semua siswa mempunyai persepsi yang lebih positif terhadap pelajaran fisika, karena TP-nya lebih besar daripada TP sub-subaspek lain persepsi. Meskipun demikian, masih terdapat 10 SMA 52,63 yang memiliki TP 0,96 seperti mulai dari SMA yang TP-nya terendah yaitu SMAN 2 Cibal 0,38 47 , diikuti SMAN 2 Satar Mese 0,46 , Widya Bhakti dan Budi Dharma masing-masing 0,48 , Bintang Timur 0,50 , SMAN 3 Satar Mese 0,53 , SMAN 1 Lelak 0,58 , Karya 0,62 , SMAN 1 Satar Mese 0,67 , dan SMAN 1 Ruteng 0,79 . Sedangkan SMA yang mencapai TP tertinggi adalah SMAN 1 Langke Rembong 2,29 . Ada 8 pernyataan kuesioner yang terkait dengan pandangan siswa. Ke-8 pernyataan tersebut adalah: “Peristiwa fisika sulit ditemukan dalam kehidupan sehari-hari; Pelajaran fisika tidak akan bermanfaat bagi kehidupan saya; Studi saya dikemudian hari tidak memerlukan penguasaan tentang fisika; Dalam karir saya ke depan tidak memerlukan penguasaan tentang fisika; Pelajaran fisika tidak memiliki sumbangan dalam dunia kerja ke depan; Pelajaran fisika tidak perlu diberikan di sekolah; Kemajuan teknologi saat ini sangat dipengaruhi oleh ilmu fisika; Ilmu fisika dapat bermakna bagi kebaikan masyarakat”. Pernyataan-pernyataan ini memang benar jika hampir semua siswa menjawab BS. Tampak bahwa betapa siswa mampu memahami obyek belajar fisika sekaligus hakekat dan maknanya bagi kehidupan siswa, masyarakat, dan pembangunan secara umum. Siswa umumnya mengetahui ciri khas dan manfaat fisika baik menyangkut keberadaannya maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Tampak bahwa pandangan yang baik sekali terhadap pelajaran fisika ini dapat mempengaruhi tingginya kesuksesan siswa di kemudian hari. SMA-SMA yang memiliki TP dibawah TP rerata mungkin disebabkan oleh rendahnya kemampuan mengasosiasikanmenghubungkan antara konsep fisika yang dipelajari dengan apa yang menjadi kebutuhan manusia sehari hari. Siswa tidak mampu mengorganisasikan stimuluspernyataan kuesioner, sehingga sulit menginterpretasikannya dan selanjutnya tidak memahami arti dari stimulus yang dinderai Khairani, 2013. Mungkin rendahnya subaspek pandangan ini juga karena rendahnya minat atau kecenderungan tertentu siswa terhadap pelajaran fisika sebagaimana yang dikatakan Khairani 2013 bahwa “setiap orang memiliki kecenderungan tertentu untuk memperhatikan tipe tertentu dari obyek”. Dalam arti bahwa siswa yang 48 berpandangan rendah terhadap fisika adalah siswa yang merasakan fisika itu paling sulit, tidak disukai, dan tidak berguna untuk masa depannya. Tampaknya bahwa mungkin hanya metode karyawisata saja yang dapat mengatasi masalah rendahnya persepsi siswa dari subaspek pandangan di atas. Siswa diajak berkaryawisata ke lokasi pembangunan penerapan fisika seperti Pusat Listrik Tenaga, Air, uap, dll. Metode ini selain mampu menemukan kejadian-kejadian fisika sehari-hari terutama yang berguna untuk kehidupan praktis siswa, juga mampu menghubungkan pengetahuan teori dengan fakta alam, tumbuh sikap-sikap ilmiah seperti tumbuh rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga menjadikan pelajaran fisika lebih menarik, dan karena itu perlu dipelajari atau dikuasai lebih lanjut.

1.7. Subaspek penilaian