45
perlu mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan seperti itu untuk dibimbing secara khusus.
Biasanya pembelajaran sains dengan menggunakan metode eksperimen dan dilakukan dalam bentuk kelompok menyebabkan siswa selalu bersemangat karena
sering berlomba-lomba dalam menyelesaikan eksperimen atau penyelesaian soal- soal fisika.
1.5. Subaspek perasaan
Mengacu kepada data tabel 14 di atas bahwa subaspek perasaan berada pada kategori B dengan jumlah TP 8,42 . Tampaknya subaspek ini dianggap lebih
baik karena ada 5 SMA 26,32 yang berkategori BS dan 14 SMA 73,68 lainnya berkategori B dengan rerata TP 0,44 . Dengan demikian, dari subaspek
ini pada umumnya siswa memiliki pandangan yang positif terhadap pelajaran fisika.
Meskipun demikian, masih ada 11 SMA 57,89 yang memiliki TP 0,44 . Ke-11 SMA tersebut adalah mulai dari SMA dengan TP terendah yaitu SMAN
2 Cibal 0,18 , disusul Budi Dharma dan SMAN 2 Satar Mese masing-masing 0,22 , Bintang Timur dan Widya Bhakti masing-masing 0,23 , SMAN 1 Lelak
0,25 , SMAN 3 Satar Mese 0,26, Karya 0,29 , SMAN 1 Satar Mese dan SMAN 1 Ruteng masing-masing 0,33 , dan St. Gregorius 0,42 . SMA
dengan TP tertinggi adalah SMAN 1 Langke Rembong 1,06 . Data rendahnya TP pada 11 SMA di atas menunjukkan bahwa masih ada
sebagian siswa yang berpandangan negatif terhadap pelajaran fisika di sekolahnya. Persepsi subaspek perasaan ini berhubungan dengan lingkungan luar
dan keadaan diri siswa sebagaimana telah dikatakan Peter dan Olson 2000 bahwa “perasaan muncul karena adanya stimulus secara eksternal dan internal”.
Ada 4 nomor pernyataan kuesioner yang terkait subaspek perasaan ini. Ke-4 nomor pernyataan tersebut merupakan pernyataan negatif yang seharusnya
dipersepsi dengan STS atau TS dengan cara menolak. Pernyataan-pernyataan tersebut adalah: “Orang yang mempelajari mendalami bidang fisika terkesan
serius dan terlihat angker; Pelajaran fisika dapat membuat saya terbebani karena
46
semakin bertambah materinya bertambah pula yang tidak dimengerti dan tidak jelas; Pelajaran fisika dapat membuat seseorang menjadi mementingkan diri
sendiri; Tidak ada hal yang menarik perhatian saya dalam pelajaran fisika”. Rendahnya persepsi subaspek perasaan ini mungkin merupakan bukti bahwa
metode pembelajaran fisika yang digunakan guru adalah monoton dengan metode ceramah dan siswa disuruh untuk mengerjakan soal-soal fisika secara individual.
Guru jarang membentuk kelompok kerja siswa yang memungkinkan adanya interaksi sosial antara siswa dengan berdiskusi, bercanda, dll. yang terkait dengan
suasana kelompok yang menyenangkan. Reaksi siswa terhadap cara belajar fisika pengaruh eksternal di atas sangat jelas mempengaruhi perasaan negatif terutama
bagi siswa yang motivasinya rendah, sering humor, dan selalu berhubungan dengan guru mata pelajaran lain yang ramah, demokratis, dan luwes dalam
mengajar. Strategi pembelajaran eksperimen dan karyawisata lagi-lagi dapat membuat
siswa merasa tertarik belajar fisika dalam kelompok, baik dalam praktik merekayasa fenomena alam di laboratorium maupun dalam
melakukan pengamatan langsung obyek di alam asli. Reaksi siswa terhadap metode
pembelajaran ini biasanya tidak dirasakan seriusangker karena sering berhadapan dengan alam bebas dan teman-teman kelompoknya; tidak merasa terbebani
dengan materi pelajaran dan tidak egois karena laporan hasil belajarnya selalu dalam bentuk kelompok; dan metode pembelajaran eksperimen selalu menarik
perhatian siswa karena mempelajari obyek dan gejala-gejala alam yang asli.
1.6. Subaspek pandangan