Tingkat kesukaran Karakteristik butir soal a. Daya pembeda

kemampuan butir soal tes hasil belajar membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Anastasi dan Urbina dalam Purwanto, 2009: 102, menyatakan daya beda berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik perilaku pengambil tes dalam tes yang dikembangkan. Suwarto 2012:108 menambahkan daya pembeda suatu butir tes berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu. Jadi pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa daya beda merupakan nilai yang membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Tujuan dari pengujian daya beda untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.

b. Tingkat kesukaran

Menurut Widoyoko 2014: 132, tingkat kesukaran butir soal adalah proporsi peserta tes menjawab dengan benar terhadap suatu butir soal. Crocker dan Algina Purwanto, 2009: 98 menyatakan tingkat kesukaran dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar. Rakhmat dan Suherdi 2001: 190 berpendapat bahwa tingkat kesukaran yaitu ukuran yang menunjukan kesulitan soal untuk diselesaikan oleh siswa. Jadi pendapat beberapa ahli diatas dapat ditarik kesimpulan tingkat kesukaran adalah jumlah siswa yang menjawab benar terhadap suatu soal. Perhitungan tingkat kesukaran item adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu item atau tes. Jika suatu item atau tes memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa tes tersebut baik Arifin,1988: 129. Sedangkan menurut Sulistyorini 2009: 173, asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal, keseimbangan yang dimaksud adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Suryapranata 2004: 12, menyatakan bahwa proporsi jawaban benar yaitu jumlah peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling umum digunakan. Perbandingan antara soal yang mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3. Artinya terdapat 30 soal kategori mudah, 40 soal kategori sedang dan 30 soal kategori sukar. Misalkan terdapat 60 butir soal pilihan ganda terdapat 18 soal kategori medan, 24 soal kategori sedang dan 18 soal kategori sukar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran adalah jumlah proporsi soal antara soal kategori mudah, sedang dan sukar. Proporsi yang dimaksud adalah membuat soal kategori sedang lebih banyak daripada kategori mudah dan sukar, sedangkan kategori mudah dan sukar jumlahnya harus seimbang.

c. Analisis Pengecoh