7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan
Bab ini menjelaskan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini. Sub bab yang ada pada bab ini adalah teori tentang pariwisata, spot wisata kuliner dan
kesimpulan. Pada sub bab pariwisata akan membahas pengertian pariwisata, komponen pariwisata, objek dan daya tarik wisata, dan wisata kuliner. Sedangkan
pada sub bab spot wisata kuliner akan membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi spot wisata kuliner seperti: keaslian, motivasi, interpersonal,
budaya, fisiologis, prestise dan demografi.
2.2. Pariwisata
Pariwisata bersal dari dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak, berkali-kali datang dan “wisata” yang berarti perjalanan sehinggga dapat diartikan bahwa
pariwisata sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata
“tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata kata pariwisata dapat digunakan kata “tourism”. Oka A Yoeti, 1996
Sedangkan pariwisata menurut undang-undang No.9 tahun 1990 pasal 1 tentang kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8
2.2.1. Komponen Pariwisata
Menurut Endar Sugianto dan Sri Sulastiningrum dalam Gunardi 2010: 1 objek dan daya tarik wisata, dapat berupa alam, budaya atau tata hidup dan
sebagainya yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau yang menjadi sasaran bagi wisatawan; 2 sarana dan fasilitas diantaranya: a akomodasi, yaitu tempat
bagi seseorang untuk tinggal sementara; b restoran, yaitu industri jasa yang bergerak dibidang penyediaan makan dan minum yang dikelola secara komersil,
baik secara mandiri ataupun terkait dengan usaha lai; c biro perjalanan, yaitu suatu badan usaha dimana operasionalnya meliputi pelayanan semua proses
perjalanan dari seseorang sejak berangkat hingga kembali; d transportasi atau jasa angkutan, yaitu adalah bidang usaha jasa angkutan yang dapat dilakukan
melalui darat, udara dan laut; e tempat penukaran uang atau money changer,yaitu Suatu tempatusaha yang bergerak dalam bidang penukaran uang asing; f atraksi
wisata, yaitu suatu kegiatan yang dapat menghibur seseorang ketoka menyaksikan kegiatan tersebut; g cinderamata, yaitu adalah oleh-oleh atau kenangan yang
dapat dibawa oleh para wisatawan pada saat kembali ke tempat asalnya; h prasarana pariwiata, yaitu suatu prasarana yang diperlukan dalam suatu objek
wisata, diantaranya jalan raya, listrik, air minum, telekomunikasi, dll.
2.2.2. Objek dan Daya Tarik Wisata
Dalam literatur kepariwisataan luar negeri objek wisata lebih dikenal dengan istilah “tourist attraction”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik
bagi pengunjung atau wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
9
Menurut Marioti dalam Gunardi 2010 tourist attraction itu sendiri dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu tourism resources dan tourist service. Pertama,
dia menyebut tourism reseorces dengan istilah “attraction spontance”, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik
bagi wisatawan pada daerah tujuan wisata meliputi : a Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta natural amenities; b Hasil ciptaan
manusia man-made supply meliputi benda bersejarah, kebudayaan, keagamaan dll; c Tata cara hidup masyarakat the way life
Kedua untuk tourist service, beliaui menyebut dengan istilah “attraction device” yaitu semua fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang dapat dilakukan
yang pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial. Atraksi sangat penting sebagai tujuan wisata. Daya tarik tujuan wisata
terdiri dari beberapa komponen termasuk pemandangan lokal, sumber daya alam, kegiatan pariwisata, hiburan, dan layanan oleh Lew, Gunn, , Gao, ,Huang dalam
Chang, Lai 2009
. Gunn dalam
Chang, Lai 2009
menunjukkan bahwa tujuan daya tarik wisatawan berbeda
berdasarkan berapa lama mereka mengunjungi tempat wisata. Konsep daya tarik wisata biasanya didasari oleh
tempat atau tujuan. Namun, juga dalam daerah yang berbeda.
Oka A. Yoeti 1997 dalam Harsana 2007 mengatakan terdapat kekhususan dalam kepariwisataan yang baik dalam konteks objek dan daya tarik
wisata, yaitu : a objek harus menarik untuk disaksikan maupun dipelajari; b mempunyai ciri khas beda dari objek yang lain; c prasarana menuju ke tempat
tersebut terpelihara dengan baik; d tersedia fasilitas something to see, something
Universitas Sumatera Utara
10
to do, something to buy; dan e perlu dilengkapi dengan sarana akomodasi dan hal lain yang dianggap perlu.
Menurut Inskeep dalam
Chang, Lai 2009
daya tarik wisata dapat dibagi menjadi tiga jenis: a daya tarik alam, yang terdiri dari sumber daya alam dan
lingkungan; b daya tarik budaya, terdiri dari kegiatan yang diciptakan orang- orang berupa hiburan; dan c daya tarik yang unik. Swarbrooke dalam
Chang, Lai 2009
juga mengusulkan empat jenis atraksi pariwisata termasuk pemandangan alam, festival dan acara, bangunan buatan manusia atau fasilitas, dan kegiatan
rekreasi atau hiburan. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya tarik wisata dari sisi penyediaan :
landscape, kondisi lingkungan, lalu lintas, aksesibilitas, dan lokasi Lin, ; Liu , Smith, dalam Chang, Lai
2009
. Fodness dalam Chang, Lai
2009
menemukan bahwa tempat pariwisata yang strategis dapat mempengaruhi persepsi wisatawan
terhadap daya tarik wisata. Bromley dan Thomas 1999 mengatakan bahwa suatu objek wisata
memiliki beberapa unsur yaitu adalah sebagai berikut : 1 Estetis, rekreatif, menarik dan prestisius; 2 Adanya daya tarik campuran seperti fungsi, seni
arsitektur dan kegiatan di ruang publik; 3 Keberadaan landmark kawasan yang berbedan dengan tempat wisata lainnya; 4 Fasad bangunan yang menarik; 5
Ekspresi bangunan yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
11
2.2.3. Wisata Kuliner
Dari penjelasan tentang pariwisata di atas, wisata merupakan perjalanan. sementara itu, kata kuliner berasal dari bahasa Latin, yaitu culinarius sesuatu yang
berhubungan masak memasak serta culina atau dapur. Lebih lanjut istilah kuliner bersumber dari cuisine atau produk yang berhubungan dengan masak-memasak
dan gastronomy atau pola konsumsi, sehingga kuliner dapat diartikan sebagai a given practice of consumption, atau praktek konsumsi yang berbasis pada
makananhidangan. Ervi Virna N, Maret 2007 Vol. 9 No. 1 Menurut Misiura dalam Tikkanen 2007 kuliner saat ini telah diakui
sebagai komponen kebudayaan daerah yang dikonsumsi oleh wisatawan, komponen pemasaran wisata, komponen pertumbuhan pedesaan dan ekonomi
daerah, dan sebagai koefisien lokal yang dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi para wisatawan. Sementara itu, Bessiere 1998 membuat simbolisme terhadap
kuliner, meliputi : 1 kuliner sebagai simbol, beberapa produk kuliner terhubung ke fantasi dan memiliki simbolik yang suat; 2 kuliner sebagai tanda persekutuan;
3 kuliner sebagai kelas penanda; 4 kuliner sebagai lambang. Ada beberapa definisi dari wisata kuliner, tetapi kebanyakan mengacu pada
kegiatan yang dirancang untuk menarik wisatawan yang menghargai aspek yang lebih unik dari makanan dan minuman pada daerah tujuan tertentu. Istilah “wisata
kuliner” pertama kali digunakan pada tahun 1998 untuk mengekspresikan ide tentang bagaimana mengalamai budaya melalui makanan.
Wisata kuliner didefinisikan sebagai mengejar atau mencari pengalaman kuliner yang unik dan mudah diingat dari semua jenis, yang sering menikmatinya
Universitas Sumatera Utara
12
dalam setiap perjalanan, akan tetapi seseorang juga bisa menjadi wisatawan kuliner di rumah sendiri.
Culinary Tourism is defined as the pursuit of unique and memorable culinary experience of all kinds, often while travelling, but one can also
be a culinary tourist at home Lucy M Long, 1998.
Selanjutnya Long mendefinisikan wisata kuliner sebagai disengaja, partisipasi eksplorasi di foodways dari lainnya, termasuk partisipasi konsumsi,
penyusunan dan penyajian item makanan, masakan, sistem makan, atau gaya makan yang dianggap memiliki sistem kuliner sendiri. Long, L ; 2004, Wisata
Kuliner. The University of Kentucky Press, hal. 21 Menurut Wolf 2004 wisata kuliner adalah tentang makanan, menjelajahi
dan menemukan budaya dan sejarah melalui makanan dan kegiatan terkait makanan dalam menciptakan pengalaman yang mengesankan.
Sementara itu, Wolf 2006 menyatakan bahwa “makanan dan minuman adalah komponen yang sering diabaikan dari sebuah pengalaman perjalanan, dan
saya yakin makanan dan minuman masih menawarkan potensi terbesar untuk pengembangan lebih lanjut dalam industri pariwisata global”. Selanjutnya
semangat untuk mengembangkan komponen pariwisata makanan dan minuman telah menyebabkan puluhan definisi dan interprestasi di seluruh dunia. Dalam
mengembangkan defiinisi-definisi tersebut, Ontario memangku kepentingan yang disarankan definisi termasuk : perjalanan yang mencakup apresiasi dan konsumsi
makanan lokal regional, perjalanan untuk tujuan utama mengalami dan menikmati makanan dan minuman atau mengikuti kegiatan kuliner khusus,
Universitas Sumatera Utara
13
Pengalaman makan dan minum yang unik. Wisata Kuliner di Onatrio : Strategy and Action Plan 2005-2015, page.11
Selanjutnya Wolf dalam Suriani 2009:13 memberikan beberapa contoh dari aktivitas yang memenuhi persyaratan sebagai objek dan daya tarik kuliner,
yaitu : 1 kelas memasak maupun semiloka dalam suatu produk makanan, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan; 2 ruang mencicipi anggur yang menarik,
misalnya di dalam gudang tua; 3 sebuah restoran di pedesaan yang membuat makanan terbaik sehingga orang-orang rela mengemudi lebih dari tiga jam untuk
mencapainya; 4 .bir yang begitu unik; orang yang melakukan ”ziarah” ke daerah pembuatan bir tersebut setidak-tidaknya sekali seumur hidup.
Hal yang perlu dicatat dalam perbedaan ini adalah wawasan mengenai poin pertama dan kedua. Poin pertama hanya “meliputi”, sedangkan poin yang kedua
membutuhkan “tujuan utama”. Ketika ditelaah lebih jauh, Ontario ini
menyarankan bahwa kunci karakteristik mendefinisikan wisata kuliner termasuk “membeli item makanan dan minuman untuk dibawa pulang”.
Pada akhirnya, Ontario mengusulkan bahwa definisi mereka tentang wisata kuliner menjadi :
“Wisata kuliner termasuk pengalaman pariwisata dimana kita belajar tentang menghargai, dan atau mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mencerminkan lokal, regional, dan masakan nasional, warisan budaya, tradisi atau teknik kuliner”. Wisata Kuliner di Onatrio : Strategy
and Action Plan 2005-2015 ,page. 12
Universitas Sumatera Utara
14
Dalam pengembangannya, wisata kuliner akan mencakup : 1 wisata kuliner adalah pasar yang berkembang; 2 mengetahui seperti apa wisatawan
kuliner; 3 wilayah sebagai tulang punggung dalam mempersembahkan kuliner; 4 produk sebagai dasar wisata kuliner; 5 warisan budaya; 6 tradisi dan
inovasi; 7 keberlanjutan; 8 kerjasama. Gaztelumendi, 2012 Wisata kuliner dapat dikalsifikasikan kedalam 5 kategori menurut Long
2004. Pertama adalah wisata kuliner berdasarkan budaya, hal ini mengacu pada mengalami foodways etnis itu sendiri. Wisata kuliner yang didasarkan pada
budaya ini adala kategori yang paling sering dimana wisata kuliner diberlakukan, dan merupakan pengertian umum dari wisata kuliner.
Kedua, wisata kuliner berdasarkan daerahwilayah, yaitu wisata kuliner yang didasari oleh daerahwilayah mengacu pada mengalami makanan secara
sistem sendiri dan secara fisik. Dengan demikian, geografi memiliki andil dalam kategori wisata kuliner ini. Konsep terroir, yaitu kombinasi dari tanah setempat,
lingkungan fisik, dan budaya lokal yang membuat produk lokal dan masakan yaang unik dari wilayah tersebut menjadi penting. Jadi, terkadang produk lokal
menjadi ikon sebuah wilayah. Contoh klasik dari hal ini adalah Maine lobster, yang meskipun menjadi bagian dari pantai Maine menjadi simbol dari negara, dan
merupakan bagian integral dari jadwal perjalanan wisata Maine. Ketiga, wisata kuliner berdasarkan waktu.. Bahwa mengalami foodways
tidak dapat dipisahkan oleh waktu, baik bersejarah maupun futuristik. Aktivitas untuk jenis pariwisata kuliner akan mencakup mengunjungi atraksi dimana orang
bisa menikmati sebuah rentetan pesta sejarah dari zaman yang berbeda, sampel
Universitas Sumatera Utara
15
makanan dari masa lalu, menonton demonstrasi gaya lama memasak, membeli buku masak dengan resep dari masa lalu, dan sampling “makanan futuristik”.
Keempat, wisata kuliner berdasarkan etosagama. Contoh dari wisata kuliner yang didasari oleh etosagama antara lain wisata kuliner yang terjadi atau
dengan kata lain mengalami makanan yang dimasak pada saat kebutuhan agama seperti festival pada bulan Ramadhan, festival gereja, festival vegetarian dan
sebagainya. Dan kelima, wisata kuliner berdasarkan sosial-ekonomi. Gambaran untuk
kategori ini adalah mengalami pengalaman makan disebuah restoran kelas atas yang menghadirkan kelas memasak gourmet, atau mengalami masakan kelas
bawah seperti makanan gunung,. Situs untuk berpartisipasi dalam wisata kuliner, menurut Long 1998,
termasuk restoran, restoran etnis, festival, acara makanan meriah yang bersifat regional. Sehingga studi Long 1998 ini memberikan kontribusi untuk
pemahaman wisata kuliner dilakukan 3 cara. Pertama, mendefinisikan wisata kuliner. Kedua, menunjukkan wisata kuliner terdiri dari berbagai kategori
kegiatan yang menyiratkan bahwa wisata kuliner adalah multidimensi. Dan yang terakhir, menunjukkan bahwa ada, pada kenyataannya beberapa situs untuk
berpartisipasi dalam wisata kuliner.
2.3. Spot Wisata Kuliner
Spot wisata kuliner merupakan fenomena multidimensional, menumbuhkan citra petualangan, romantik dan tempat-tempat unik tentang makanan. Prinsipnya,
spot wisata kuliner mencakup semua macam-macam tempat-tempat kuliner yang
Universitas Sumatera Utara
16
berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Dengan kata lain, spot wisata kuliner adalah perwujudan dari ciptaan manusia berupa tempat-tempat
berwisata atau rekreasi yang didalamnya terdapat tempat yang menawarka makanan unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Secara geografis bisa
dipresentasikan sebagai lokasi yang mempunyai lintang bujur tertentu dan berkaitan dengan kondisi lingkungan yang dimana mempunyai daya tarik untuk
dikunjungi oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.library.upnvj.ac.id Kim 2009 mengatakan bahwa berdasarkan minat wisatawan, spot wisata
kuliner dipengaruhi 3 faktor, yaitu: 1 faktor motivasi; 2 faktor demografi; dan 3 faktor fisiologis.
Menurut Liga Suryadana 2009 sebagai ojek dan daya tarik wisata, spot wisata kuliner harus memiliki kriteria atau persyaratan, meliputi : a keragaman
aktivitas kuliner; b makanan khas; c lokasi yang nyaman dan bersih; d desain ruangan venue yang unik dan menarik; e pelayanan yang baik; f pasar yang
kompetitif; g harga dan proporsi nilai; h peluang bersosialisasi; i interaksi budaya dengan kuliner; j suasana kekeluargaan; k lingkungan yang menarik;
l produk tradisional, nasional dan internasional. Menurut Jahromy Tajik 2011 komponen-komponen atau item yang
mempengaruhi spot wisata kuliner dikategorikan dalam 6 dimensi, meliputi: 1 faktor keaslian; 2 faktor interpersonal; 3 faktor budaya; 4 faktor fisiologis;
5 faktor terkait prestise; dan dan 6 faktor demografi.
Universitas Sumatera Utara
17
Di tinjau dari kualitas pelayanan, spot wisata kuliner setidaknya memiliki 5 unsur, yakni: 1 Tangibility; 2 Keandalan; 3 Responsiveness; 4 Jaminan;
dan 5 Empati. Hamid et.al, 2011 Sementara itu, berdasarkan persepsi kualitas dan harga sesuai dengan
karakteristik wisatawan Tin Duarte, 2012, unsur-unsur yang ada pada spot wisata kuliner adalah akses, kualitas kuliner, keberagaman kuliner baik makanan
maupun minuman, layanan, suasana, kebersihan, keamanan, dekorasi, harga, dan fasilitas pendukung.
2.3.1. Keaslian
Keaslian dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengalaman wisatawan dalam mengunjungi spot wisata kuliner. Keaslian
berkonotasi asal dan budaya tradisional, rasa yang asli, nyata dan unik. Keaslian tergantung pada lingkungan, waktu, pengaturan tempat, proses memasak, perilaku
masyarakat sekitar, adat dan tradisi setempat yang berlaku dan luas geografis suatu tempat wisata kuliner Hughes, 1995; Wang, 1999; Kim et.al, 2009; dalam
Jahromy Tajik, 2011 Didalam penelitian Jahromy Tajik 2011 unsur-unsur yang mendukung
keaslian spot wisata kuliner sebagai tujuan wisata adalah aksesibilitas, keanekaragaman kuliner, harga, kebersihan, dekorasi, perilaku pribadi wisatawan
dan masyarakat setempat, dan lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3.2. Motivasi
Faktor motivasi didefinisikan sebagai faktor yang memotivasi wisatawan dalam mengunjungi spot wisata kuliner. Baik motivasi wisatawan terhadap spot
wisata kuliner maupun motivasi spot wisata kuliner tersebut dalam menarik minat wisatawan Kim, 2009. Selanjutnya dia menyebutkan unsur-unsur yang ada pada
faktor motivasi adalah pengalaman menarik, melarikan diri dari rutinitas, kesehatan, pngalaman otentik, kebersamaan, gengsi, citra visual, dan fisik
lingkungan.
2.3.3. Interpersonal
Faktor interpersonal berhubungan dengan keinginan untuk bertemu orang baru, menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman atau kerabat, atau
menjauh dari hubungan rutin dalam konteks tradisional dan acara-acara khusus. Merupakan salah satu bagian penting dalam wisata kuliner, pengalaman bersantap
mengelilingi atmosfer dan bersosialisasi dengan anggota kelompok Fields, 2002; Kim et.al, 2009; dalam Jahromy Tajik, 2011
2.3.4. Budaya
Faktor budaya sangat penting karena ada hubungan yang kuat antara kuliner dan budaya Ab Karim, 2006. Faktor budaya mengacu pada pengalaman budaya
yang berbeda seperti gaya hidup, musik, makanan dan tari serta memperoleh pengetahuan tentang negara lain dalam kegiatan budaya Kim et.al, 2009.
Menurut Jahromy Tajik 2011 memberikan beberapa pernyataan mengenai pengaruh budaya dalam wisata kuliner diantaranya: 1 evaluasi fitur
Universitas Sumatera Utara
19
warisan dari kuliner tradisional; 2 memberi pengetahuan budaya asing bagi wisatawan dengan latar belakang budaya yang berbeda dari tempat asalnya; 3
interface antara budaya dan perilaku makan; 4 budaya adalah penentu utama apa yang kita makan; dan 5 makanan membawa makna simbolik.
2.3.5. Fisiologis
Faktor fisiologis menekankan pada jenis kulinernya, yang digambarkan sebagai kepribadian yang berkaitan dengan apakah wisatawan menikmati jenis
kuliner yang tersedia. Penekanan pada jenis kuliner ini adalah masalah yang cukup besar, karena perbedaan jenis kuliner akan berdampak pada pengalaman
wisata kuliner Kim et.al, 2009 Menurut Jahromy Tajik 2011 faktor fisiologis dalam wisata kuliner
meliputi: 1 kuliner neophibia, keengganan untuk makan dan atau menghindari kuliner lokal, kuliner lokal mungkin tidak menjadi daya tarik bagi wisatawan
bereksperimen makanan baru dan menelan sesuatu yang aneh; 2 kuliner neophilia, dapat di kaitkan dengan memiliki rasa yang berbeda yang
memungkinkan wisatawan untuk mengalami kuliner dengan menyenangkan.
2.3.6. Prestise
Faktor prestise terkait dengan harga diri dan pengakuan lokasi wisata kuliner untuk menarik perhatian wisatawan Kim et.al, 2009. Jadi makan
makanan pada tempat yang baik dan bagus dapat direalisasikan sebagai sarana pembeda dari status sosial suatu tempat wisata kuliner tersebut Field, 2002.
Universitas Sumatera Utara
20
2.3.7. Demografi
Menurut Kim et.al 2009 faktor demografi yang mempengaruhi adalah jenis kelamin, usia dan latar belakang pendidikan.
Faktor demografi berguna untuk mengidentifikasi wisatawan, misalnya umur, status, pekerjaan pendidikan, ras, dan daerah asal Jahromy Tajik,
2011.
2.4. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan gambaran teori yang menjadi dasar yang diambil dari kajian pustaka dalam penelitian ini. Dari hasil kajian pustaka ditemukan hal-
hal yang akan mejadi variabel dalam penelitian ini. Keberadaan spot wisata kuliner di Kota Medan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
Tabel 2.1 Kesimpulan teori yang dipakai dalam penelitian ini
NO VARIABEL
INDIKATOR
1 Keaslian Hughes, 1995; Wang,
1999; Kim et.al, 2009; Jahromy Tajik, 2011
Aksesibilitas Jahromy Tajik, 2011; Hamid et.al, 2011; Tin
Duarte, 2012 Keanekaragaman kuliner Suryadana,
2009; Jahromy Tajik, 2011; Tin Duarte, 2012
Harga Suryadana, 2009; Jahromy Tajik, 2011; Hamid et.al, 2011; Tin
Duarte, 2012
Universitas Sumatera Utara
21
Kebersihan Suryadana,
2009; Jahromy Tajik, 2011; Hamid et.al,
2011; Tin Duarte, 2012 Dekorasi Suryadana, 2009; Jahromy
Tajik, 2011; Tin Duarte, 2012 Lingkungan sekitar Suryadana, 2009;
Jahromy Tajik, 2011 2
Motivasi Kim, 2009 Suasana Kim et.al, 2009; Suryadana,
2009 Citra
visual Kim et.al,
2009; Suryadana, 2009
3 Interpersonal Fields, 2002; Kim
et.al, 2009; Jahromy Tajik, 2011 Peluang bersosialisasi Suryadana,
2009; Jahromy Tajik, 2011
4 Budaya Ab Karim, 2006; Kim
et.al, 2009; Jahromy Tajik, 2011 Gaya hidup Ab Karim, 2006; Kim
et.al, 2009 Interaksi budaya Suryadana, 2009;
Jahromy Tajik, 2011 5
Fisiologis Kim
et.al, 2009;
Jahromy Tajik, 2011 Jenis kuliner Kim et.al, 2009;
Jahromy Tajik, 2011 6
Prestise Fields, 2002; Kim et.al, 2009
Pengakuan Kim et.al, 2009; Jahromy Tajik, 2011.
Universitas Sumatera Utara
22
7 Demografi
Kim et.al,
2009; Jahromy Tajik, 2011
Jenis kelamin, umur, dan pekerjaan pendidikan Kim et.al, 2009; Jahromy
Tajik, 2011
Universitas Sumatera Utara
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendahuluan
Bab ini menjelaskan metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini. Sub bab yang akan dibahas pada bab ini adalah jenis penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, kawasan penelitian dan metode analisis data.
3.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fakta yang terdapat dilapangan secara skematik,
faktual, dan akurat. Oleh karena itu dengan melakukan penelitian ini akan diperoleh identifikasi keberadaan spot wisata kuliner di Kota Medan dan
menemukan potensi pada spot wisata kuliner sebagai objek dan daya tarik wisata berdasarkan teori dan persepsi wisatawanpengunjung. Sinulingga, 2011
Penelitian ini menggunakan metode mix method, yaitu pencampuran antara metodologi kuantitatif dan metodologi kualitatif. Metodologi kuantitatif adalah
suatu metode yang sistematis ataupun terukur terhadap fakta-fakta yang ada dilapangan. Sedangkan metodologi kualitatif adalah suatu metode yang cenderung
menggunakan analisa dengan berlandaskan teori yang berkaitan lalu dihubungkan dengan keadaan dilapangan. Sinulingga, 2011
Dalam penelitian ini, metode kuantitatif yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menyebarkan kuisioner kepada
Universitas Sumatera Utara