2. Struktur Politik atau Kelembagaan Politik

4. 2. 2. Struktur Politik atau Kelembagaan Politik

Struktur Politik adalah kerangka hubungan formal antara: rakyat-pemerintah-wilayah- kedaulatan. Dalam kaitan ini struktur yang umum dimiliki oleh sistem politik meliputi:

1. Rakyat. Sebenarnya rakyat adalah pemegang kedaulatan. Dengan dikemukakannya teori perjanjian, rakyat telah menyerahkan haknya melalui perwakilan, untuk membentuk pemerintahan.

2. Kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha memengaruhi kebijakan pemerintah, tanpa (pada waktu yang sama) berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintah secara langsung. Kelompok kepentingan yang terorganisasi akan sangat sulit dibedakan dengan dengan partai politik. Dalam melibatkan diri di bidang politik kelompok ini harus menyalurkan melalui partai politik. Oleh karena itu kelompok kepentingan ini sering disebut sebagai sayap partai politik. Pada masa orde lama setiap kelompok kepentingan harus menginduk pada satu partai politik. Kelompok 2. Kelompok kepentingan. Kelompok kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha memengaruhi kebijakan pemerintah, tanpa (pada waktu yang sama) berkehendak memperoleh jabatan publik. Kecuali dalam keadaan luar biasa, kelompok kepentingan tidak berusaha menguasai pengelolaan pemerintah secara langsung. Kelompok kepentingan yang terorganisasi akan sangat sulit dibedakan dengan dengan partai politik. Dalam melibatkan diri di bidang politik kelompok ini harus menyalurkan melalui partai politik. Oleh karena itu kelompok kepentingan ini sering disebut sebagai sayap partai politik. Pada masa orde lama setiap kelompok kepentingan harus menginduk pada satu partai politik. Kelompok

3. Partai Politik. Partai politik adalah suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya berorientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya dengan cara konstitusional) untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Salah satu bentuk kebijakan pimpinannya harus bersifat kolektif. Salah satu penyebab diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden no. X tahun 1945 adalah ingin membuktikan bahwa NKRI adalah negara demokrasi.

4. Badan Legislatif. Badan legislatif adalah badan yang membuat undang-undang. Anggotanya dianggap mewakili rakyat. Menurut teori yang berlaku maka rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat ini mempunyai suatu kemauan. Badan legislatif dianggap merumuskan kemauan rakyat dengan jalan menentukan kebijakan umum (public policy) yang mengikat seluruh masyarakat. Dalam kenyataannya, bentuk dan susunan badan-badan legislatif berbeda pada tiap negara. Dikenal sistem bikameral dan sistem unikameral. Indonesia kini memakai sistem bikameral dengan adanya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) setelah pemilihan umum tahun 2004 (Simak UUD NKRI 1945).

5. Badan Eksekutif. Badan ini melaksanakan tugas mengatur negara /pemerintah. Di negara demokrasi biasanya badan eksekutif terdiri dari kapala negara/kepala pemerintahan, beserta menteri-menteri, pegawai negeri sipil dan militer. Dalam naskah ini pengertian badan eksekutif dipersempit, yakni hanya menyangkut kepala negara, kepala pemerintahan dan menteri-menterinya. Tugas badan eksekutif menurut tafsiran tradisional asas trias politika, hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditentukan oleh badan legislatif. Namun, pada kenyataannya badan eksekutif lebih leluasa ruang geraknya dibandingkan badan legislatif.

6. Birokrasi. Badan ini didirikan/dibentuk karena makin meluasnya tugas pemerintahan modern, sehingga tugas-tugas administrasi yang bersifat teknis tentunya tidak dapat ditangani oleh para politisi. Oleh karena itu tidak terelakkan perlu ditunjuk kaum ahli. Selanjutnya timbul kontroversi mengenai perlu tidaknya dibentuk birokrasi. Harold Laski tidak setuju dibentuk birokrasi dan menyebutkan bahwa kekuasaan kaum birokrat tidak mudah dikendalikan oleh lembaga-lembaga demokratis. Kaum birokrat secara terus menerus memperluas ruang lingkup 6. Birokrasi. Badan ini didirikan/dibentuk karena makin meluasnya tugas pemerintahan modern, sehingga tugas-tugas administrasi yang bersifat teknis tentunya tidak dapat ditangani oleh para politisi. Oleh karena itu tidak terelakkan perlu ditunjuk kaum ahli. Selanjutnya timbul kontroversi mengenai perlu tidaknya dibentuk birokrasi. Harold Laski tidak setuju dibentuk birokrasi dan menyebutkan bahwa kekuasaan kaum birokrat tidak mudah dikendalikan oleh lembaga-lembaga demokratis. Kaum birokrat secara terus menerus memperluas ruang lingkup

7. Badan Yudikatif. Badan ini dalam konsep politik sebenarnya berperan sebagai penguji peraturan perundang-undangan (judicial review). Dalam konsep trias politika klasik, ketiga cabang kekuasaan harus benar-benar dipisahkan. Pada kenyataannya, pemisahanan tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya, sehingga pada jaman modern ini yang ada adalah distribusi kekuasaan saja; artinya hanya fungsi pokoknya saja yang dipisahkan sedangkan fungsi lainnya yang bersifat teknis dari ketiga cabang tersebut terjalin satu sama lainnya. Ini disebabkan tugas-tugas kenegaraan yang semakin kompleks.